Perkara taat pada suami aku sudah tahu dasar hukumnya dalam Islam sejak sebelum menikah, bahkan sebelum kenal si Akang.
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya “
Hanya saja sujud kepada selain Allah itu dilarang, tapi dari hadits ini aku belajar betapa pentingnya istri patuh dan taat pada suami. Kedudukan hak seorang suami terhadap istri adalah setelah hak Allah dan Rasulnya. Bahkan hak seorang suami berada diatas hak kedua orangtua.
Jadi kesimpulannya, taat dan patuh pada suami itu adalah tanggung jawab terpenting seorang istri. Tentu saja taat dan patuhnya dengan syarat tertentu ya. Artinya seorang istri harus taat dan patuh pada suami selama perintah suami tidak mengandung maksiat dan tidak bertentangan dengan syariat.
Terus pelaksanaanya bagaimana?
Apakah mudah melakukan taat pada suami?
Kalau model perintahnya kayak begini,
“Neng, buatin Akang susu jahe.”
“Neng pijitin Akang.”
“Neng, masakin Akang ayam panggang.”
Ini sih gampil sekutil ya …hahaha…🤣🤣 Emanglah kerjaan emak-emak dasteran kayak aku ya urusannya begini. 😎
Paling mudaah buanget taat pada suami kalau model perintahnya begini:
“Neng, pilihlah cincin berlian mana aja yang Neng suka”
“Neng mau honeymoon kemana? Pilihlah tempatnya, pilih hotelnya, nanti kita ke sana.”
Hahahaha…. Ini mah Surgaaa duniaa
Tapi coba kalau yang seperti ini :
“Neng, Akang pengen neng berhenti kerja. Di rumah saja ya. Ngurus keluarga.”
Jreeeeng…..
Self talk kontan berantem kaaan…
“Lha, aku ini engineer. Selama ini gagah perkasa bisa nyari duit sendiri. Terus sekarang harus jadi emak dasteran yang hidup sepenuhnya bergantung sama lakik gitu?”☹
“Gimana sih, aku kan anak pertama Mami Papi yang harus biayain adik-adik. Belum lagi mami Papi mau naik haji. Terus gimana nasib mereka?”
“Aku kudu di rumah aja, masak, nyapu, ngepel, ngurus anak? Ntar kalo aku jadi bego gimana dong…”
“Ini gawat. Bakal runyam urusan dengan Mami. Pasti dia murka, anak kebangaannya yang sudah dibiayai kuliah sampai jadi engineer ternyata harus di rumah saja ngucek cucian ? Terus ilmu dari bangku kuliah sia-sia dong..”
Tapi kesemua self talk yang protes ini segera bungkam setelah Self Talk yang bijak mengambil alih pimpinan.
“Woooi!!… Tau aturan agama kaan? Perintah si Akang ini mengandung maksiat apa nggak? Bertentangan dengan syariat apa kagak? Nggak Kaan? Lha inilah saat ketaatan sebagai istri diuji. Elo itu beneran bisa taat apa nggak coba? Suka atau gak suka, ini masalahnya aturan agama, aturan no 1 yang paling tinggi kedudukannya Bok! Jadi mau gak mau harus terima, nurut sama suami. Titik!!”
“Perkara akan ada konflik sama diri sendiri, dan sama mami itu bisa dicari solusinya. Tapi yang jelas, taat pada suami itu wajib jib..jib..jib..!!” Sampai bergema di kepala
Nah, akibat dua self talk yang terakhir itu, aku gak bisa berkutik lagi.
Maka, dengan berat hati, aku menuruti perintah si Akang. Terus, aman damai sejahtera gitu? Ya beluuum.
Aku harus menjalani hari-hari berkonflik dengan Mami. Harus duduk lesu terdiam ketika diomelinya panjang kali lebar. Harus rela dimarah-marahi, dicemberutin, bahkan ditangisi. Aku terima semuanya sebagai bagian dari resiko menegakkan ketaatan.
Tapi kan semua konflik ada solusinya ya.. Alhamdulillah si Akang paham apa yang dikhawatirkan Mami. Semua tanggung jawab finansial yang selama ini aku tanggung untuk membiayai adik-adikku, diambil alih si Akang. Termasuk juga membiayai Mami Papi naik haji sesuai harapan mereka. Alhamdulillah akhirnya konflik kelar, Mami Papi kembali senyum sumringah, dunia persilatan tentram damai sejahtera.
Pelaksanaan taat kepada suami bukannya langsung mulus ya. pernah juga aku tidak taat pada Akang , di awal-awal pernikahan. Dua kali aku gak taat, dua kali pula aku siyaal🤣🤣.
Pertama waktu hamil Anin, dilarang Akang jajan sembarangan,
Jreeeeng…..
Self talk kontan berantem kaaan…
“Lha, aku ini engineer. Selama ini gagah perkasa bisa nyari duit sendiri. Terus sekarang harus jadi emak dasteran yang hidup sepenuhnya bergantung sama lakik gitu?”☹
“Gimana sih, aku kan anak pertama Mami Papi yang harus biayain adik-adik. Belum lagi mami Papi mau naik haji. Terus gimana nasib mereka?”
“Aku kudu di rumah aja, masak, nyapu, ngepel, ngurus anak? Ntar kalo aku jadi bego gimana dong…”
“Ini gawat. Bakal runyam urusan dengan Mami. Pasti dia murka, anak kebangaannya yang sudah dibiayai kuliah sampai jadi engineer ternyata harus di rumah saja ngucek cucian ? Terus ilmu dari bangku kuliah sia-sia dong..”
Tapi kesemua self talk yang protes ini segera bungkam setelah Self Talk yang bijak mengambil alih pimpinan.
“Woooi!!… Tau aturan agama kaan? Perintah si Akang ini mengandung maksiat apa nggak? Bertentangan dengan syariat apa kagak? Nggak Kaan? Lha inilah saat ketaatan sebagai istri diuji. Elo itu beneran bisa taat apa nggak coba? Suka atau gak suka, ini masalahnya aturan agama, aturan no 1 yang paling tinggi kedudukannya Bok! Jadi mau gak mau harus terima, nurut sama suami. Titik!!”
“Perkara akan ada konflik sama diri sendiri, dan sama mami itu bisa dicari solusinya. Tapi yang jelas, taat pada suami itu wajib jib..jib..jib..!!” Sampai bergema di kepala
Nah, akibat dua self talk yang terakhir itu, aku gak bisa berkutik lagi.
Maka, dengan berat hati, aku menuruti perintah si Akang. Terus, aman damai sejahtera gitu? Ya beluuum.
Aku harus menjalani hari-hari berkonflik dengan Mami. Harus duduk lesu terdiam ketika diomelinya panjang kali lebar. Harus rela dimarah-marahi, dicemberutin, bahkan ditangisi. Aku terima semuanya sebagai bagian dari resiko menegakkan ketaatan.
Tapi kan semua konflik ada solusinya ya.. Alhamdulillah si Akang paham apa yang dikhawatirkan Mami. Semua tanggung jawab finansial yang selama ini aku tanggung untuk membiayai adik-adikku, diambil alih si Akang. Termasuk juga membiayai Mami Papi naik haji sesuai harapan mereka. Alhamdulillah akhirnya konflik kelar, Mami Papi kembali senyum sumringah, dunia persilatan tentram damai sejahtera.
Pelaksanaan taat kepada suami bukannya langsung mulus ya. pernah juga aku tidak taat pada Akang , di awal-awal pernikahan. Dua kali aku gak taat, dua kali pula aku siyaal🤣🤣.
Pertama waktu hamil Anin, dilarang Akang jajan sembarangan,
"Kalau pengen cemilan, bikin aja Neng, lebih bersih." Katanya.
Self talk aku yg bijak sih nerima, tapi self talk lainnya protes. Apalagi di seberang rumah kontrakan (waktu itu masih ngontrak🤪) ada ibu-ibu jualan bakwan. Kayaknya enaaak banget. Jadi ngiler. "Ah, gak papa beli aja, sedikit ini. Akang juga kan gak tau karena lagi di lapangan." Gitu kata self talk yang ditunggangi setan
.
Ya udahlah, aku beli dan makan dengan rakusnya itu bakwan. Selang 15 menit, mulesss aku🤣🤣. Buang air sampe belasan kali, sampai lemezz. Akhirnya diangkut ke rumah sakit sama Papi. Untung minum obat dokter bisa sembuh gak perlu dirawat di Rumah Sakit.
Eh, belum tobat.
Yang kedua kalinya, diajak emak-emak sosialitah Palembang ngumpul ngerumpi rumpi. Sudah dilarang pergi sama Akang , masih aja aku ngeyel. Alesanku mau menyambung silaturrahmi kaan..
Jadi bedandanlah aku keren keren. Pake baju gamis ala Cinderella yang panjang melambai. Berangkat nyetir sendirian lewat kuburan China. Taunya ban mobil meledak,Sodara-sodara. Siyal pangkat satu.
Nah..kaaan.. kebingungan di pinggir jalan deket kuburan China. Mau nelpon, eh HP ketinggalan. Siyal kuadrat
Aku berusaha nyetopin mobil yang lewat buat minta tolong, eh gak ada yang respon. Padahal Cinderella sudah melambai-lambai di pinggir jalan. Dicuwekin!! Siyal pangkat 3.
Untung ada ojek lewat, jaman itu belum ada ojek online. Lega juga, akhirnya ada yg merespon lambaianku. Si Mamang ojek mau sih nganter aku, tapiiii minta bayaranya muahaal , permirsah🤣🤣🤣. Itu siyal pangkat 4.
Jadi si Cinderella akhirnya naik ojek,😜 pulang ke rumah cari bala bantuan. Abis itu aku sungkeeem, minta maaf ke si Akang. Sekali ini tobaaat...
Gak mau lagi gak taat suami.
Sejak itu aku punya belief baru. “ Jangan coba coba gak taat suami, kalau pengen nyicip ketiban siyal berpangkat-pangkat🤪”
Bagaimana kalau memilih gak taat suami, lalu ternyata sukses?. Nah, ini lebih bahaya🧐. Bisa-bisa jadi merasa pinter .
“Pinter kaaan gue, keputusan gue lebih bagus kaaan?. “
Lalu jatuhnya sombong.
Coba lihat ayat-ayat ini :
Orang sombong itu termasuk golongan kafir dan termasuk syirik (Q.S. Shad ayat 73-74).
Orang sombong tempat kembalinya di neraka (Q.S. Az- Zumar ayat 72).
Kesombongan adalah tirai penghalang masuk Syurga (Q.S. al- 'Araf ayat 13)
Bukan main! Kalau sampai gak taat suami lalu sombong, artinya itu ketiban siyal pangkat nerakaaa
Wadaaww
Core value Enlightening Parenting nomor satu adalah Taat. Taat pada aturan agama, taat pada hukum yang berlaku termasuk juga taat pada suami. Maka, yuklah..para istri, kita berupaya teguh berperilaku taat.
Memilih taat itu memang akan ada ujiannya. Tapi jika teguh berperilaku taat, hidup bakal selamat, dan Allah juga yang akan memudahkan. Bismillah…
Langgeng terus bu dengan suaminya
BalasHapusWah inspiratif sekali mba buat perempuan-perempuan, baik bersuami ataupun yang hendak menikah.sharingnya bermanfaat.
BalasHapus