Mbak Okina
Fitriani, Psikolog, founder Enlightening Parenting, menemui banyak sekali
pertanyaan mengenai cara penganganan bullying, baik di kelas training, maupun
forum-forum parenting yang dikelolanya.
Demikian
bermacamnya anjuran untuk menangani hal ini, membuat para orangtua bingung,
mana yang tepat untuk dilakukan.
Berikut ini
penjabaran Mbak Okina Fitriani yang secara lengkap dan terstruktur menjawab
pertanyaan mengenai langkah-langkah penanganan bullying.
Mari dimulai
dengan memahami dulu tentang bully. Bully dalam bahasa Indonesia disebut
perundungan, tetapi dalam artikel ini digunakan kata buli saja agar
singkat.
Buli secara umum terbagi menjadi 3 kategori
- Verbal : yaitu ucapan yang menyakitkan, meledek,
memanggil dengan julukan, menghina, mengancam,
- Mental : Mengabaikan, mengucilkan, menyebarkan
berita yang membuat seseorang dimusuhi, mengerdilkan :D, dll
- Fisik : Memukul, menendang, mencubit, dll.
Bully dilakukan
secara SADAR. Artinya jika tindakan mendorong itu dilakukan oleh anak usia 2
tahun yang masih dalam tahap latihan sensori atau dilakukan oleh ABK (anak
berkebutuhan khusus) yang belum paham kekuatan menyentuh dan mendorong, maka JANGAN
dengan mudah kita mengatakan kepada yang mendorong maupun yang didorong “Ih..
kamu dibuli lhoo” “Ih ini anak kecil-kecil sudah jadi pembuli” . Dalam hal ini
justru si pembuli sesungguhnya adalah yang berkomentar itu.
Di banyak
keluarga justru pembuli pertama anak-anak adalah orang tuanya sendiri, kadang
verbal dengan labelling( memberi “cap” atau label misalnya anak pemalas, lemot,
ngamukan, anak rewel, dll) atau menghardik.
Kadang Mental dengan mengabaikan.
Sering juga fisik, bahkan ada yang paket lengkap 3 kategori sekaligus.
Tentu orangtua sebagai sosok dewasa sudah pasti SADAR ketika melakukannya.
Anak yang sudah
dibuli terlebih dahulu di rumah sangat besar kecenderungannya untuk jadi pelaku
maupun korban bullies di sekolah. Penelitian Renae D. Duncan (1999) dari Murray
State University menyimpulkan 69% anak yang dibuli di sekolah, adalah anak yang
mendapatkan kekerasan di rumah. Tidak mengherankan memang, karena anak-anak
yang sering dilabel, dikritisi, dihardik atau disakiti di rumah akan datang ke
sekolah dengan penampakan 2 jenis, yaitu tidak percaya diri atau wajah tambeng
dan penuh dendam.
Inilah yang kemudian berkembang menjadi korban maupun pelaku
buli. Pembuli mengenali sasaran yang bisa dibuli. Pembuli pilih-pilih dan
melakukan coba-coba dulu. Anak yang berjalan dengan tegak dan pandangan yang
penuh percaya tetapi tidak sombong, jarang dijadikan sasaran pembuli.
Anehnya,
orangtua yang membuli anak di rumah sangat tidak terima ketika anak
diperlakukan sama di sekolah bukan? Seolah lupa bahwa sumbernya berasal dari
rumah.
Maka, LANGKAH
PERTAMA untuk mencegah dan mengatasi buli adalah, Perlakukan anak-anak kita
dengan respectful di rumah. Dengan memperlakukan mereka
dengan respectful sesungguhnya juga sekaligus sedang mendapat
contoh akhlaq yang baik dan akan tumbuh menjadi anak yang santun dan percaya
diri. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW
“Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka.” (riwayat Ibnu Majah).
LANGKAH KEDUA,
pelajari aturan di lingkungan tempat anak berinteraksi. Untuk memperjelas, kita
umpamakan saja sekolah. Tanyakan apakah ada aturan yang jelas tentang handling
bullies . Jika tidak punya sampaikan kepada sekolah bahwa anda akan
membuat standar penanganan buli, sosialisasikan pada pihak sekolah dan lebih
baik lagi jika disepakati sebagai aturan sekolah. Lebih bermanfaat daripada
sekedar kesal karena sekolah tidak punya aturan penanganan buli bukan?
LANGKAH KETIGA,
Briefing dan Role Playing. Beri anak penjelasan mengenai hal-hal berikut ini
1. Definisi perilaku buli seperti yang sudah disebutkan di atas, supaya anak juga tidak epes me’er, ditowel dikit merasa dibuli, disenggol dikit buli, dipanggil dengan nada tinggi dikit buli. Orangtua juga tidak perlu reaktif supaya anak juga tidak baperan.
2. Beritahu
tahap-tahap menyikapi buli (saya attach video Rangga saat diminta menceritakan
kembali materi briefing dan alhamdulillah tidak pernah dibuli oleh siapapun):
- Abaikan (Ignore) : Jika masih tahap coba-coba, biasanya berbentuk verbal seperti kata Ciee.. ciee… , memasangkan dengan si fulan, ledekan ringan dan sejenisnya, ajarkan anak untuk mengabaikan dengan wajah tetap percaya diri dan tersenyum. Pembuli suka dengan reaksi berlebihan, wajar merengut, mata berkaca-kaca dan tangisan.
- Tegur dengan Tegas (Stand Up) : Katakan dengan
tegas, STOP it! Hentikan! Dengan tatapan yang mantap. Ini dilakukan jika
setelah diabaikan perilaku yang sama masih berulang. Jika sudah berupa
kontak fisik, tangkap tangannya, tekan ke bawah sambil menegur dengan
tegas. Jika kategori mental ajarkan anak berani melakukan klarifikasi.
Pada tahap 2 ini ditutup dengan laporan kepada Guru dan ortu.
- Laporkan kepada Guru. Ajarkan anak untuk mencatat
setiap laporan. tanggal berapa dan nama guru yang dilapori. Biarkan pihak
sekolah melakukan tugasnya untuk menegur.
- Orangtua menemui pihak sekolah. Jika hingga laporan
ke 3 masih berulang maka temui pihak sekolah untuk difasilitasi berdiskusi
bersama orangtua pembuli. Jika pembuli juga melakukan hal yang sama kepada
anak lain, upayakan laporan bersama agar sekolah dan orangtua pembuli
melakukan tindakan kuratif nyata seperti skorsing atau konseling keluarga
- Jika masuk ke level kriminal, seperti pengeroyokan, laporkan kepada polisi.
3. Latih anak
menghadapi berbagai situasi ini secara role playing di rumah, karena sikap dan
kebiasaan tidak terbentuk melalui nasehat tetapi melalui latihan.
LANGKAH KEEMPAT.
Sebarkan kasih sayang. “Siapa yang menyayangi, dia akan disayangi”. Jangan
pernah mengajarkan anak untuk membalas pembuli, tetapi justru menyapa dengan
ramah, menanyakan kabar, sesekali berbagi bekal tetapi bukan dengan niat
menyuap atau nyogok. Berbagi kepada semuanya, baik yang bersikap baik maupun
yang tidak. Latih anak untuk memuji efektif temannya yang bersikap baik.
Menjadi detektif kebaikan. Sesekali undang teman-teman anak untuk bermain di
rumah termasuk yang suka membuli dan perlakukan mereka dengan kasih sayang.
Pada umumnya pelaku buli ini kering kasih sayang. Tidak ada orang yang imun
pada kasih sayang, karena kasih sayang itu fitrah. Jika dihidupkan dan
disirami, maka mekarlah ia.
So, Handling
Bullies? insyaaAllah mudah…
“Sayangilah yang ada di bumi, niscaya yang ada di langit akan menyayangimu”.
Tulisan-tulisan
Mbak Okina Fitriani lebih lengkap bisa dibaca di www.okinafitriani.com
2 komentar:
Bullying makan marak ya mbak. Semoga korban bisa ngilangin trauma
numpang promote ya min ^^
Hayyy guys...
sedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
di DEWAPK agen terpercaya di tunggu lo ^_^
Posting Komentar