Masih ingat sahabatku, Mbak Melati M Putri dan suaminya Mas Dodi Kusmajadi yang keliling Indonesia sekeluarga naik motorhome selama 1 tahun?
Nah, perjalanan mereka edisi Pulau Sumatera telah tiba di Palembang, Kamis 8 November 2018.
Saat akan menuju ke rumah Wati, adiknya si Akang di Kompleks Pusri Sukamaju Kenten, motorhome yang tingginya 3.1 meter tersangkut kabel yang melendot, sehingga solar cell yang terletak di atas motorhome mengalami gangguan. Saat itu menjelang malam dan hujan turun. Untung ada suami Wati, Mas Yono, dan Rifki keponakanku yang membantu. Malam itu motorhome parkir di lapangan di depan rumah, dan keesokan harinya diperbaiki.
Akang Sutedja dari Bogor sengaja datang menemui keluarga Kusmajadi di Jumat 9 November. Mbak Okina Fitriani dan Mas Ronny Gunarto pun sengaja terbang dari Kuala Lumpur ke Palembang,Sabtu 10 November.
Ramai-ramai menikmati jalan-jalan naik motorhome ke kawasan Benteng Kuto Besak, lalu menikmati ngobrol-ngobrol santai di pinggir danau OPI Jakabaring. Ditemani pempek sedap hasil karya Wati, martabak bumbu kari, dan kopi panas.
Rombongan sukaria ini kemudian mengunjungi Mamiku di rumahnya. Mami senang banget bisa ketemu sahabat-sahabat anaknya, lalu melongok ke dalam motorhome.
“Enak ya mobilnya… Di dalamnya nyaman. Asyik juga kalau punya mobil begini.” Kata Mami sambil melirik mantu kesayanngannya, si Akang.
Wah… berat ini.. hahahahaha…
Aku menyusul ke Palembang, tanggal 10 November usai menyampaikan materi sharing Enlightening Parenting di Bintaro. sehingga hari Sabtu sore hingga Minggu pagi kami bisa ngariung melepas kangen.
Dari bandara, aku dijemput pakai motorhome Mbak Mel yang hitzz itu. Cihuy.. akhirnya kecicip juga naik motorhome!
Lalu kami makan malam masakan khas Palembang di Resto Pondok Kelapa. Menunya pindang ikan, gurami masak telor asin, ikan seluang goreng, ikan bawal saus mangga, tumis kangkung, cumi, udang, tahu goreng dan lain-lain. Ngobrol seru sambil menikmati malam yang diwarnai hujan deras banget. Lanjut ngopi ngopi dan ketawa-tawa akibat obrolan srimulat🤣🤣🤣 mbak Okina dan kisah kebandelan si Akang di masa lalu.
Aku menikmati suasana hangat penuh persahabatan itu. Nyaman banget berada diantara sahabat sehati. Sekaligus takjub dengan pasangan Mbak Mel dan Mas Dodi.
Bagaimana tidak, sudahlah cerita si Akang lucu dan konyol banget, mbak Mel dan Mas Dodi membingkai dengan komentar-komentar spontan yang tambah bikin kami tertawa terpingkal-pingkal. Aku suka melihat mereka tertawa dengan ekspresi sepenuh jiwa, bikin gelombang emosi bahagia menyebar kemana-mana🤣🤣🤣. Tubuh terpicu memproduksi hormone endorphin membuat perasaan nyaman, bahagia dan berenergi. Ngumpul bersama sahabat ternyata adalah vitamin bagi jiwa.
Sayang sekali pagi-pagi banget, Mbak Okina dan Mas Ronny harus balik ke Kuala Lumpur. Kami sempat kumpul lagi sebentar di lobby hotel. Berfoto dengan jujur🤣🤣🤣🤣. Jujur banget gak pake pencitraan.hahaha…Dengan tampang Mas Dodi baru bangun tidur, belum mandi rambutnya masih tegak-tegak belum sisiran, dan Mbak Mel yang berkudung mukena.
Terimakasih untuk kebersamaan yang indah Mbak Okina dan Mas Ronny..
Usai melepas Mbak Oki dan Mas Ronny di bandara, kami mengajak Mbak Melati dan Mas Dodi sarapan makanan khas Palembang di sebuah di warung yang ramai pengunjung di kawasan Pasar Kuto.
Laksan, Lakso, Celimpungan, Sate pentol ikan, pempek, otak-otak, kumbu, kopi susu dan kopi pahit menemani obrolan pagi.
Seorang pria yang duduk disamping Mas Dodi ikut ngobrol. Obrolan jadi seru lalu kami berkenalan, rupanya beliau seorang dokter ahli jantung. Dari obrolan iseng-iseng berlanjut ke obrolan yang lebih dalam, saling berbagi tentang pilihan dalam hidup.
Pak dokter bertanya, bagaimana bisa Mbak Mel dan Mas Dodi memutuskan melakukan jalan-jalan sekeluarga selama 1 tahun, bagaimana dengan pekerjaan, bagaimana dengan penghasilan karena jalan-jalan satu tahun identik dengan pengeluaran dalam jumlah besar terus menerus selama 1 tahun.
"Hidup ini pilihan. Ada orang memilih membangun rumah mewah dan membeli mobil mewah. Sementara kami memilih untuk menjalani keliling Indonesia sekeluarga selama 1 tahun, karena banyak sekali pelajaran dan hikmah yang kami dapatkan selama perjalanan. Seperti juga Pak Dokter yang memilih menikmati kehidupan sebagai dokter."Ujar Mbak Melati.
Pak Dokter Ferry Usnizar kemudian berbagi tentang kegiatan sehari-harinya. Bagaimana dia menjalani padatnya aktivitas, sehingga tidur pun "maling-maling" tak jarang hanya 3 jam dalam sehari semalam. Handphone stand by 24 jam untuk memfasilitasi panggilan darurat.
Tampaknya berat, namun beliau bahagia bertemu berbagai macam pasien, yang curhat tentang berbagai masalah mereka. Letak bahagianya bila pasien yang tadinya merasa sakit, sesak di dada, perut tak nyaman, lalu hilang semua keluhannya setelah tindakan medis yang dilakukan. Itu bahagianya sungguh tak ternilai.
Ketika Akang dan Mas Dodi melanjutkan obrolan dengan Pak Dokter, aku bertanya pada Mbak Mel
"Mbak, ada rasa jenuh apa nggak menjalani jalan-jalan ini? "
"Ini juga seperti pertanyaan Mbak Okina. Berapa persen capeknya? Berapa persen jenuhnya? Berapa persen rungsingnya?" Mbak Melati tergelak, lalu melanjutkan bicara.
“Dibilang capek ya pasti capek, tapi rasanya tidak berat. Kalo capek kan istirahat. Ya paling 2 persen saja capeknya.”
“Dibilang jenuh? Kami gak sempat jenuh karena setiap hari ada hal baru, hal menarik,. Excited sekali rasanya menanti apalagi nih yang akan kami temui selanjutnya.”
“Dibilang rungsing? Rungsing gimana ya...misalnya pintu kamar mandi rusak di perjalanan saat di Solok Selatan. Ya kami tinggal cari tukang di Solok. Nah.. kami dapat lagi kisah hidup sang tukang dari Solok Selatan, tentang perjuangan hidupnya. Setiap orang yang kami temui di perjalanan ibarat jendela untuk melihat hal-hal baru. Jadi kejadian apa pun tidak kami maknai sebagai kerungsingan, tapi jalan menuju pengalaman, pembelajaran dan pengetahuan baru. Jalan bertemu tokoh-tokoh yang berbagi kisah hidup mereka. Menarik kan?"
Wah Mbak Mel... aku padamu. Bukan main keluarga ini sungguh menginspirasi dengan pemikirannya yang out of the box. .
Sorenya, usai mengantar si Akang ke bandara untuk kembali ke Bogor, aku bersama Mbak Mel dan Mas Dodi blusukan mencari butik pakaian berbahan songket Palembang. Kami sempat nyasar-nyasar ke jalan kecil karena mengikuti petunjuk google dan waze. Setelah tanya sana sini akhirnya tiba di kawasan pertokoan Ilir Barat.
Cantik-cantik baju yang ada di butik maupun toko-toko di sana, namun sayang barang yang kami cari tak tersedia di sana.
Acara icip-icip kuliner Palembang berlanjut bersama iparku, Wati dan suaminya Yono. Tadinya kami ingin makan di RM Pindang Umak yang kabarnya sedang ngehitz di kalangan pecinta kuliner Palembang. Sayang sekali ketika tiba di sana, menu andalan rumah makan ini sudah habis. Kami lalu mencari-cari tempat makan lain di sekitar bandara Palembang.
Di simpang jalan, terlihat sebuah rumah makan Pindang Pegagan. Sepi. Tak ada pengunjungnya. Aku sempat berpikir, jangan-jangan masakannya tak sedap, sehingga sepi pengunjung. Tapi berhubung perut sudah keroncongan. kami memutuskan untuk makan malam di sini.
Alhamdulillah.. ternyata pindang pegagan gabus, pindang salai, dan pepes tempoyaknya sedap sekali! Senang melihat Mbak Mel, Mas Dodi dan anak-anak menikmati makan dengan semangat.
Hari ini 12 November 2018, Mbak Melati dan keluarga melanjutkan perjalanan ke pulau Bangka. Selamat melanjutkan jalan-jalan, Keluarga Kusmajadi… Semoga aman, lancar, selalu dilindungi dan dimudahkanNya. Aamiin…
Insya Allah kita bertemu lagi di Pulau Jawa nanti ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar