Dua puluh tahun
jadi pasangan suami istri, Aku dan si
Akang Sutedja tentu inginnya rumah tangga kami langgeng, sakinah mawaddah
warrahmah sampai kehidupan abadi di surgaNya, Aamiin..
Malam menjelang 28 Juni 2018, aku dan Akang nyantai
tidur-tiduran di kamar. Kami mengenang lagi setiap mile stone perjalanan
pernikahan kami. Alhamdulillah..Banyak sekali nikmat kebahagiaan yang kami
rasakan.
Selalu bahagiakah?
Ya ada juga bumbu lainnya dong. Kami, eh tepatnya aku, pernah baper-baper nggak
jelas saat menanti Allah menitipkan amanah tamu istimewaNya. Lalu anak-anak
lahir, seiring dengan karier si Akang dan rezeki yang terus meningkat .
Kami pernah sibuk dengan urusan masing-masing.
Aku dengan anak-anak, urusan teman-teman
arisan dan berbagai komunitas. Akang dengan pekerjaan dan hobbinya, motor besar
dan photography.
Kami pernah
tampak baik-baik saja, padahal romantisme sudah mulai jauh berkurang. Cinta kami ibarat ranting pohon yang daunnya meranggas kurang pupuk. Tapi alhamdulillah, ada yang duluan tersadar
kalau kemesraan patut dipelihara, dijaga dan dibina, lalu gayung pun bersambut.
Konflik? Ya
jelas pernah dong. Mana ada rumah tangga nggak pake bumbu konflik. Justru
berkonflik itu adalah proses saling mengenal, saling memahami, saling belajar, dan
ujungnya saling menyesuaikan untuk mendapatkan solusi terbaik sehingga kedua-duanya kembali merasa nyaman.
Berbuat salah? Ya
elaaah...pernah jugalah. Kita kan bukan malaikat, Coy π. Hehehe...Tapi selama mau
mengakui kesalahan dan meminta maaf, maka proses berbaikan jadi jauh lebih
mudah.
Bertumbuh? Iya
juga. Alhamdulillah aku dapat kesempatan belajar Enlightening Parenting dan
Transforming Behaviour Skill dari Mbak Okina Fitriani. Ilmunya banyak sekali
membantu aku dalam menghadapi berbagai problem kehidupan. Meski butuh waktu 2 tahun untuk mengajak si Akang belajar juga. Kini aku merasakan hubungan kami jadi makin
solid. Bertambah lagi kegiatan
bermanfaat yang bisa kami lakukan berdua, yaitu men-share pengetahuan dan pengalaman
kami di dunia Parenting bersama team sharing Enlightening Parenting.
Cemburu? Adaaa... Ini bagian paling seru ibarat "emotional
roller coaster". Racikannya terdiri dari amarah, tangis, kekonyolan, tawa,
hingga kelegaan. Lengkap deh kayak ending-nya drama Korea. π
Akang menghadiahkanku sebuah puisi cinta di hari ulang tahun pernikahan kami, 28 Juni 2018.
Rasanya bersyukur banget atas semua hikmah perjalanan rumah tangga kami. Jadi untuk makin merekatkan cinta, si Akang mengajak mesra-mesraan sambil touring dengan motor ke Garut.
Puisi Cinta si Akang |
Rasanya bersyukur banget atas semua hikmah perjalanan rumah tangga kami. Jadi untuk makin merekatkan cinta, si Akang mengajak mesra-mesraan sambil touring dengan motor ke Garut.
Kok ke Garut? Yaa... pengennya sih touring naik motor di Eropa sana seperti yang pernah dilakukan kawan-kawan moge si Akang. Tapi apa daya, sampai saat ini belum kesampaian. Hehehe ππππ
Jadi realistis saja deh. Punya waktu cuma dari Jumat sore, sampai Minggu malam. Garut tidak terlalu jauh dari Bogor. Udaranya sejuk dingin. Mirip-miriplah sedikit dengan temperatur Eropa di musim semi (maksaπ). Enak buat peluk-pelukan gitu. Eaaaa..ππππ
Mendadak cari
hotel di Garut itu ternyata bikin deg-degan. Beeeww...hotel-hotel unggulan Garut terutama yang di
kawasan Cipanas penuh semua! Ya ini kan musim liburan. Di Samarang Garut, ada resort Kampung Sampireun, tersisa
hanya dua kamar saja. Ya sudah deh, kami
ambil satu kamar. Nggak bisa pilih jenis kamar lainnya karena sudah penuh.
Sebenarnya si
Akang sudah tahu sejak lama tentang Kampung Sampireun ini. Beberapa tahun lalu
dia dan rombongan club motor besarnya pernah mampir dan hang out, ngopi-ngopi,
makan pisang goreng di tempat ini. Tapi
tidak menginap. Menurut si Akang tempat ini cocok buat romantis-romatisan.
Tenang, adem dan cantik pemandangannya.
Bersama si Kuning |
Akhirnya hari
yang dinanti tiba. Jumat 29 Juni 2018, setelah si Akang pulang dari kantornya,
kami berangkat.
Dari rumah di Bogor pukul 15.20. Cuaca sangat cerah. Kami berdua melaju di atas si Kuning, kuda
besi 650 cc yang lincah meliuk-liuk di celah keramaian lalu lintas.
Ketika melewati
puncak, lalu lintas padat. Antrian kendaraan mengular. Tiba-tiba dibelakang
kami ada mobil dengan sirine meraung-raung. Akang memberi jalan mobil itu
melaju mendahului kami. Oh, ternyata mobil dinas tentara.
Si Akang cepat-cepat menambah laju si Kuning
sehingga kami persis berada di belakang mobil bersirine itu. Mobil-mobil lain
meminggirkan arahnya sehingga terbukalah jalan.
“Nguiiing...nguiiing...nguiing..”
Sirine menjerit-jerit. Mobil tentara melaju diikuti si Kuning. Hihihi...ππ Alhamdulillah tidak kena
macet karena terus “menempel” di
belakang mobil tentara sampai antrian kendaraan terurai.
Di daerah
Ciranjang, lalu lintas padat kembali menghadang. Jalan dipenuhi pasukan pekerja pabrik yang menggunakan motor usai jam pulang kerja. Padat merayap hingga
beberapa kilometer.
Singgah di Ciranjang |
Akang menghentikan
motornya di sebuah POM bensin di Ciranjang. Kami melakukan shalat maghrib.
Setelah shalat, Akang membawa motornya untuk diisi bahan bakar. Ketika akan
membuka tangki bahan bakar si Kuning, eeh...kuncinya macet.
Oalaah..ketahuan banget sudah terlalu lama nggak touring. Sudah kelamaan tidak membuka tangki motor, kayaknya karatan. Hihihi..πTerpaksa Akang minggir dulu.
Oalaah..ketahuan banget sudah terlalu lama nggak touring. Sudah kelamaan tidak membuka tangki motor, kayaknya karatan. Hihihi..πTerpaksa Akang minggir dulu.
“Neng coba cari
minyak. Minyak goreng sedikit juga nggak apa-apa.” Pinta si Akang
Aku celingukan. Di seberang jalan kulihat ada penjual
gorengan. Tapi ketika aku baru akan menyeberang si Akang berteriak.
“Neng!”
Aku menoleh.
Akang menunjuk ke sebelah kiri. Oh ternyata aku tak perlu menyeberang jalan.
Ada juga penjual gorengan yang mangkal di sisi jalan sebelah POM bensin.
“Bu, bolehkah
saya minta sedikit minyak gorengnya. Kunci motor macet, perlu diminyaki.” Aku
berkata pada si Ibu yang sedang berdiri menunggui dagangannya. Aku sodorkan
uang ke arahnya.
“Oh, boleh.” Si
Ibu mengambil wadah bekas minuman. Diisinya dengan sedikit minyak.
“Ini Mbak. Tidak
usah bayar. Gratis.” Ucapnya sambil tersenyum. Dia tetap menolak ketika aku
coba merayunya supaya mau menerima uang itu.
“Wah,
terimakasih ya Bu.. Semoga Allah
melimpahkan rezeki buat Ibu.”
“Aamiin.”Si Ibu
tersenyum.π
Aku menyerahkan
wadah berisi minyak itu pada Akang. Ternyata tangki motor sudah bisa dibuka.
Tapi minyak itu tetap berguna untuk melumasi bagian-bagian kunci yang kesat.
Alhamdulillah..
Setelah makan
malam, Akang mensetting google maps, menuju Kampung Sampireun. Kami melanjutkan
perjalanan.
Malam merambat.
Ketika baru masuk Jalan Sukarno Hatta Bandung, google maps mengarahkan kami ke jalan
yang lebih kecil, ke arah Cibaduyut. Alhamdulillah, kami tidak harus melalui
jalan yang macet. Kemudian melewati
gerbang kecamatan Ibun kabupaten Bandung. Jalan makin lama makin menanjak.
Udara dingin mulai menusuk. Kami terus melewati Majalaya.
Aku menatap
langit malam yang terang. Kok terang? Tentu saja, karena bulan bulat sempurna
bertahta di angkasa. Awan-awan putih berarak laksana kapas. Siluet gunung
bersambungan dengan bukit-bukit, dan pepohonan menjadi latar belakangi
sawah-sawah di kiri kanan jalan.
Tiba-tiba asap
putih tebal terlihat membumbung di sisi kiri jalan. Cahaya lampu-lampu,
pipa-pipa besar terjulur sepanjang sisi jalan. Rupanya kami melewati Kamojang
Geothermal Power Plant. Asap putih yang terus menerus keluar melengkapi suasana
dramatis perjalanan malam itu.
Si Kuning
menunjukkan tajinya. Dia meliuk-liuk lincah mengikuti kelok jalan berliku menanjak dan terus menanjak tajam. Sepi.
Hening. Dingin. Temaram. Deru mesin si Kuning memecah sunyi.
Dingin membuat
jari-jari terasa kaku. Aku menyesal lupa mengenakan sarung tangan. Kupeluk punggung laki-laki separuh jiwa. Sepenuh hati kunikmati perjalanan di bawah
siraman cahaya bulan. Apakah ini yang dinamakan romantis? Entahlah.. Ya Tuhan, alhamdulillah. Rasanya tentram dan damai.ππ
Kulirik google maps, jarak ke tujuan makin dekat. Malam makin larut. Dingin terasa semakin
menggigit.
Pukul 22.30, setelah menempuh jarak 200 km, akhirnya tibalah kami di Kampung Sampireun Resort and SPA.
Pukul 22.30, setelah menempuh jarak 200 km, akhirnya tibalah kami di Kampung Sampireun Resort and SPA.
Resort ini
terletak di Jl. Raya Samarang Kamojang
Sukakarya Samarang Garut Jawa Barat, Sukakarya, Samarang, Kabupaten Garut, Jawa
Barat 44151.
Lobby Kampung Sampireun |
Setelah check
in, petugas hotel mengantar kami dan barang-barang bawaan ke kamar.
Nuansa kamar bergaya
tradisional. Lha, namanya saja Kampung Sampireun, jadi bergaya etnis Sunda.
Dinding geribik dengan batangan bambu. Ada TV dan perabot kayu. Tidak ada AC,
tentu saja. Dinginnya alami.
Kamar Kalapalua @Kampung Sampireun |
Di atas tempat tidur ada kain putih yang disampirkan sebagai hiasan. Tempat tidur terdiri dari dua single bed.
“Wah, twin bed ya? Bukan single bed. Kurang mesra dong..” Protesku.
“Iya Bu. Maaf, kami hanya punya kamar dengan twin bed ini. Kamar lain yang ada ranjang besarnya sudah penuh.” Ujar si Mas.
Mas petugas hotel kemudian merapatkan jarak dua tempat tidur single menjadi satu. Ya lumayanlah, jadi agak legaan juga tempat tidurnya. Bisa bobok sambil peluk-pelukan dong. Cihuyππππππ
Mas petugas hotel kemudian merapatkan jarak dua tempat tidur single menjadi satu. Ya lumayanlah, jadi agak legaan juga tempat tidurnya. Bisa bobok sambil peluk-pelukan dong. Cihuyππππππ
Kamar mandi dilengkapi air panas dan dingin. Di kamar ada satu set teko untuk memasak air, lengkap dengan teh, kopi, gula dan creamer. Tidak tersedia mantel kamar.
Kamar sudah
termasuk sarapan pagi untuk dua orang. Lalu ada makanan ringan tradisional berupa serabi yang
diantar ke kamar sebelum jam 7 pagi, minuman sekoteng diantar ke kamar sekitar jam 9 sampai 10 dan afternoon tea di resto Seruling Bambu dengan menu teh,
kopi, kacang rebus, dan singkong goreng.
Kami segera
mandi. Lelah membuat kami mudah tertidur
pulas di atas kasur yang nyaman dan selimut tebal.
Kami terbangun
saat waktu subuh. Usai shalat, udara dingin mendorong kami untuk
bermalas-malasan di tempat tidur.
Dari kamar
sebelah terdengar sudah ada aktivitas. Ada suara orang, lalu suara seseorang
sedang sikat gigi.
“Suara orang
lagi sikat gigi itu jelas banget, ya Neng. Artinya kita juga kalau mandi,
kedengaran dong sama orang di sebelah.” Ucap Akang.
“Ya iyalah. Kan
kamar mandinya bersebelahan, malah lubang anginnya nyambung.” Sahutku.
“Bangun yuk, lihat-lihat suasana.”Ajak Akang.
Aku sedang
berdiri di dermaga kayu tepi danau. Akang sibuk mengutak-atik kamera ketika
sorang pria menghampiri. Lha.. sama-sama kaget, kami berseru senang. Rupanya
pria itu Kak Ono. Sepupunya Akang yang tinggal di Cikampek. Waah... lebih seru
lagi kami tertawa-tawa ketika tahu bahwa kamar kami bersebelahan. Berarti yang
tadi kedengaran sedang sikat gigi itu Kak Ono. Hahaha...ππππ
Kak Ono bersama
istri dan dua anaknya. Pagi itu kami ngobrol, berfoto-foto dan sarapan bersama.
Alhamdulillah senang bertemu saudara. Bisa saling tukar informasi, mulai
dari tempat wisata hingga informasi
tentang durian.
Lha kok durian? Itu buah kesukaan si Akang.
Rencana akang ingin berburu durian di Kemrajen Banyumas. Ternyata Kak Ono malah
sudah banyak pengalaman. Bukan cuma menikmati durian Bawor dan Duri Hitam yang
ngetop banget, Kak Ono bahkan sudah pernah menjalankan bisnis jual durian.
Sarapan di Resto Seruling Bambu bersama Kak Ono dan Teh Ika |
Sarapan di Resto
Seruling Bambu Kampung Sampireun menunya lumayan. Ada cemilan tradisional
seperti getuk, pisang rebus, ubi rebus. Ada salad sayuran, roti dengan aneka
selai, cake, puding, serabi dan bubur
kacang hijau. Makanannya ada soto mie, bubur ayam, kupat tahu, nasi dan lauk
pauk, mie goreng, dan pasta. Ada aneka sambal, dan kerupuk. Minumannya teh,
kopi, air putih, jamu, dan susu.
Satu kamar dapat
sarapan untuk dua orang. Kalau tamunya
lebih dari dua orang, dikenakan charge Rp. 100.000,- per orang
Setelah perut
kenyang, kami merencanakan akan jalan-jalan ke Kebun Mawar Situhapa. Aku tahu
tempat ini setelah melihat foto pengantin baru, mbak Vidya dan suaminya di
Instagram. Menurut google maps, tempat itu cukup dekat dari Kampung Sampireun.
“Kita jalan kaki
aja yuk Neng. Menurut google maps cuma 17 menit saja lho, sekalian ngebakar
lemak nih.. Kita kan sudah makan banyak.” Usul Akang sambil mengelus-elus perutnya yang kekenyangan.
Membayangkan
jalan di udara dingin dan sejuk, sepertinya akan baik-baik saja, nggak bakal
keringetan, maka aku setuju.
Aku dan Akang
berjalan penuh semangat menuju arah yang ditunjukan Google Maps. Tapi kok
lama-lama langkahku jadi berat ya? Langkah yang tadinya sejajar dengan si Akang, lama-lama ketinggalan.
“Ayo Neng,
semangat! Kok ketinggalan jalannya?”
“Ternyata
jalannya menanjak terus. Berat Kaang...πππ” Keluhku. Mataku menatap jalan yang
curam berkelok, setengah putus asa. Nafasku tersengal-sengal kepayahan.
Akang
menghentikan langkahnya. Tak tega dia melihat istrinya ngos-ngosan. Sambil
nyengir dia berbalik arah.
“Ya sudah, kita
balik lagi saja yuk! Ambil motor. Jadi setelah dari Kebun Mawar Situhapa, kita
jalan lagi ke tempat lain.”
“Yaa.. Coba dari
tadi naik motor saja. Gaya benar kita ya! Kirain enak jalan kaki. ”
Kami terbahak πππ.
Balik badan, kembali menuju Kampung Sampireun.
Kebun Mawar
Situhapa tak jauh letaknya dari Kampung Sampireun. Tempat ini sebenarnya adalah penginapan yang bernuansa tenang yang
menyuguhkan pemandangan indah dengan hamparan bunga mawar. Lokasi terletak di Jl Raya
Kamojang km 5, Samarang, Garut, Indonesia 44161. Berada pada ketinggian
1150 MDPL dengan luas tanah 5 HA. Titik lokasi berada ditengah gunung-gunung yang ada di
garut seperti Gunung Guntur, Gunung Cikuray, Gunung Papandayan dan Gunung
Talaga Bodas.
Di pintu masuk,
kami menitipkan helm pada pak Satpam. Lalu aku membeli tiket masuk di sebuah
bangunan yang menjadi satu dengan toko souvenir. Harga tiket masuk Rp.
17.500/per orang.
Masuk ke area
kebun, pemandangan terlihat hijau , lega dan asri. Tapi bunga-bunga tidak banyak. Tampaknya kami berkunjung bukan di saat
bunga sedang bermekaran.
Terdapat
restoran di sana, dan ada juga coffe shop. Lalu bangunan-bangunan kamar
penginapan yang didepannya dihiasi taman bunga. Ada lapangan dengan tanaman
kaktus besar-besar, dan sebuah rumah kaca untuk mengembangkan bunga Begonia.
Sebuah labirin terbentang dengan dinding terbuat dari tanaman
hijau, cantik sekali untuk di foto. Untuk mengambil foto labirin ini pengunjung
bisa naik lewat undakan kayu, agar bisa merekam gambar dari atas. Ada tempat
pembiakan bunga, dan arena tempat bermain anak di bagian atas.
Labiryn di Kebun Mawar Situhapa |
Setelah puas
berfoto-foto, aku mencari-cari lewat internet objek wisata lain yang tak
terlalu jauh. Melihat foto-foto yang indah, akhirnya aku menjatuhkan pilihan ke
tempat wisata Situ Bagendit.
Kami sempat tersesat
karena Google Mapsnya ngawur. Akhirnya balik lagi dan ketemulah lokasi Situ
Bagendit yang berada di pinggir jalan. Tiket parkir Rp. 5.000 dan Tiket masuk
Rp. 5.000,- per orang.
Di foto yang
beredar di internet, Situ Bagendit tampak cantik sekali. Sayangnya aslinya
tidaklah demikian. Aku kecewa melihat tempat ini dihiasi tumpukan sampah di
sana- sini. Bahkan sampai dipinggiran danau, sampah plastik dan bungkus-bungkus
makanan berceceran.
Gubuk-gubuk
bambu tempat berjualan dibangun tak
beraturan. Pengunjung ramai, duduk berjejalan di warung-warung. Sebuah arena
bermain dengan bangkai kereta bobrok yang sudah tidak dapat digunakan lagi terletak
di tengah, seolah makin melengkapi suasana tak terawat tempat wisata ini.
Seorang laki-laki mengenakan pakaian Super
Hero berdiri di tengah area itu. Dia berusaha menarik perhatian anak-anak agar
mau berfoto dengan membayar sejumlah uang.
Laki-laki
penjual tiket perahu angsa menawari anak-anak. Deretan rakit bambu berjejer
menanti pengunjung menggunakan jasanya. Terlihat begitu semrawut!
Situ Bagendit |
Aku dan Akang
duduk menatap suasana danau. Kami tak betah di sini. Bahkan untuk berfoto pun
malas rasanya. Akang hanya mengambil satu foto saja. Kami duduk sebentar,
ngemil kue pancong dan minum air mineral.
Seorang ibu yang
duduk di sebelahku berusaha mengajak aku berbincang-bincang, dia mengeluh tentang
liburan anak sekolah yang masih panjang sehingga terpaksa dia harus mengeluarkan uang ekstra untuk mengajak anaknya jalan-jalan. Tapi
si Ibu bicaranya campur-campur bahasa Sunda. Aku tidak paham. Jadi aku tanggapi
dengan senyuman saja. Maaf ya bu..
“Yuk kita shalat
Neng.. Setelah itu jalan lagi.” Ajak Akang.
Tahu Crunchyπ di Cimanuk Food Market |
Kami akhirnya
terdampar di tempat makan anak muda, namanya Cimanuk Food Market. Tempat itu
sepi, tapi entah kenapa aku suka duduk di situ setelah menghadapi keramaian yang semrawut di Situ Bagendit.
Makanannya
murah-murah. Aku memesan bakso aci dengan ceker ayam, dan tahu crispy, dan teh
tarik. Akang pesan ceker mambo, teh tarik dan susu murni.
Ternyata
masakannya enakπππ. Bakso aci dengan kuah hangat spicy cocok sekali dinikmati di
udara sejuk kota Garut. Akang bilang ceker mambo-nya juga enak. Tahu krispi pun
enak sekali. Akibatnya kami kekenyangan, padahal rencananya mau makan daging
domba di Domba House.
“Jadi gak,Neng,
kita ke Domba House? Akang sih kenyang banget.” Tanya Akang
“Besok aja
deh..Neng juga kenyang.” Sahutku.
Kami kembali ke
Kampung Sampireun. Setelah menikmati
afternoon tea, kami membeli buah mangga dan jeruk Garut yang segar di area
hotel. Kemudian kami bermalas-malasan di kamar, ngobrol mesra sambil kemulan selimut hingga akhirnya
tertidur setelah shalat Isya.
Jeruk Garut. Segarrrπππ |
Paginya, setelah
sarapan, kami menikmati suasana Kampung
Sampireun. Leyeh-leyeh tiduran di gazebo
sambil mendengarkan gemericik air. Main-main di kolam ikan. Berfoto di Saung Abah,
sebuah rumah-rumahan tradisional Sunda yang kental suasana desa. Menyusuri
jalan melingkari danau. Duduk-duduk dan bercanda di bawah naungan pohon bambu
yang rindang. Menikmati setiap sudut cantik tempat ini. Memang indah dan menyejukkan hati suasana di
tempat ini.
Sebelum kembali
ke Bogor, kami sempatkan mampir ke Kamojang Ecopark. Tiket masuk seharga Rp.
15.000,- per orang dengan bonus minuman teh botol.
@Pintu Gerbang Kamojang Ecopark |
Tempat ini mengandalkan deretan pohon pinus,
dengan undak-undakan yang berpusat di sebuah area panggung dibagian tengahnya. Beberapa laki-laki tengah menyuguhkan pertunjukan ular di panggung itu.
Sepintas, suasana
mirip hutan wisata Punti kayu di Palembang. Bedanya, di Kamojang Ecopark
udaranya sejuk, langit biru, tidak ada nyamuk, tapi fasilitas hiburannya minim.
Akang tampak
bosan. Dia memilih duduk memperhatikan ular kobra di panggung, sementara aku
memilih melihat-lihat suasana.
Di bagian atas, pemandangan terlihat cantik. Ada
spot untuk berfoto di ketinggian dengan latar gunung dan langit biru. Kami sempat berfoto di sini.
Acara touring ala
biker dan boncenger yang sedang merayakan cinta ditutup dengan menikmati
masakan domba Garut di resto Domba
House. Kami memesan sate, tongseng, sop dan steak. Wow... kenyangnya.
Masakan di Domba
House lumayan enak, meski pun menurutku tak seenak warung sate kambing langganan kami di
Bogor.
Sate, Tongseng dan Sop di Domba House |
Jam menunjukkan
pukul 14.30 ketika si Kuning membawa kami keluar area Kampung Sampireun, menuju
Bogor. Kami menikmati jalanan macet akibat salah mensetting google maps. Melewati puncak
yang dingin, lalu lintas padat namun masih berjalan lancar.
Alhamdulillah tiba di rumah pukul 21.30. Meski pun lelah dan merasa kurang fit, Akang tetap harus ke Jakarta malam itu juga, karena setiap Senin pagi harus ikut meeting dan tidak boleh datang terlambat.
Alhamdulillah tiba di rumah pukul 21.30. Meski pun lelah dan merasa kurang fit, Akang tetap harus ke Jakarta malam itu juga, karena setiap Senin pagi harus ikut meeting dan tidak boleh datang terlambat.
Aku memeluk
Akang erat-erat sebelum dia berangkat. Duhai.. berat sugguh perjuangan mujahidku
tercinta, demi membahagiakan istri dan anak-anaknya.π
“Terimakasih
honeymoon-nya ya Akang sayang..πππππ Semoga rumah tangga kita selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin"
Cerita dan gambar yg sama sama romantis tis! :)
BalasHapus@mutiah ohorella : terimakasih Mbak Oti
BalasHapusCerita nya begitu romantis dan poto2 nya yg bikin baper kita bngt Teh... Smg slalu semakin SAMAWA ya
BalasHapusTerimakasih untuk cerita yg singkat tp berkesan melibatkan kami dari perjalan honeymoon teh Dewi dn akang nya
Salam sukses slalu. Buat teteh ku yg cantik
Selamat yΓ a iwed dan akang smg sll diberi kesehatan dan kebahagian bersama anak-anak
BalasHapusmantaap menarik banget ya kampung Sampireun dijadiin tempat liburan. honeymoon ke sini seru juga tuh kayanya hehe
BalasHapus