Keberadaan
kucing-kucing liar yang berkeliaran di lingkungan cluster tempat tinggal kami
rupanya menyentuh hati anak-anakku, Anin dan Dea. Seingatku, sejak kami pindah
ke Bogor tahun 2009, Anin dan Dea sering membelikan makanan kucing untuk
diberikan pada kucing-kucing liar yang
menghampiri teras taman samping rumah kami.
Silih berganti
kucing-kucing liar datang. Satu persatu mereka diberi nama oleh Anin, Dea dan
Rafif. Dulu ada yang namanya si Cross, Mopi, Culun, Belang, Koneng dan
lain-lain. Satu persatu mereka menghilang. Ada yang mati kecemplung kolam ikan
di taman cluster, ada yang mati di trotoar jalan karena sudah tua, ada juga yang menghilang tak
pernah muncul lagi. Kemungkinan kucing-kucing itu ditangkap, ditertibkan dan
dibuang oleh satpam cluster.
Lalu datang lagi
kucing liar lainnya, misalnya si Cungkring kucing jantan. Dulunya Cungkring kurus kering, sekarang jadi
lebih montok karena dapat asupan makanan dari Anin dan Dea. Ada juga kucing betina yang sering sekali hamil,
Rasamaha namanya.
Rasamaha mulanya
datang mengendap-endap di teras samping. Perutnya buncit. Tatapan matanya
waspada. Mengeong-ngeong. Bila didekati, dia lari. Anin meletakkan makanan di
teras, lalu masuk ke dalam rumah. Rasamaha mengintai dari kejauhan. Pelan-pelan dia datang lagi. Sambil
celingak-celinguk waspada, kucing betina bunting itu makan. Mungkin kucing itu
pernah dipukul atau diperlakukan kasar sehingga trauma pada manusia.
Kadang-kadang
Rasamaha datang dalam kondisi perut yang kempes. Entah dimana dia melahirkan
anak-anaknya. Lalu datang lagi dengan perut buncit. Dan kali ini berbeda, dia
tak lagi takut pada aku, Anin atau pun Dea.
Rupanya
kebiasaan kami memberi makan, tak pernah memukul, menghardik dan memarahi
kucing-kucing itu berpengaruh juga pada trauma Rasamaha. Kelihatannya dia sembuh.
Bahkan dengan manja dia menggesek-gesekkan tubuhnya ke kaki kami.
Mengeong minta makan. Bila didekati dia berbaring terlentang di lantai, minta
dibelai-belai. Digendong pun dia pasrah, tidak memberontak. Tatapan matanya
tidak lagi curiga. Kelihatannya dia percaya bahwa kami tak akan menyakitinya.
Nah, masalahnya,
Rasamaha sudah demikian yakin bahwa kami bukanlah monster. Maka dia memutuskan membawa bayi-bayinya ke
rumah kami.
Suatu hari aku
mendengar ada suara anak kucing di garasi. Aku cari-cari. Kaget sekali ketika
melihat seekor anak kucing yang masih merah baru lahir ada di atas sepatu si
Akang. Waduh.. kalau Akang tahu sepatunya jadi tempat tidur bayi kucing, sudah
pasti dia murka.π
Aku bingung.
Kubawa anak kucing itu keluar garasi. Kuletakkan di bawah rimbun tanaman
hias. Beberapa saat kemudian, suara anak
kucing terdengar lagi. Dari teras samping. Dan kali ini bukan cuma satu. Tapi
empat! Waduuuh...
Rasamaha menjilati
anak-anaknya. Mereka terbaring di lantai teras. Tatapan mata Rasamaha seolah
berkata,” Tolonglah kami..”π‘
Maka Dea dan
Anin pun heboh. Mereka sibuk mencari kotak kardus dan kain untuk alas tempat
tidur kucing-kucing itu. Gembira sekali mereka dapat 4 bayi kucing. Sementara
aku pusing. Apa yang harus kukatakan pada si Akang? Dia tak suka kucing. Dan
ini tak main-main. Ada 5 ekor kucing
minta perlindungan di teras samping.
Aku pandangi dua
anak gadisku, Anin dan Dea.
“Tolonglah Ma...
Biarkan kami merawat anak-anak kucing ini. Jangan dibuang. Nanti kami berdua
yang mengurus mereka. Tinggal di teras kita juga nggak apa-apa. Kan nggak masuk
rumah..” Anin berargumen.
“Bapak nggak
suka kucing. Dari dulu juga dia nggak pernah setuju kita pelihara kucing. Mama
harus bilang apa, lha ini 5 ekor lho sama induknya.”
“Bilang aja sama
Bapak, kucingnya cuma di luar rumah kok.. Nggak menganggu. “Dea bersungut-sungut.
Sekali lagi
kupandangi Anin dan Dea. Anak gadis usia 18 dan 15 tahun itu membelai-belai Rasamaha dan
bayi-bayinya dengan penuh kasih sayang. Hatiku terasa hangat.
Aku ingat salah
satu materi Enlightening Parenting, yaitu tahapan perkembangan anak . Bukankah
anak perempuan di atas 12 tahun sangat baik diberi tanggung jawab memelihara
binatang? Ini baik untuk melatih anak menjalankan fitrahnya sebagai wanita, menjadi ibu yang menjaga, merawat
dan memelihara anak-anaknya. Nah, kucing ini bisa menjadi sarana untuk melatih anak bertanggung jawab dan
menyalurkan naluri kasih sayangnya. Lagi pula kucing kan binatang kesayangan
Nabi Muhammad SAW. Aku yakin ini bisa menjadi alasan yang kuat supaya si Akang
mengizinkan kucing-kucing itu tetap di teras rumah kami.
Alhamdulillah,
meski agak alot negosiasinya, si Akang akhirnya setuju kucing-kucing itu
tinggal di teras samping rumah. Dengan persyaratan bahwa Anin dan Dea
bertanggung jawab mengurusi, bukan cuma memberi makan tapi juga membersihkan
kotorannya.
Lalu mulailah
hari-hari kami diwarnai aksi kocak dan menggemaskan 4 anak kucing : Blueband, Dumdum, Orange Peel, dan Tummi. Mereka tidur di kotak kardus
bersama induknya, Rasamaha. Setiap hari taman samping kami menjadi ajang
bermain mereka. Empat ekor kucing berlarian riang gembira di atas rumpt hijau,
bergulatan, gigit-gigitan, dan bercanda. Adakalanya empat anak kucing itu
menyusu dengan nyaman. Rasamaha pun tampak sangat menikmati dan sayang sekali
pada anak-anaknya.
Suatu hari Dea
mengadu.
“Ma, si Blueband
matanya belekan. Dia gak nafsu makan, cuma diam saja di dalam kotak. Yang lain
main-main, dia diam saja. Dea takut dia mati, Ma.. Ayok kita bawa ke dokter
hewan. Cepetan Ma.. “ Rengek Dea.
Kulihat wajah
Dea cemas. Dia tak berhenti merengek minta ke dokter hewan.
Sore itu, Dea
meletakkan Blueband di kotak kecil bekas sepatu beralaskan kain bekas.
Digendongnya kotak itu, dan si Blueband pun diam pasrah. Dea sabar menanti
giliran dipanggil dokter. Aku tersenyum geli ketika Dea berbisik,
“Ma, orang lain
bawa binatang peliharaan keren-keren ya. Ada anjing Siberian Husky, besar,
ganteng, gagah, keren. Ibu itu, yang disana, bawa kucing Persia, gondrong, putih
bersih,cakep banget. Lha kita bawa kucing kampung. Belekan pulak..hihihihi..ππ.
Tapi Dea sayang sama si Blueband. “ Ucap Dea.
Aku
mengangguk-angguk.
Tiba giliran
Dea. Dokter bertanya tentang data-data Blueband.
“Apa? Blueband?
Namanya unik, kayak mentega. Lahirnya kapan?”Tanya Bu Dokter.
“Wah, nggak tahu Dok, induknya kucing liar
membawa anaknya ke teras rumah kami. Entah kapan lahirnya.” Sahut Dea.
Blueband
kemudian ditimbang, dibawa ke ruang dokter. Matanya dibersihkan dan diperiksa
dokter. Dea diajari cara menyuapkan obat kapsul dan vitamin cair untuk
Blueband. Lalu Dokter memberi obat untuk dibawa pulang ke rumah.
Selama beberapa
hari, Dea merawat Blueband. Menyuapi makanan, menyuapi obat dan memberi cairan
vitamin dengan menggunakan alat injeksi yang dimasukkan lewat samping mulut
Blueband. Di week end, saat Anin pulang ke rumah dari tempat kos nya, mereka
merawat Blueband bersama-sama. Hingga Blueband cepat pulihnya. Alhamdulillah..ππ
Suatu hari, aku
dan Akang berangkat ke Jakarta usai shalat subuh. Kami berdua akan menjalani
medical check up rutin tahunan yang dibiayai perusahaan tempat Akang bekerja.
Ketika menunggu di lobby, sekitar pukul 7 pagi, Anin menelpon. Suaranya
terdengar panik.
“Mamaa... anak
kucing semuanya nggak ada! Sudah dicari kemana-mana nggak ada. Rasamaha
ngeong-ngeong terus cari anak-anaknya. Jangan-jangan anaknya masuk ke mesin
mobil. Lha, mobilnya dibawa Bapak ke Jakarta ya? Soalnya kemarin Anin pernah lihat
mereka masuk ke mesin lewat kolong mobil. Coba dilihat Ma.. Aduuuh... takut
mereka mati atau hilang. Coba dilihat ada nggak di mobil..” Tangis Anin
histeris.π’π’π’π’
Dengan panik aku
berlari ke basement gedung tempat parkir mobil. Seandainya ada anak-anak kucing
didalam mesin mobil, sementara mobilnya kami bawa dari Bogor ke Jakarta. Ya
Tuhaan... Tak kuat aku membayangkan apa yang terjadi. Bagaimana kalau kucingnya
kena mesin, kepanasan, jatuh tergilas di jalan tol. Lututku lemas. Aku balik
lagi ke lobby menemui Akang.
Yang kulakukan konyol sekali. Tak dapat menahan diri, aku mengadu pada Akang sambil menangis seperti anak kecil. π’π’π’Terbayang wajah Anin yang sedih dan kebingungan
mencari kucing-kucingnya. Aku tak kuat bila harus membuka kap mesin mobil. Aku takut kalau
melihat pemandangan mengerikan. Bagaimana kalau kucing-kucing itu tercabik mesin dan terkapar berdarah-darah di
dalam kap mobil? Aku tak kuat...π±π±π±
Akang sibuk
menenangkanku. Akhirnya bisa
berhenti menangis, meski hati tetap tidak tenang. Usai menjalani medical check
up, aku kembali cemas. Kami harus memeriksa mesin mobil untuk memastikan nasib
anak-anak kucing itu.
“Neng duduk saja
di kantin. Biar Akang yang lihat.” Ujar Akang memenangkanku.
Tak lama
kemudian Akang kembali.
“Nggak ada anak
kucing di dalam kap mesin. Tidak ada juga bekas-bekas darah atau tanda-tanda
ada anak kucing. Dipanggil-panggil juga gak ada yang nyahut.” Akang berkata sambil memandangku.
Perasaanku
campur aduk. Ada lega, setidaknya ada kemungkinan anak-anak kucing itu masih
hidup, tidak mati di dalam kap mesin. Ada rasa bersalah, dan sedih. Apalagi si
Mbak assisten rumah tangga menelpon, mengabari Anin yang menangis terus menerus
mencari kucing-kucingnya. Dan induk kucing, si Rasamaha yang tak berhenti
mengeong, membawa bangkai tikus ke sana ke mari mencari anak-anaknya.
Hari sudah sore
ketika aku dan Akang tiba di rumah. Akang memarkir mobil di carport. Dengan
perasaan kacau, aku turun dari mobil sambil berdoa,
“Ya Allah
ampunilah hamba yang tak teliti. Seandainya ada satu saja anak kucing yang bisa
ditemukan, mungkin bisa mengobati perasaan Anin dan Rasamaha. Rasanya tak tega
harus menyaksikan kesedihan Anin dan induk kucing itu. “
Baru saja
menghela napas menepis rasa tak nyaman, aku melihat Rasamaha berlari menghampiri
mobil. Nada suara mengeongnya khas, agak rendah dan lembut. Seperti itulah nada
kasih sayang yang diperdengarkan dia setiap kali memanggil anak-anaknya,
berbeda nadanya dengan nada mengeong bila dia minta makan.
Rasamaha
mengendus-endus bagian bawah bumper mobil. Suaranya lirih mengeong. Aku
menatapnya dengan perasaan hancur.
Rasanya aku tak
mempercayai pendengaranku. Ada suara lain! Suara kecil lirih dari bagian bawah bumper.
Tak lama makhluk kecil berbulu cream kekuningan itu nongol. Si Dumdum! Dia ada di
dalam bumper mobil. Jadi ternyata sejak malam kemarin dia tak beranjak, ikut ke
Jakarta, mendekam di bumper mobil selama parkir berjam-jam di basement gedung
kantor Akang, dan tetap di sana sampai
balik ke Bogor lagi. Sekarang dia keluar ketika dipanggil induknya. Ya Allah...
Alhamdulillah.
Dengan riang aku
raih anak kucing itu. Tubuhnya lemas, bau asap mobil. Dea langsung membawa
Dumdum, dibasuhnya tubuh mungil itu dengan air hangat dan dikeringkan. Kemudian Dumdum
menyusu pada induknya. Rasamaha terlihat sangat bahagia menjilati seluruh tubuh Dumdum.ππππππ
“Ma, kasihan
Teteh Anin. Dia tadi nelpon. Kayak orang linglung. Dia di tempat kosnya, gak
bawa apa-apa. Nangis terus kayak orang patah hati.” Ujar Dea.
“Cepat telpon
Teteh suruh balik ke Bogor. Anak kucingnya ketemu satu. Yang lainnya entah
hilang kemana, tapi satu ini mungkin bisa mengobati sedihnya Teteh Anin.”
Sahutku.
Akhirnya...
Alhamdulillah. Aku bisa melihat Anin dengan lega dan bahagia memeluk Dumdum. πππMeskipun ada juga rasa sedih karena tiga ekor anak kucing lainnya tak jelas
nasibnya. Blueband, Tummi dan Orange-peel, entah bagaimana nasib mereka. Semoga
Allah melindungi..
Hati rasanya
hangat menyaksikan Anin yang sayang sekali pada kucingnya. Sering dia
mengirimkan message padaku ketika di weekday dia tinggal di tempat kos dekat
kampusnya,
“Mama, Dumdum
lagi ngapain?”
Maka aku pun
memotret atau mengambil video Dumdum lalu kukirimkan ke Anin. Hehehe...
Anin membelikan
Dumdum tempat tidur, rumah-rumahan, mainan, perlengkapan makan dan minum, dan
boneka mainan. Bila Anin pulang ke rumah, dia rajin meracik makanan buat
Dumdum. Selain memberi makanan kering,
Anin merebus tempe. Lalu tempe diuleg halus, dicampur makanan kucing yang basah
dan sedikit yogurt. Dumdum dan Rasamaha makan dengan lahap. Kadang-kadang si
Cungkring ikut makan juga.
Sekarang Dumdum tumbuh sehat dan pintar. Ini videonya ketika main dengan Anin
Alhamdulillah...Sehat dan happy terus ya Dumdum dan Rasamaha πππππππ
1 komentar:
Saya jg suka kucing, tp sekarang tidak sedang pelihara kucing.tidak sempet lagi juga lingkungan yg kurang kondusif. Hanya ada satu kucing di tempat kerja sy yg slalu menemani di pos jaga. Setiap kiriman nasi 2 box nasi catering yg satu box sy khususkan buat jatah si buluk kucing. Kadang ayam atau ikan di aduk sama nasi slalu dihabiskannya.
Posting Komentar