SERI TANYA JAWAB ENLIGHTENING PARENTING
BERSAMA PSIKOLOG OKINA FITRIANI
BERSAMA PSIKOLOG OKINA FITRIANI
Masih ingatkah kita, bahwa bayi suka sekali bangun menjelang subuh?
Manusia didesain Tuhan untuk beribadah dan memulai kegiatan produktif sejak dini hari.
Tapi apa yang dilakukan sebagian orangtua? Mereka sibuk menidurkan lagi bayinya supaya kegiatan pagi orangtua tidak terganggu.
Lalu kemudian orangtua mengeluh. " Kenapa kok kamu susah sekali bangun pagi, Naaaak??!!"
Andakah orangtua yang seperti ini? Mari kembalikan lagi anak ke fitrah baiknya : bangun subuh/ dini hari.
Caranya? Ikuti di sini ya.
T: Saya menyadari bahwa saya sudah
merusak fitrah atau potensi baik anak saya.
Salah satunya adalah dengan menidurkan dia lagi saat dia bangun dini
hari. Dan sekarang saya sangat merasakan sulitnya membangunkan dia di pagi
hari. Bagaimana sebaiknya saya mengubah kebiasaanya sehingga anak bisa kembali
bangun pagi? Suami saya juga susah bangun pagi, karena pulang kerja sudah larut
malam, sehingga selesai shalat subuh dia kembali tidur.
J : Yang pertama harus dilakukan
adalah meminta maaf pada anak. Ingat ya, kalau meminta maaf pada anak, lakukan
dengan tulus, tidak pakai “tapi” atau “tapi kan”. Kalau anda katakan, “ Maaf
ya Nak, Mama salah. Tapi kan kalau saja kamu tidak begitu, pasti Mama nggak akan melakukan kesalahan.”
Kata “tapi” atau “tapi kan” akan
membuat permintaan maaf anda tak ada artinya. Maka lakukanlah permintaan
maaf dengan tulus.
Katakan, “Maaf ya Nak. Selama ini kamu malas
bangun pagi karena salahnya Mama lho..
Mama itu dulu menidurkan kamu di waktu subuh.”
Yang kedua, dalam prinsip parenting,
tugas utama orangtua adalah menjadi teladan. Maka diskusikan dan buatlah
kesepakatan dengan suami. Katakan, “ Mas, kita ini ingin anak kita rajin shalat
atau tidak? Meskipun pulangnya larut malam, setelah shalat subuh ya jangan dulu
tidur lagi. Nanti kalau mau tidur lagi silakan dilakukan sore hari atau jam
kerjanya diperbaiki. Nomor satu orangtua harus jadi teladan bagi anak.”
Kalau dirumah itu ada yang setelah
shalat subuh lalu tidur lagi, atau malah tidak shalat subuh sama sekali, maka
anak-anak akan mencontoh.
Ketiga, bikin kesepakatan dengan anak
seperti pengalaman salah satu alumni training Enlightening Parenting, Mbak Rika
Widjono. Dia membuat kesepakatan dengan anaknya sehingga kemudian anaknya
memilih untuk bangun jam 3 atau jam 3.30 dini hari. Alasannya karena sebelum
shalat subuh dia ingin membaca. Maka setiap dini hari anaknya bangun dengan gegap gempita penuh
semangat menggedor kamar Mamanya. Jadi setelah dibuat kesepakatan, anaknya bisa
kembali lagi ke fitrahnya bangun sebelum subuh, segar bugar. Bagusnya saat
malam si anak tidurnya lebih cepat karena bangunnya juga cepat.
Lalu yang keempat, yang juga penting
dilakukan adalah jadikanlah saat subuh
itu suasananya ceria dan menyenangkan. Misalnya setelah shalat subuh, si Ayah
lalu mendongeng kisah-kisah nabi. Atau sebelum shalat subuh Ayah mendongeng
dulu.
Suasana subuh menggembirakan karena syaraf-syaraf kita
sedang sangat bagus. Otak kita
performance-nya sedang sangat prima. Itulah mengapa belajar di dini hari itu
disarankan. Maka manfaatkan suasana subuh itu untuk memasukkan value atau
nilai-nilai kebaikan pada anak.
Bagus sekali Bunda tulisannya. Saya ngerasain susahnya nyuruh anak jangan tidur lagi sesudah sholat subuh. Sekarang kalo udah mau bangun untuk sholat subuh aja udah alhamdulillah. Biarpun saya sama ayahnya selalu nyontohin rupanya anak-anak nggak selalu ngikutin. Mudah-mudahan pelan-pelan mereka mau juga bangun pagi biarpun hari libur....
BalasHapus