Mengasuh anak jaman now
tak bisa lagi hanya dengan mencontek cara-cara pengasuhan jaman old.
Tantangan pengasuhan saat ini sudah demikian hebatnya, sungguh sangat berbeda
kondisinya dibanding jaman dulu.
Orangtua
sekarang butuh ilmu parenting yang aplikatif, bukan cuma teori yang hanya
mengendap di kepala tanpa tahu cara mempraktekkannya. Ibaratnya, ketika berhadapan dengan kondisi genting misalnya
anak berada dalam kondisi emosi marah, bingung, cemas, kecewa, takut, bahkan
histeris atau tantrum, orangtua sudah tahu langkah apa yang harus dilakukan. Tak ada
lagi bingung, atau ketularan emosi negatif anak sehingga akhirnya
orangtua malah melakukan tindakan yang tidak memberdayakan.
Dengan teknik
dan metode terstruktur, mencerahkan, mudah dipahami dan dipraktekkan oleh
orangtua dengan latar belakang pendidikan apa pun, kegiatan pengasuhan anak
bukan menjadi sebuah beban tetapi
menjadi sesuatu yang menyenangkan baik bagi orangtua maupun anak. Hal inilah yang menjadi ciri
Enlightening Parenting yang dikembangkan oleh Okina Fitriani, seorang Psikolog
dan Master di bidang human resources yang mendalami bidang psikologi:
Neuro-Linguistic Programming dan Brain Development.
Enlightening
Parenting (EP) adalah konsep, prinsip
dan metode pengasuhan yang disarikan dari Al-Qur’an, Hadist, Sirah, dan
Psikologi Perkembangan berbasis riset maupun penanganan kasus-kasus dengan
dibantu teknik-teknik Neuro Linguistic Programming (NLP) sebagai sarana
pendukung. Enlightening Parenting tidak hanya sesuai bagi keluarga muslim
tetapi juga bagi keluarga dari berbagai latar belakang agama karena nilai-nilai
yang dijadikan dasar merupakan kebenaran universal. Terbukti pula bahwa peserta
training Enlightening Parenting tidak hanya keluarga muslim, bahkan juga pasangan-
pasangan dari berbagai bangsa seperti Arab, Amerika latin, Filipina, India dan
lain-lain.
Teori-teori,
teknik dan metode Enlightening Parenting sudah teruji dan terbukti mudah
diterapkan dalam pengasuhan anak. Para alumni kelas training Enlightening
Parenting seringkali membagi pengalaman sukses mereka menerapkan materi EP di group alumni. Demikian banyaknya
pengalaman-pengalaman sukses tersebut, sehingga menggerakkan dua orang alumni,
Gita Djambek dan Juliana Dewi, untuk mengumpulkan kisah-kisah itu dalam sebuah
buku.
Dengan semangat
menebarkan ilmu dan inspirasi kepada para orangtua, lahirlah buku A Parent’s
Diary- Anakku Tamu Istimewa, yang disebut dengan buku PD.
Dalam buku
PD, dua puluh satu orang ibu dan ayah berbagi
kisah nyata menerapkan materi EP untuk
mengatasi berbagai permasalahan anak di kehidupan sehari-hari. Kisah mereka
disampaikan dengan gaya bertutur ringan, mudah dicerna, enak dibaca,
mencerahkan, mudah dimengerti, mudah ditiru dan diterapkan oleh orangtua mana
pun.
Kisah nyata apa
sajakah yang dituangkan dalam 6 Bab buku PD? Mari kita intip teaser-nya satu persatu.
“Kenapa ya,
anak-anakku suka bertengkat? Pusing saya kalau menyaksikan anak-anak
bertengkar. Ketika anak-anak bertengkar saya jadi ikut emosi.”
Kita mungkin akrab
dengan kalimat-kalimat di atas. Mungkin dari pengalaman sendiri ataupun keluhan
teman-teman.
Ternyata,
situasi bertengkar justru bisa dimanfaatkan untk menanamkan nilai-nilai
kebaikan. Kondisi emosi yang sedang tinggi justru membuat nilai-nilai baik itu
tertanam dalam dan terikat kuat ke dalam diri anak. Hal ini tertuang dalam dua
kisah persembahan Juliana Dewi dan Gita Djambek : “ Cara Asyik Menangani Pertengkaran Anak ABG
“ dan “Kenali Emosinya, Selesaikan Emosinya”
Bila seorang ayah sudah terlanjur dicap “galak” atau “pemarah”
oleh anak hingga hubungan kedekatan dengan anak rusak, apa yang akan dilakukan?
Ayah bisa saja
memilih membiarkan keadaan itu berlangsung berlarut-larut, lalu menuai
akibatnya di kemudian hari.
Kalau ayah
memilih membangun kembali kedekatan dengan anak, bagaimanakah memulainya?
Bagaimana pula melarang anak dengan kata “jangan” tanpa menjadi bumerang?
Dua kisah para
Ayah, “Bapak Bukan Rahwana” (Sutedja Saputra) dan “Aku, Tukang Parkir Bagi
Anakku” (Aryo Fajar Syaifulloh ) menggambarkan peran ayah yang memberdayakan akan
membekas dalam kognitif, kestabilan emosi,
kepercayaan diri anak , dan
mendorong terbangunnya kedekatan dengan anak.
Bagi anak-anak,
pergi ke dokter, supermarket, arisan keluarga,
melakukan perjalanan jarak jauh, melakukan sesuatu yang sebelumnya tak
pernah dilakukan, bahkan menelan butiran obat sekalipun, sama menegangkannya
seperti orang dewasa yang harus tampil di depan Gubernur.
Ingin anak
tertib berkegiatan tanpa drama menangis, marah ataupun tantrum? Resepnya:
lakukan briefing dan role playing.
Bagaimana cara
melakukan briefing? Di kegiatan apa saja briefing bisa dilakukan? Langkah-langkah
sederhana, kreatif dan aplikatif
dituangkan para ibu dalam kisah-kisah
“Briefing Membuat Belanja Bebas Drama”(Eka Mardila), “Kekuatan Briefing yang
Luar Biasa”(Cherish Idea Anissa Istanto), “Jangan Mendadak Jompo”(Ratna Kumalasari),
“Satu Jam Saja”(Gita Lovusa), dan “Cemas pun Lepas dengan Briefing dan Role
Playing”(Yuni Kurniah).
Memberi landasan
nilai-nilai (values) dan keyakinan-keyakinan (beliefs) yang diperlukan sesuai
dengan visi dan misi keluarga merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh
para orangtua. Nilai-nilai dan keyakinan ini kelak akan menjadi filter ketika
anak memasuki masa remaja dan dewasa sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
hal-hal buruk dari lingkungannya.
Masalahnya,
seringkali orangtua rancu antara menasehati
dengan mengomel. Meskipun maksud hati ingin menasehati untuk menanamkan
nilai kebaikan, namun karena tak sadar telah ketularan emosi negatif, yang dilakukan orangtua justru mengomeli anak.
Ketika anak
melakukan kesalahan pun, banyak orangtua (lagi-lagi) memilih meluapkan emosi
dengan mengomel.
"Abis
gimana lagi? Gemas Aku! Biar anak tahu kesalahannya. Lagi pula puas rasanya
kalau sudah ngomel." Hal ini sering diungkapkan para orangtua untuk
membenarkan tindakannya.
Tindakan mengomel
itu ada resikonya. Para orangtua tentu tahu bahwa anak adalah tamu istimewa yang diundang
untuk hadir dalam kehidupan atas izin Tuhan.
Lalu pantaskah tamu istimewa itu
diomeli?
Menanamkan
kebaikan ada caranya, menegur pun ada
adabnya. Kisah-kisah mencerahkan para
ibu dan ayah tersaji dalam
tulisan-tulisan “ Tega(s)”(Gita Djambek), “Buah Mangga Pembuka Hati”(Vica
Adriani), “Komunikasi Tanpa Otot dan Tanpa Melotot”(Novi Arryadi), dan “Menegur Apik Tanpa Intrik”(Juliana
Dewi).
Banyak orangtua
di luar sana menginginkan perubahan pada
diri anaknya. Ingin anaknya lebih begini, lebih begitu, tetapi lupa bahwa apa
pun yang terjadi pada anak-anaknya saat ini adalah hasil dari pengasuhan yang
dilakukannya.
Langkah awal
membimbing anak berubah ke arah yang positif adalah orangtuanya dulu yang harus berubah.
Hanya orang bahagia yang bisa
membahagiakan orang lain. Hanya orang yang tercerahkan dapat mencerahkan orang
lain.
Para Ibu membagi
pengalaman mereka merubah diri sendiri untuk mendorong perubahan positif anak-anak mereka di artikel “Perubahanku
Kenyamanan Anakku”(Iranty Purnamasari), “ Aku Berproses Bersama Anakku Saat
Mendampingi Masuk SD”(Andayani Muktiasari), “ Perubahan Kecil yang Mengubah”(Azizah
Sugiri), “ Perubahan Frame Membuat Saya Menjadi Detektif Kebaikan”(Nur Muthia
Melani, dan “Kantuk dan Malas pun Bisa
Mendadak Hilang” (Eti Mutia).
Bab 6 :
MENYELESAIKAN EMOSI ANAK
Pangkal dari segala sumber kekacauan dalam berkomunikasi dengan anak adalah ketidak mampuan orangtua mengatasi emosi. Menyelesaikan emosi diri sendiri menjadi sangat penting, karena disaat emosi turun, pikiran logis mampu bekerja menemukan solusi.
Pangkal dari segala sumber kekacauan dalam berkomunikasi dengan anak adalah ketidak mampuan orangtua mengatasi emosi. Menyelesaikan emosi diri sendiri menjadi sangat penting, karena disaat emosi turun, pikiran logis mampu bekerja menemukan solusi.
Setelah emosi
diri sendiri selesai, kecakapan yang juga sangat penting dimiliki orangtua adalah kemampuan
membimbing anak menyelesaikan masalah
emosinya dan menemukan solusi permasalahannya sendiri.
Berbagai teknik simple disajikan para ibu untuk
menyelesaikan emosi anak dalam menghadapi masalah yang beragam.
Teknik reframing diuraikan Gita Djambek dalam tulisan “Emosi Selesai Karena Bingkai”. Di tulisan Juliana Dewi “ Anak Trauma Pada Guru? Ini Solusinya!” terdapat berbagai teknik menyelesaikan emosi, mulai dari reframing, sub-modality remap, sub modality editting, hingga mild trauma healing. Orang awam yang belum pernah belajar NLP- pun tetap bisa melakukan teknik-teknik ini karena mudah ditiru dan dilakukan.
Gita Djambek menuliskan kiatnya menerapkan metode anchor
untuk membantu anaknya yang tak berani tampil di depan banyak orang. Ingin tahu
bagaimana anchor bisa membuang nervous?
Simak artikel “Nervous? Di Anchor Aja”
Sri Malahayati menceritakan langkah-langkahnya menerapkan 5
pilar komunikasi, membantu anaknya, Keisya (8 tahun), menghilangkan rasa takut
pada sosok kuntilanak. Menggunakan sub modality remap yang melibatkan editting secara visual-auditory
dan kinestetik, hanya butuh 15 menit saja untuk membuat Keisya terbebas dari
rasa takutnya. Kisah lengkapnya ada di artikel “My Scary Enemy Turns Cute”.
Bagaimana
membangkitkan kembali semangat anak kala kenyataan tak sesuai dengan harapannya?
Di kisah “Ketika Kenyataan Tidak Sesuai Harapan” Chita Harahap membagikan
pengalamannya menerapkan parental coaching. Selain untuk menyelesaikan emosi
anak, metode ini pun bisa digunakan untuk membimbing anak menemukan solusi
masalahnya sendiri.
Pandhora menulis
“Hipnosis, Tak Seseram Beritanya”. Kisah ini menguraikan bagaimana dia
menerapkan relaksasi dengan hipnosis untuk membantu anaknya tenang dalam
menjalani operasi hernia.
Hardini
Swastiana mengisahkan pengalamannya dalam tulisan “Adithya dan Dokter”. Dia
menerapkan pola bahasa hipnotik, seperti teknik komunikasi ilusi pilihan,three yes set. Kemudian membangun persepsi dan pilihan-pilihan,serta role playing untuk membuat Adithya tidak lagi
takut ke dokter.
Kisah menarik “Godzilla
VS Cungpret” karya Gita Djambek
menggambarkan bagaimana dia membantu anaknya, Aya, melepaskan diri dari emosi
karena ejekan temannya. Dengan teknik sub-modality editting, proses mengubah
emosi negatif menjadi emosi yang
memberdayakan dapat dilakukan hanya dalam hitungan menit.
Dibagian akhir,
tulisan Novi Wilkinson “ Mendidik Anak Tanpa Suara Melengking” membeberkan
bagaimana Novi menerapkan teknik
menyuruh efektif dengan pola bahasa hipnotik. Teknik ini membuat anak mau
melakukan apa yang menjadi tujuan orangtua tanpa merasa diperintah atau
disuruh.
A Parent’s Diary
adalah bagian dari kesadaran para orangtua untuk menjaga fitrah baik anak. Mulai
dari membangun kembali tujuan, mengoptimalkan strategi pengasuhan, hingga
membenahi kesalahan yang dulu pernah dilakukan.
Sejatinya anak
adalah tamu istimewa yang hadir dalam
kehidupan atas izin Tuhan. Maka sudah selayaknya tugas orangtua adalah memperlakukann
sang tamu istimewa dengan perlakuan istimewa pula. Kelak kinerja orangtua akan
dinilai dalam pengadilan tertinggi yang akan dipimpin langsung oleh Yang Maha
Memberi Tugas.
Sudahkah kita
berusaha melaksanakan tugas ini sebaik mungkin?
Untuk membeli buku PD silakan hubungi WA 08127841889. Harga buku : Rp. 60.000,- belum termasuk ongkos kirimnya.
Untuk membeli buku PD silakan hubungi WA 08127841889. Harga buku : Rp. 60.000,- belum termasuk ongkos kirimnya.
Itu harga buku anakku tamu istimewaku apa sudah termasuk ongkos kirim...bagus sekali
BalasHapusBelum termasuk ongkos kirim, Mas Agus
HapusSetelah saya baca yg dblog...ternyata memang penanganan/pengasuhan anak jaman sekarang itu berbeda dengan 5 atau 10 thn yg lalu...perubahannya drastis
BalasHapusTantangan pengasuhannya juga sudah jauh berbeda 😊
HapusSalam. Apakah kisah di PD sama dengan kisah yang ada di buku EP dari penerbit serambi? Terimakasih.
BalasHapusBuku EP itu buku induknya,Mbak Kania. Teori2 ada di buku EP. Sedangkan isi buku PD adalah praktek pelaksaan dari teori yg ada di buku EP. Kisah2nya beda dengan buku EP.
HapusBuku duet mbak ya?
BalasHapusWaaah menarik sekali kyknya bukunya.
Anak2ku suka bertengkar tapi lbh ke rebutan mainan sih haha, msh relevan kyknya ya :D
"Langkah awal membimbing anak berubah ke arah yang positif adalah orangtuanya dulu yang harus berubah." ---> suka banget
moga sukses ya mbak :)
Makasih teasernya, bagus bgt isi bukunya... Ikutan po ah :)
BalasHapusAghhhhh aku butuh buku iniii :D. Skr ini udh mulai ngalamin masalah2 ama anak yg udh mulai gedean. Pertanyaan banyak, dan makin kritis, juga mereka lbh pintar krn g mau diksh alasan yg ga masuk akal, plus makin dimarahin, malah makin menjadi -_-.
BalasHapusJd tinggal wa k no itu ya mba.. Siiiip, aku mau ikutan PO nya. Truatama akau jg penasarab cara membuat anak ga takut lg ama hal2 semacam hantu
Nice info nya mba :D
BalasHapusInfo sanngat menarik
BalasHapusteh iwed skrg hargany masih sama kah? klo mau pesan masih bisa ke no wa diatas?
BalasHapus