Dalam
berinteraksi dengan orang-orang, terutama orang terdekat dan tercinta, misalnya
suami dan anak-anak, ada kalanya timbul emosi tertentu yang kurang
memberdayakan. Ya wajarlah, kita sendiri dan mereka adalah manusia biasa. Anak-anak dan suami tentu tidak bisa 24 jam bersikap manis dan menyenangkan.
Sementara kondisi emosi diri kita juga tidak selamanya stabil, bisa saja di
saat-saat tertentu misalnya mengalami
pre –menstruasi, sehingga menjadi lebih
sensitif.
Bila dalam berinteraksi
kemudian timbul “percikan-percikan” yang menimbulkan emosi negatif , apakah
yang bisa dilakukan untuk mengatasi
keadaan itu?
Mau marah-marah?
Berkata dengan nada tinggi, mata melotot, atau mengucapkan kalimat dengan nada
rendah tapi isi kalimatnya “pedas”? Ngomel dan menumpahkan semua uneg-uneg biar
hati kita puas? Itu pilihan, Kawan.
Tapi selama ada
pilihan yang lebih baik, mengapa tak kita pilih jalan yang lebih baik itu?
Bukankah orang yang paling baik adalah yang berlaku paling baik pada
keluarganya?
Seperti yang
diriwayatkan ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik
kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang
paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977
dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no:
285].
Jadi kalau
kesal, kecewa, marah, gondok, sebal atau apalah itu pada suami dan
anak-anak, harus bagaimana?
Kuncinya adalah SELESAIKAN EMOSI, begitulah
jurus canggih yang diajarkan guru, trainer, dan sahabat tersayangku, Mbak Okina
Fitriani.
Banyak jalannya.
Aku sudah pernah menulis beberapa cara menyelesaikan emosi, misalnya dengan
reframing, melakukan editting sub modality dan lain-lain baik di buku maupun di
website pribadi. Tapi kali ini aku mau share salah satu cara merubah emosi
negatif yang tak menyenangkan itu menjadi rasa cinta yang meluber-luber.
Nah, pada suami
dan anak-anak, tentu kita sudah pernah merasakan perasaan sayaaaang banget,
atau jatuh cintaaa banget pada mereka, kan?
Kita bisa dengan sengaja memanggil ulang kondisi emosi perasaan cinta
termehek-mehek itu, sehingga kesal, marah, sebal, dan emosi negatif yang kita
rasakan menjadi so small, berubah
jadi kecil tak berarti, sampai sama
sekali tak mengganggu lagi.
Nama keren
tekniknya adalah ANCHOR. Tak perlu pusing dengan istilah ya. Jadi Anchor itu
sebenarnya adalah pemicu untuk menghadirkan kondisi emosi yang kita inginkan
untuk mengatasi kondisi emosi tak memberdayakan. Bagaimana caranya bisa
mengatasi emosi yang tak memberdayakan? Nah, saat merekam anchor, yang perlu
kita lakukan adalah memperkuat berkali-kali lipat sensasi rasa (dalam hal ini
rasa cinta dan sayang) sehingga sangat
kuat, demikian kuatnya sehingga emosi yang tak memberdayakan akan kalah, lemah tak
berdaya melawan kondisi cinta itu. Hehehe… begitulah kira-kira.
Salah satu cara
membuat anchor adalah circle of excellence. Aku nggak akan menerangkan cara
ini, soalnya sudah pernah ditulis di bukuku, A Parent’s Diary- Anakku Tamu Istimewa, tepatnya
di tulisan yang berjudul “Kantuk dan Malas pun Mendadak Hilang” dengan Mbak Eti
Mutia sebagai kontributor. Beli ya
bukunya.. Sudah sold out sih, tapi sekarang sedang proses cetak ulang. J
Ingin tahu isi buku A Parent's Diary? Simak teasernya, klik di sini 👉👉👉A Parent's Diary
Ingin tahu isi buku A Parent's Diary? Simak teasernya, klik di sini 👉👉👉A Parent's Diary
Aku cuma mau
sharing cara lain membuat anchor. Baik suami dan anak-anak itu kan sudah menorehkan banyak keindahan
dalam hidup kita. Keindahan, kebahagiaan, dan semua rasa cinta yang ditimbulkan
mereka itu banyak yang didokumentasikan
dalam foto. Maka aku membuat sebuah
video dari foto-foto mereka, dengan lagu yang aku pilih dengan cermat untuk
bisa menimbulkan efek pada diriku menjadi termehek-mehek jatuh cinta lagi.
Setelah jadi
videonya, aku saksikan sendiri. Tapi nontonnya bukan sekedar nonton ya. Aku
melakukan apa yang disebut assosiasi ketika memutar video itu. Assosiasi
artinya merasa mengalami kembali, menyelami dengan sungguh-sungguh
kejadian-kejadian, rangkaian peristiwa indah dan menyenangkan, momen yang
menimbulkan rasa syukur, rasa terharu, rasa beruntung memiliki suami dan
anak-anakku, dalam setiap detail gambar di video itu. Aku larutkan, bahkan benamkan diriku dalam setiap nada yang diiringi visualisasi wajah-wajah
orang-orang tercinta itu. Lalu aku rekam video itu dalam benakku, lengkap dengan
melodi, gambar dan segala detail
visualisasinya dengan niat, “ Tiap kali aku mendengar lagu ini, atau memutar
lagu ini dalam kepalaku, maka rasa sayang dan cinta yang kuat ini akan hadir.”
Setiap detik
video itu bertambah, aku kuatkan rasa cinta makin kuat dan makin dalam sambil
bercakap-cakap pada diri sendiri dengan self talk yang memberdayakan. Misalnya “Aku
sudah diberi karunia begitu besar, begitu indah. Maka aku akan menjaga ucapanku,
tutur kata, perlakuanku, dan memberikan segala upaya yang terbaik yang bisa aku
lakukan untuk suami, dan anak-anakku. “
Dulu, ketika didera
rasa kesal atau marah, aku masih butuh masuk kamar, buka laptop lalu nonton
video itu sendiri. Yang terjadi kemudian adalah merasakan emosi negatif luruh
berganti dengan rasa sayang dan cinta yang menggebu. Jadi ketika keluar kamar,
aku sudah bisa memamerkan senyum sayang dan pelukan penuh cinta kembali pada
anak-anak, atau suami.
Tapi sekarang,
tak perlu lagi masuk kamar dan nonton video itu. Aku sudah bisa memutar
video itu dalam benakku kapan pun aku
butuhkan, menikmati visualisasi dan melodi lagu
yang sudah terekam di kepalaku,
otomatis meluruhkan emosi negatif.
Bagaimana cara
bekerja anchor sehingga bisa mengatasi emosi negatif? Ketika merekam anchor, kita dengan sengaja (atau bisa
juga tanpa sengaja) merekatkan atau menempelkan kondisi emosi tertentu yang kita inginkan (dalam hal ini kondisi
mencintai) ke dalam melodi lagu dan
visualisasi gambar. Sehingga ketika lagu
itu diperdengarkan, atau ketika video itu diputar, bahkan ketika di putar di
dalam benak sekalipun, kondisi emosi mencintai yang kuat itu akan hadir menggantikan kondisi
emosi negatif.
Apakah
harus begitu cara membuat anchor? Tentu
saja tidak. Anchor tidak harus berupa video, atau lagu.
Salah satu
guruku, Mas Teddi Prasetya Yuliawan,
menulis di bukunya “ The Art of Enjoying Life :
“Secara teknis,
anchor dapat dikatakan sebagai representasi internal atau eksternal yang memicu
representasi yang lain. Maka stimulus dalam anchor tidaklah harus sesuatu yang
sifatnya eksternal (misalnya musik, sentuhan), melainkan juga ingatan kita
sendiri yang kemudian memicu ingatan yang lain.”
Lebih fleksibel bila kita membuat anchor yang
mudah di akses kapan pun kita mau. Bisa
direkam dalam gerakan, atau di salah satu titik pada tubuh kita yang nantinya
berfungsi sebagai tombol anchor.
Kalau memilih anchor
berupa lagu atau video, memang agak repot juga ketika kita ingin mengaktifkan anchor
harus cari handphone dulu, atau laptop, atau MP3 player. Maka jalan keluarnya, ya kita rekam saja
video atau lagu itu di kepala, jadi kapanpun butuh, tinggal dimainkan dalam
benak.
Jadi ketika suami tampak menyebalkan, bikin
emosi naik, ingin ngomel, luangkan saja
waktu beberapa menit untuk
menikmati musik dan video yang diputar di kepala. Benamkan diri dengan sungguh-sungguh dalam
setiap kejadian manis yang pernah dilewati, sehingga mata berkaca-kaca dan diri sendiri berkata,” Sebelmu itu kecil… tak sebanding dengan
kebaikan-kebaikan dia yang banyak itu, cinta, pengorbanannya dalam
membahagiakanmu, dan peristiwa-peristiwa indah penuh berkah yang sudah dilalui
bersama. Lalu apa yang membuat dia tak layak mendapatkan perlakuan termanismu?”
Setelah itu nikmatilah rasa cinta yang
membuncah-buncah . Pandanglah wajah suami lekat-lekat. Rasakan. Ada hangat di dalam dada, kan? Dalam kondisi
seperti itu, mana bisa marah-marah. Yang ada malah ingin peluk-peluk suami,
nempel teruuuus...💖💕💕💕
Tak yakin bisa mengatasi emosi
dengan anchor? Aku tantang Anda untuk mencoba!
cinta, kapan terakhir jatuh cinta ya? hehehe
BalasHapus@Adi Stia Utama S: wah, saya nggak tau kapan Mas Adi jatuh cinta 😁
HapusSemoga cintanya terus terjaga bu :D
BalasHapusiya cinta perlu dipupukd an dijaga ya
BalasHapus