Kantuk hampir
saja mengantar ke alam mimpi ketika
derit pintu kamar yang terkuak menarikku kembali ke alam sadar. Dengan
kelopak mata berat, kutangkap bayangan
laki-laki separuh jiwa itu masuk kamar dengan langkah gontai. Kulirik jam.
Pukul 23.10. Ah... Kasihan sekali Akang, begitulah aku memanggil suamiku, baru sampai rumah hampir tengah malam begini.
Sebuah proyek penting menyita waktunya, ditambah kemacetan parah di Jakarta memaksa ia pulang
lebih larut. Akang menghempaskan tubuh lelahnya di kasur. Lengannya terjulur meraih
dan memelukku.
“Neng, besok
kita harus berangkat touring. Kalau Akang di atas motor, segala penat dan ketegangan rasanya lepas. Akang
benar-benar butuh refreshing supaya di hari berikutnya punya energi baru untuk
menghadapi pekerjaan.”Bisiknya dengan mata setengah terpejam.