Laman

Rabu, 05 Oktober 2016

ANAK LEBIH TERTIB DENGAN METODA BRIEFING DAN ROLE PLAYING




Apakah Ibu-ibu, Bapak-bapak, para orangtua ingin membuat anak lebih tertib dan lancar dalam berkegiatan? Briefing dan role playing  bisa menjadi solusinya lho. Tampaknya simple, tapi  powerful. Bagaimana aku bisa sampai pada kesimpulan itu?


Bermula dari seringnya aku tertohok oleh penjelasan yang diberikan guru, sekaligus trainerku, mbak Okina Fitriani. Kata-katanya  menancap di hati, membuka kesadaran akan kekeliruanku.  Tapi herannya aku tak merasa sakit hati. Reaksiku  malah mentertawakan ketidaktahuan diri sendiri.


Suatu hari dia berkata. “Anda mengatakan bahwa anak adalah hal yang terpenting dalam hidup anda. Tapi sadarkah anda bahwa itu hanya sebuah jargon belaka? Kalau anda sedang mengerjakan sebuah proyek sederhana, misalnya akan tampil dalam sebuah acara. Rencananya akan menyanyi dalam paduan suara menyambut kedatangan direktur, misalnya. Sebelumnya apakah diadakan briefing? Latihannya berapa kali seminggu? Gladi kotornya berapa kali? Gladi bersihnya berapa kali?”

“Lalu kalau buat direktur saja anda demikian tertibnya, kenapa pada anak yang katanya adalah hal terpenting dalam hidup, anda tidak melakukan briefing? Anak yang seumur-umur belum pernah diajak ke arisan, langsung saja anda bawa ke arisan, lalu berharap dia akan duduk manis dan baik-baik saja? Atau anak tidak dibriefing sebelumnya langsung dibawa ke mall, ikut ibunya belanja. Maka tak heran kalau ada anak yang rewel, nangis teriak-teriak, guling-gulingan, tantrum, saat Ibunya sibuk ngobrol, atau sibuk belanja. Atau anak yang seumur-umur belum pernah ke tukang cukur, langsung saja dibawa dan anda berharap dia akan duduk tenang minta rambutnya dicukur, begitu? Kalau dia teriak-teriak ketakutan, salah siapa?”

Apa itu briefing ? Menurut arti kata, briefing itu pengarahan. Jadi dalam hal ini anak atau orang yang akan kita libatkan  untuk sebuah kegiatan, diajak bicara dulu dengan tujuan mengarahkan mereka. Sementara role playing adalah bermain peran. Dalam hal ini role playing bisa diartikan sebagai praktek berlatih, untuk mempersiapkan anak menghadapi kondisi tertentu. 

Kapan briefing dan role playing dilakukan? Pada saat sebelum melakukan kegiatan, terutama kegiatan yang belum pernah dilakukan oleh anak, atau akan membawa anak ke sebuah tempat yang belum pernah dikunjunginya.

Berikut ini contoh-contoh kegiatan bersama anak yang disertai briefing dan role playing sebelum pelaksanaannya :

Touring jarak jauh dengan motor

Supaya lebih jelas, aku sampaikan contohnya seperti apa yang dilakukan  suamiku, si Akang Sutedja,  pada anak perempuan kami Dea (14 tahun ) yang sudah mulai ketularan hobi orang tuanya, touring dengan motor besar.

Pada touring pertama dari Bogor ke Pelabuhan Ratu yang jaraknya cukup dekat dan  waktu tempuh yang singkat, Akang hanya meminta Dea untuk duduk  tenang di atas motor besar ber-cc 1800. Memintanya untuk tidak rewel saat panas dan terjebak dalam kemacetan. Touring perdana ini berjalan kurang sukses karena dalam perjalanan pulang, beberapa kilometer sebelum daerah Lido, motor mengalami mogok selama lebih kurang 5 jam karena ada masalah dengan system pengapiannya. Namun, kejadian mogok ini ternyata tidak memadamkan keinginan Dea untuk ikut dalam kegiatan touring berikutnya.

Saat ada undangan event  2 tahunan kegiatan  motor besar di Palembang yang dikenal dengan "Sumatera Bike week" pada akhir Agustus yang lalu, Dea ngotot dan merengek ingin ikut. 

Terus terang, aku agak ragu, karena jarak Bogor- Palembang cukup jauh. Tapi si Akang meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

Apa yang kemudian dilakukan Akang sebelum perjalanan di lakukan?

Selama beberapa hari dia mengajak Dea briefing. Kenapa beberapa hari ? Karena Akang ingin memastikan bahwa Dea mengerti apa yang boleh dan tidak boleh Dea lakukan selama kegiatan touring berlangsung. Ada lima point yang dilakukannya saat mengajak Dea briefing sebagai berikuit :
(1) Tell - (2) Show - (3) Do/Role Playing - (4) Ask - (5) Evaluate.

1. Tell (Menjelaskan detail kondisi, ketentuan, hal penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan yang akan dilakukan).

Akang menjelaskan kepada Dea bahwa kegiatan touring kali ini menempuh
jarak cukup jauh, sekitar 650 km. Dan jarak itu ditempuh dalam waktu
belasan jam, bahkan kemungkinan lebih, tergantung kondisi jalan.

Akang: "Dea, perjalanan kita kali ini jauh lebih lama dari perjalanan Bogor - Pelabuhan Ratu. Jarak tempuh dari Bogor ke Palembang sekitar 650 km. Biasanya dengan menggunakan motor kita akan menempuh waktu perjalanan lebih dari 15 jam. Kalau kondisi jalan jelek atau kena macet, bisa saja waktu tempuhnya menjadi 18 jam. Selama perjalanan kita bisa kepanasan atau kehujanan, kondisi ini bisa membuat kita capek. Bapak ingin kalau Dea nanti merasa capek, Dea nggak boleh ngomel-ngomel karena bisa membuat Bapak kurang konsentrasi. Ini sangat berbahaya saat membawa kendaraan, apalagi motor besar. Supaya Dea tidak cepat capek, Dea harus bisa menikmati perjalanan ini. Dan yang terpenting harus jaga kesehatan dengan baik. Dea tau bagaimana menjaga kesehatan dengan baik ?”

Dea: "Tau lah... Dea harus cukup tidur dan makan yang cukup.”

Akang: "Siip. Selama diperjalanan juga Dea harus makan dan minum yang cukup. Tidak boleh malas minum karena selama perjalanan kita akan mengalami dehidrasi. Kekurangan cairan akan mengakibatkan tubuh menjadi lemah dan pusing, sangat berbahaya kalau kita sedang berada di atas motor."

Dea: " Iye...iye..Dea tau.”

Akang: "Selama di tempat acara nanti, Dea hanya boleh membeli merchandise Sumatera Bike Week, harganya Rp.300 ribu. Merchandise ini biasanya berisi pin, kaos dan syal yang bisa digunakan sebagai masker atau tutup kepala.”

Dea: "Yaaah...masak cuma itu. Belanja yang lainnya juga dong, pak ?”

Akang: "Ok. Untuk belanja yang lainnya Bapak tambahin lagi uang Rp. 200 ribu, Jadi total uang belanja Dea Rp. 500 ribu ya. Nggak boleh minta tambah lagi. Deal ?”

Dea: "OK.. Yesss.."

2. Show (menunjukkan atau memberi contoh)

Akang  menunjukkan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama duduk di boncengan motor gede  ber-cc 1800 yang biasanya akan dikendarai dengan kecepatan “agak” ngebut.  Dia menjelaskan apa saja resiko selama perjalanan, dan apa upaya yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya.

Akang: "Kalau jalan lagi sepi, Bapak akan melajukan motor agak ngebut. Mungkin bisa sampai 120 km/jam. Dengan kecepatan ini kita perlu kerjasama yang baik karena kesalahan sedikit saja bisa membuat kita berdua celaka.”

Dea: "Kerjasama bagaimana, Pak?”

Akang: "Dea nggak boleh tidur. Kalau ngantuk Dea harus bilang sama Bapak. Saat berada di tikungan, badan Dea harus mengikuti irama motor. Kalau motor miring ke kiri, badan Dea harus ikut miring ke kiri. Kalau motor miring ke kanan, badan Dea harus ikut miring ke kanan juga. Dea juga tidak boleh melakukan banyak gerakan, misalnya muter-muter badan karena mau motret. Kaki juga harus selalu berada di foot step motor.”

Dea: "Mudahlah itu...kan Dea sudah tau waktu kita ke Pelabuhan Ratu.”

Akang: "Jadi Dea sudah tahu kan ? Dea siap untuk melakukan apa yang Bapak sampaikan ?”

Dea: “Iye...iye.."

Akang: "Oh, iya. Dea juga harus membantu Bapak memberi isyarat dengan bantuan tangan kalau Bapak mau belok atau memotong kendaraan lain, karena walaupun sudah menghidupkan lampu sign, kadang-kadang suka tidak dilihat oleh mereka. Dea juga harus bantu memberi isyarat ke Om Iwan atau Pakde Harry kalau bapak mau berhenti atau melambat."

3. Do/ Role Playing (mempraktekan)

Akang mengajak Dea mempraktekan bagaimana caranya duduk di boncengan dengan nyaman. Kemudian mengajarkan beberapa isyarat tangan untuk meminta kendaraan lain memberi jalan atau memperlambat laju kendaraan, dan memberi petunjuk arah pada motor yang berada dibelakang mengingat touring kali ini dilakukan bersama rombongan kecil. Setelah itu, Akang meminta Dea untuk mempraktekkan untuk menyakinkan bahwa Dea sudah bisa melakukannya dengan benar.

4. Ask (Bertanya)

Akang bertanya apakah Dea sudah mengerti atau masih ada hal yang perlu
dijelaskan.

Akang: "Ada lagi nggak yang mau Dea tanya ?”

Dea: "Pak, ada istirahatnya nggak selama di jalan ?”

Akang: "Ada. Nanti kita berhenti setiap 3 jam sekali untuk istirahat. Selama istirahat kita bisa ke kamar kecil dan minum yang banyak. Dea juga bisa makan kue supaya tidak masuk angin."

5. Evaluate (Evaluasi)

Akang mengecheck lagi pemahaman Dea, termasuk juga mengkoreksi bila masih ada kesalahan.

Akang: "Dea, coba ulangi lagi apa yang boleh dan tidak boleh Dea lakukan selama perjalanan touring ? Apa saja yang boleh Dea beli ditempat acara ?"

Dea: "bla...bla... (menjelaskan seperti isi briefing yang dilakukan)."

Perlu diketahui bahwa Tell-Show-Do/Role Playing- Ask dan Evaluate ini bukanlah rumus baku dalam briefing. Bisa saja disederhanakan, tak harus dilakukan semua, tergantung kegiatan yang akan dilakukan.










Bagaimana hasil touring yang dilakukan si Akang dan anak perempuannya?Alhamdulillah  berjalan lancar.

Dea, anak perempuan 14 tahun itu, menempuh perjalanan dari Bogor ke Palembang selama 18 jam, dan hampir 20 jam dari Palembang kembali ke Bogor. Kurang tidur, kepanasan dan sudah pasti mengalami kelelahan, tapi Dea tetap bisa "enjoy" dan tidak rewel. Bahkan setelah sampai Bogor pada pukul 02.00 dini hari, Dea masih bisa shalat jamak Maghrib dan Isya, serta bangun jam 5.00 untuk shalat subuh walaupun kemudian nyambung tidurnya lagi sampai jam 12.30 . Malam harinya Dea tetap semangat mengerjakan tugas sekolah yang harus dikumpulkan esok harinya.

Kepada siapa saja briefing bisa dilakukan? Pada semua "orang yang bisa berkomunikasi".  Anak balita 1.5 tahun hingga kakek-kakek bisa dibriefing, selama mereka  bisa di ajak bicara, komunikasi dua arah. Masak sih, balita  bisa dibriefing?

Menunggui mama mandi

Salah seorang alumni training Enlightening Parenting,  berbagi pengalamannya. Dia seorang ibu yang punya balita berusia 1.5 tahun. Si anak demikian “lengket” pada Ibunya, sampai si Ibu tak bisa mandi.

Lho kok? Lha iya. Si anak akan menangis keras di depan pintu kamar mandi, kalau ibunya nekat mandi. Akibatnya Ibu tidak bisa mandi berhari-hari. Dia hanya  bisa mandi di malam hari saat suaminya sudah pulang atau menunggu si balita tidur.

Jadi, sang Ibu kemudian mengajak anaknya briefing. Kira-kira pembicaraan mereka seperti ini :

“ Adik, Mama mau mandi. Mama minta waktu sebentar ya. Selama Mama mandi, Adik boleh duduk di sofa sambil nonton film Dora.  Coba kita latihan dulu. Sini Adik duduk di sofa. “

Si Adik lalu duduk di sofa, dan Mama memutar  film Dora di TV. Mama masuk ke kamar mandi, lalu mandi.   Sekitar 10 menit  kemudian maman selesai mandi,  ternyata  si Adik masih asyik nonton. Tidak menangis. Malah bertanya, “Mama sudah mandinya? Kok cepat? “ :-)

Yang perlu diperhatikan di sini adalah untuk anak dibawah 2 tahun, sebaiknya kegiatan penggantinya  tidak berupa kegiatan dengan display, misalnya nonton TV atau main gadget. Lebih baik ganti dengan kegiatan lain, misalnya beri anak buku gambar dan pensil warna.  Selain itu si Mama tak boleh terlalu lama di kamar mandi, karena rentang fokus anak balita tidak terlalu lama, 20 menit itu sudah merupakan prestasi buat anak balita.

Konsultasi  ke dokter

Contoh lain yang sudah dipraktekan oleh Pak Alfan Yudhatama dengan anaknya, Ashilla (4 tahun) yang awalnya tidak mau diajak ke dokter.

Percakapannya seperti ini :

Abah : “ Ashilla jam 10 nanti kita ke dokter ya.”

Ashilla : “Gak mau.”

Abah : Ashilla ke dokter biar sehat jadi bisa sekolah lagi.”

Ashilla : “ Takut nanti ama tante dokter.”

Abah : “Kita main dokter-dokteran yuk. Jadi nanti Ashilla dipanggil sama suster, terus Ashilla masuk dan diperiksa seperti ini. ( role play dokter-dokteran, kebetulan  Ashilla punya mainan stetoskop).

Ashilla : “Ya udah, Ashilla mau, tapi jangan lama-lama. Terus Abah temenin ya.”

Abah : “ Iya, Ashilla. nanti didalam hanya 10 menit. Nanti Ashilla yang kasih tahu tante dokter mana yang sakit ya.”

Ashilla : “ Iya Abah.”

Bagaimana pelaksanaanya?  Sampai di dokter, dari mulai timbang badan sampai masuk ruangan  berlangsung  lancar. Ashilla juga menjelaskan yang dirasa sakit kepada dokter. Plus pulangnya minta makan nasi goreng, padahal sebelumnya dia tak mau makan. 

Belanja ke supermarket

Bagi yang akan mengajak anaknya belanja ke supermarket, supaya anak tidak nangis guling-gulingan di lokasi belanja, simak Mbak Eka Mardilla yang memberi briefing pada anaknya Zuhara (3 tahun) berikut ini. 

1. Saat berangkat, Mbak Eka ingin Zuhara duduk di car seat dan mengenakan seat belt. 

Mama : " Zuhara, nanti kita mau ke Giant ya. Kita naik apa? "

Zuhara: "Mobil."

Mama : "Kalau naik mobil, Zuhara duduk dimana?"

Zuhara : "Di car seat."

Mama : "Pakai seat belt?"

Zuhara : " Iya. Nanti kalau Papah ngerem, kejeduk kalau gak pakai seat belt. "

2. Saat di Supermarket, yang boleh dibeli hanya makanan dan bekal sekolah. 

Mama : " Nanti di Giant kita beli makanan sama bekal Zuhara  ya. "

Zuhara: "Iya."

Mama  : " Kalau mainan masak-masakan itu makanan bukan?"

Zuhara : " Bukan."

Mama : " Jadi kita beli nggak?"

Zuhara : "Nggak. Kalau mainan di rumah aja nggak usah di Giant. Di rumah kan Zuhara sudah ada mainan gak usah beli."

Mama : " Oke deh. Zuhara boleh ambil susu strawberry ya untuk bekal sekolah nanti."

3. Zuhara diarahkan supaya selama belanja bisa duduk di trolley atau jalan sambil pegangan.

Mama : "Nanti di Giant Zuhara boleh duduk di trolley atau boleh jalan ya. Nanti Zuhara mau lari-lari sendiri atau pegangan Mama ya?"

Zuhara: "Pegangan. Nanti kalau lari-lari Zuhara nangis kayak anak ayam yang di buku cerita."

Mama : "Oke, nanti pegangan Mama ya."

4. Zuhara boleh mendorong trolley asalkan sama Papah.

Mama : " Zuhara mau dorong trolley?"

Zuhara: "Mau."

Mama : " Dorong trolley-nya sendiri, atau sama Papah?"

Zuhara : "Sendiri. "

Mama : Pasang ekspresi tidak setuju.

Zuhara: "Sama Papah"

Mama : Senyum. " Jadi dorong trolleynya sendiri atau sama Papah?"

Zuhara : " Sama Papah."

Mama :" Oke."

5. Review dan Evaluasi

Mama : " Nanti kita ke Giant naik mobil. Zuhara duduk di car seat, pakai seat belt. Sampai di Giant kita beli makanan dan bekal ya. Zuhara boleh ambil susu strawberry. Terus nanti Zuhara duduk di trolley atau jalan sambil pegangan Mama. Kalau mau dorong trolley boleh, tapi berdua sama Papah ya. Nanti pulangnya duduk di car seat lagi daan pakai seat belt ya. Sepakat?"

Zuhara :" Iya."

Mama dan Zuhara berpelukan.

Acara belanja Mbak Eka dan Zuhara berlangsung lancar. Saat Zuhara mengambil mainan, sang Mama bertanya,

"Mainan itu makanan bukan ya? "

Zuhara langsung mengembalikan mainan itu, tidak pakai protes, atau nangis guling-gulingan.



Minum obat 

Metode Briefing sederhana untuk anak yang pertama kali harus minum obat tablet juga cespleng. Mbak Yuni Kurniah melakukan pada anaknya. Ini caranya:


1. Siapkan obat dan air minum di gelas.

2. Buat simulasi dulu: 


"Ini obatnya sekecil ini, tenggorokan Adik..(buat lingkaran dengan jari untuk mengukur besar tenggorokan lewat leher aja) sebesar ini. Jadi ini obat (ditangan kanan)..ini tenggorokan Adik (buat lingkaran di tangan kiri)..ini air di gelas yg akan mendorong obat masuk. Masukkan obat kesini (letakkan di ibu jari sbg lingkaran bagian bawah)...dorong dengan air minum (tangan kanan lakukan gerakan spt mengambil gelas kemudian menuang masuk ke lingkaran ditenggorokan)..daaan..haap (sentuh obatnya seolah masuk tenggorokan) obat itu masuk...tanpa rasa. Adik bisa". 


3. Cek kesiapan anak...ulangi simulasi jika perlu.

4. Eksekusi

"Adik bisa"

"Bismillah..ya Allah jadikan obat ini sebagai penyembuh" .. kasih obatnya. Biarkan anak yg meletakkannya di mulut dan berikan air minumnya.

Nantikan senyum puas bangga dari anak setelah dia merasakan obatnya masuk.

5. Berikan pujian efektif atas hasil yg dicapai.

"Alhamdulillah..adik pinter minum obat tablet. Insyaa Allah Adik cepat sembuh".

Minum obat pun sukses dilakukan.

Aku  sendiri sudah membuktikan  manfaat briefing ini. Selama bertahun-tahun aku berkutat pada masalah yang sama, lalu dengan satu kali briefing tiba-tiba masalahnya selesai. Simak di sini ya.

Masih belum yakin kalau briefing bisa dilakukan pada siapa pun? Boleh deh intip tulisan Mbak Gita Djambek yang mempraktekkan briefing pada ayahnya yang berusia 69  tahun. Klik di sini. 

Briefing perlu persiapan.  Sebelum melakukan, anda perlu menyiapkan point-point  yang harus disampaikan sebagai arahan pada anak. Kenapa tak anda lakukan,  bila sedikit usaha itu bisa membuat kegiatan bersama anak berlangsung lancar dan tertib? 

Yuk mulai biasakan melakukan briefing dan role playing pada anak!



7 komentar:

  1. Kadang karena kesibukan ibu lupa deh mba harus breifing ketika merencanakan sesuatu

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Yurmanita Adismal : kalau dibiasakan mudah2an gak lupa,Mbak :-)

      Hapus
    2. @Yurmanita Adismal : kalau dibiasakan mudah2an gak lupa,Mbak :-)

      Hapus
  2. Terima kasih sudah berbagi ilmunya...

    BalasHapus
  3. Wah kemarin aku juga sukses kasih metode ini (padahal blm baca tulisan ini). Sebelum berangkat sudah harus dibriefing supaya gak rewel dan beneran gak rewel sampai pulang.

    BalasHapus