“Life is a journey, not a destination.”
Demikian kutipan yang di tulis oleh Ralph Waldo
Emerson. Aku setuju dengan
kutipan itu, bahwa hidup adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan. Sebagai muslim aku percaya bahwa hidup adalah
sebuah perjalanan untuk mengumpulkan bekal amal dan kebaikan yang kelak berguna saat manusia mencapai destinasi akhir, yaitu kehidupan yang abadi di
akhirat.
Aku dan suamiku,
si Akang, kerap mengganti kata “Life” dalam kutipan itu dengan kata”Touring”.
Touring yang kumaksud adalah perjalanan kami dengan motor besar ke tempat-tempat yang jauh
dari rumah di Bogor. Hal itu sering dilakukan untuk mewarnai hidup kami.
Aku dan Akang Sumber foto : koleksi pribadi |
Seringkali aku menganalogikan touring seperti
layaknya kehidupan. Tentu karena perjalanan touring yang kami lakukan berwarna-warni, seperti warna-warni hidup.
Kami telah
menyusuri jalan ratusan hingga ribuan kilometer
dari Bogor ke pantai-pantai indah di Banten, Pangandaran, Situbondo, hingga
pulau Bangka. Kami menyusuri jalan ke
arah pegunungan cantik di Kuningan, Dieng,
Baturraden, hingga Bromo. Mengunjungi kota-kota dari Bandung, Jogjakarta, Solo
hingga Palembang. Dan semua perjalanan terukir
dengan warna berbeda.
Di pantai Penyusuk Pulau Bangka |
Bukan hanya
indah pemandangan membumbui perjalanan kami. Tapi seperti halnya kehidupan yang
tak melulu indah, kami juga menghadapi sengat terik matahari, hembusan angin, jebakan
lumpur, hujan, kabut, banjir, udara dingin menusuk tulang, jalanan macet berkilo-kilo meter, kerusakan kendaraan karena menghantam batu,
jalan rusak yang membuat bokong terbanting-banting di jok motor hingga
otot-otot terasa tertarik, ngilu dan
nyeri. Tapi berbagai warna itu menghadirkan pengalaman yang memperkaya jiwa. Semua berujung pada rasa syukur yang mendalam pada Sang Pemilik Kehidupan.
Di Taman Nasional Ijen Jawa Timur |
Ketika
perjalanan yang ditempuh menghadirkan
penat di sekujur tubuh, kelelahan psikis menghadapi jalan macet dan kondisi emosi yang tak lagi stabil
akibat deraan lelah, biker dan boncenger seperti kami sangat membutuhkan tempat
persinggahan senyaman rumah.
Bila kami
singgah di sebuah kota, kami cenderung memilih hotel dengan fasilitas lengkap
dan memadai. Hal ini menjadi semacam “reward’’
atau penghargaan terhadap tubuh kami yang berbeban lelah dan stress setelah menempuh
perjalanan jauh.
Lantas tempat
seperti apa yang senyaman rumah? Rumah bukan sekedar tempat tinggal, tapi juga tempat di mana kita merasa nyaman, dan tenang. Rumah ibarat peluruh penat. Bila seseorang
melangkah masuk ke dalamnya, maka beban
pikiran, nyeri, ngilu dan pegal di tubuhnya terlepas satu persatu oleh suasana yang
menentramkan hati.
sumber foto : http://grandzuri.com/bsdcity |
Kami butuh
sambutan yang hangat seperti layaknya disambut oleh keluarga. Pelayanan ramah, efisien, cepat dan memudahkan kami untuk segera menikmati istirahat, ibarat segelas air segar di tengah padang pasir. Menyejukkan.
Kami butuh lobby bersuasana cozy
yang memungkinkan mengobrol nyaman dengan teman-teman di kota yang kami singgahi.
Lobby yang nyaman Sumber foto : http://grandzuri.com/bsdcity |
Kami ingin resto
yang cantik dengan menu lezat untuk melepaskan cengkeraman lapar yang mendera
perut setelah perjalanan panjang.
sumber foto : http://grandzuri.com/bsdcity |
Kami butuh
suasana romantis, pemandangan kolam renang yang membuai mata. Aku
selalu suka air, sebagai unsur penting dalam menciptakan suasana rekreatif dan
ketentraman. Mungkin kami tak sempat berenang, tapi menikmati suasana di
sekitar kolam renang bisa sangat membantu melepas stress.
sumber foto : http://grandzuri.com/bsdcity |
Aku butuh SPA.
Tempat nyaman untuk memanjakan diri
melepas pegal dan ngilu akibat berjam-jam menantang panas, hujan, dan dinamika jalanan.
Tempat yang nyaman untuk merawat tubuh dengan luluran membersihkan kulit dari
debu-debu jalanan, keringat dan kotoran.
Kami butuh
tempat yang nyaman untuk beribadah, dimana kami bisa menyungkurkan kepala dalam
sujud penuh nikmat padaNya, tanpa terganggu keributan.
sumber foto : http://grandzuri.com/bsdcity |
Kami butuh
tempat tidur yang nyaman setelah berjam-jam duduk di jok motor,
terbanting-banting di jalan. Tempat tidur empuk dan lembut,
mampu menyangga tubuh lelah kami dan mengantarkan pada istirahat
berkualitas. Ini penting agar esok hari kembali fit meneruskan perjalanan.
Kami butuh
tempat persinggahan yang mampu memenuhi kebutuhan kami akan ketentraman yang
ditawarkan rumah. Tempat berlabuh yang yang menyerap habis beban penat,
dan menggantikannya dengan kebugaran, serta semangat yang terbarukan.
Kembali lagi
pada kutipan ala aku dan Akang. Kami lebih senang mengatakan hal sebagai
berikut :
“Touring is a
journey, not a destination. But along the way, Bikers need a stopover that
feels like home.”
Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba Menulis Blog Jakarta Corners yang disponsori oleh Hotel Grand Zuri BSD City
Enak banget baca tulisan mba Iwed...adem tentrem...feel like home
BalasHapusEnak banget baca tulisan mba Iwed...adem tentrem...feel like home
BalasHapus@Murtiyarini, Arin : Terimakasih dukungannya, Mbak...
BalasHapushotel ini asyik banget buat nginep mbak Dew.. aku udah beberapa kali nginep di sini
BalasHapus@Goiq : semoga aku juga bisa nginep di sini :-)
HapusKeren, Weeddd ^_^
BalasHapus@Ratna Amalia : uhuuy... :-)
HapusFoto-fotonya kece banget mbaaaak.
BalasHapusKagum dengan kepiawaian mbak Juliana mengendarai motor. Cantik, tapi gagah.
@Katerina.S : aku gak mengendarai motor, Mbak. Aku cuma boncenger yg duduk manis di jok belakang :-)
Hapusselalu suka cerita-ceritamu touring mba...menyenangkan....
BalasHapus@Dewi Rieka : Thank you dear..
BalasHapusSeru banget, itu semacam bonding antar suami istri juga ya mba, biar makin lengket, hihihi..
BalasHapusJadi mauuuuuu.. tapi kemanaaa?
Harus sering2 berkunjung ke blog ini kayaknya, adeeem..'
TFS ya mba :*
#kacamatahani
Eeh, aku punya vocer Grand Zuri. Jd pingin cpt2 dipake nginep deh gegara baca postingan ini
BalasHapushotel ini asyik banget buat nginep mbak Dew.. aku dulu pernah..cuma satu kali aja nginep ke sana.. heehe
BalasHapusFoto-fotonya kece banget mbaaaak.
BalasHapusKagum dengan kepiawaian mbak Juliana mengendarai motor. Cantik, tapi gagah.
persinggahan layaknya rumah sendiri, kenyamanan merupakan yang paling utama.
BalasHapus