Setelah beberapa
kali rencana touring gagal melulu karena beberapa urusan, akhirnya aku dan
suamiku, si Akang, mulai merasa kurang piknik. Ah, sungguh tak enak rasanya.
Sabtu sore itu 19 September 2015, setelah bangun dari istirahat
siang, Akang tiba-tiba dapat ide.
“Kita panaskan motor ke Puncak, yuk! Menikmati malam mingguan di Nicole’s Kitchen and Lounge .”
Ajaknya.
“Ayok! Setuju!”
Langsung saja aku menyambut tawarannya dengan antusias.
Usai shalat
maghrib kami berdua meluncur di atas motor 650 cc melintasi jalan-jalan Bogor
yang penuh angkot. Kami menuju ke arah puncak.
“Kalau macetnya
sangat parah, kita balik lagi saja
ya,Neng. Tapi kalau nggak terlalu macet kita teruskan perjalanan ke Puncak.”
Ujar Akang saat melihat antrian kendaraan yang padat di pasar Ciawi.
Meski lalu
lintas padat, kami masih bisa mencari celah –celah di antara bus dan mobil
pribadi. Selepas pasar Ciawi, wuzz!!...kami melaju dengan lancar hingga bertemu
sekitar dua titik antrian kendaraan sebelum Puncak Pass.
Lewat dari
Puncak Pass jalan lebih lengang. Udara dingin menelusup celah-celah jaket
kulitku. Aku mengeratkan pelukan ke punggung Akang.
Satu setengah
jam perjalanan, kami tiba di Jl. Raya Cipanas Hanjawar, di sisi kiri kami melihat
“Kampoeng Brasco”, sebuah factory outlet yang besar. Akang segera membelokkan
motornya memasuki tempat itu. Nicole’s Kitchen and Lounge berada satu area
dengan Kampoeng Brasco.
Setelah parkir
motor di basement, kami berjalan kaki memasuki bangunan resto cantik itu. Dari
depan, tampak bangunan terdiri dari dua lantai. Di bagian bawah terdapat
Nicole’s Kitchen, sementara Nicole’s Lounge terletak di lantai atas.
Nicole’s Kitchen
tampak sepi. Aku dan Akang memasuki lift
menuju Nicole’s Lounge. Resto itu, seolah menyambut kami dengan kemeriahan.
Hentakan musik “nge-beat” terdengar
nyaman di telinga mengalunkan “Locked out of Heaven”-nya Bruno Mars versi
vocalist Nicole’s Lounge. Suara anak muda itu lumayan bagus, dan musik yang
dimainkan pun tak memekakkan telinga karena kualitas sound system yang cukup
baik.
Aku mengedarkan
pandangan ke penjuru ruangan. Tempat itu didisain dengan cantik. Lampu-lampu
menyala dengan sinar kekuningan, berkesan hangat, cocok untuk suasana malam
di Puncak yang berhawa dingin.
Unsur-unsur
interior berpadu harmonis saling mendukung. Langit-langit dengan rangka kayu bercat putih, tanaman artificial menyerupai pepohonan, furniture
berupa kursi-kursi dan meja putih dengan disain
simple dan apik. Semua ditata serasi di
ruangan maupun di teras yang terbuka.
Gazebo-gazebo
beratap putih berjejer di balkon sementara sofa-sofa cantik dilengkapi meja kecil berwarna coklat membuat betah pengunjung resto menghabiskan
waktu di tempat ini.
Di sudut,
terdapat sebuah ruang terpisah dari ruang
utama resto. Tempat itu sedap dipandang mata, dengan aksesoris selaras. Langit-langit dan dinding kaca,lampu
kristal, tanaman artificial berwarna putih, serta sofa
berjok merah yang berada tepat di
tengah ruangan.
Aku dan Akang
memilih duduk di ruang utama resto.
Seorang pelayan menyodorkan daftar menu.
Makanan yang tersedia di sini antara lain soup dan salad, cemilan,
pasta, pizza, sandwich, burger, hidangan penutup berupa beberapa jenis pudding,
masakan Nusantara dan Asia.
Karena tak
terlalu lapar, aku memilih menu yang “ringan”. Creamy mushroom zuppa soup dan
Green tea latte. Akang memesan Mushroom Arancini, Chicken Tikka Masala, dan
Vanilla Latte.
Sementara menunggu telingaku terus dimanjakan
dengan lagu-lagu baru maupun lagu dari zaman masa remajaku.
Melodi
pembuka mengantarkan nada-nada manis sebuah intro lagu yang dulu begitu kukenal.
“Cantik...
Ingin
rasa hati berbisik...
untuk melepas keresahan..
dirimu..”
Alunan suara sang
vocalist membuat aku senang campur geregetan.
“Aaah....” Seruku,
lalu menutup muka dengan dua telapak tangan. Ya, lagu ini bagusnya diberi judul lagu tutup
muka! Hahaha... karena lagu “Cantik” milik Kahitna itu mampu membawaku ke masa
lalu. Ke zaman kuliah, saat-saat indah merangkai masa depan. Saat-saat tebar
pesona. Hahaha...
Aku tersenyum-senyum sendiri, lalu mulai ikut
menyanyikan lirik-lirik manis lagu karangan Yovie Widianto . Akang memandangku
dengan ekspresi wajah yang lucu, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tak lama
kemudian, pelayan yang ramah mengantarkan
pesanan kami. Aku memandang 3 macam menu makanan dan dua jenis minuman
dengan antusias.
Creamy mushroom zuppa soup yang panas sangat
cocok untuk mengusir hawa dingin udara puncak. Aku segera merobek pastry yang
membungkus masakan dari Eropa itu dengan sendok, dan mencicipi soup panas
kental berwarna putih. Rasanya enak, creamnya pas tidak terlalu kuat, aroma dan
rasa jamurnya juga lezat.
Kemudian aku mencicipi
menu pesanan Akang,Chicken Tikka Masala. Masakan ini sebenarnya tidak jelas
darimana asalnya. Ada yang yang menyebutkan menu ini berasal dari restoran
India di Inggris, tepatnya dari orang-orang Bangladesh yang menjalankan bisnis resto masakan
India di Inggris.
Menurut resep
aslinya, Chicken Tikka Masala adalah potongan ayam yang direndam dalam
rempah-rempah dan yogurt kemudian
dipanggang dalam oven tandoor.Kemudian ayam disajikan bersama saus
rempah-rempah yang disebut saus masala.
Chicken Tikka
Masala di Nicole’s Lounge ini dan disajikan bersama roti prata dan mint raita. Roti prata adalah pancake ala Pakistan,
sementara mint raita adalah saus yogurt yang dicampur daun mint.
Saus masala
rasanya seperti kari yang “spicy”. Enak. Cara menikmatinya, dengan meletakkan
potongan daging ayam berbalut saus masala di atas roti prata, lalu lipat dan celup ujungnya dalam mint raita. Hmm....Maknyoss.
Menu yang satu
lagi, Mushroom Arancini adalah bola-bola yang terbuat dari adonan nasi dicampur jamur, dibalut tepung roti
lalu digoreng. Menu ini berasal dari Sisilia di abad 10 selama pemerintahan
Arab. Masakan ini menurutku biasa saja rasanya.
Bagaimana
minumannya? Green tea latte dan vanilla latte lumayan enak. Tapi kalau dua
macam minuman itu dibandingkan, lebih
enak vanilla Latte.
Kemeriahan malam
minggu masih kami nikmati selama beberapa saat. Ketika malam makin merambat,
Akang mengajakku pulang. Aku terpaksa menuruti ajakannya, padahal rasanya masih
betah menikmati suasana romantis di tempat itu.
Untuk makanan
dan minuman yang kami pesan, Akang membayar tagihan sejumlah Rp. 213.000,-
Mahal? Relatif
ya. Sebandinglah dengan rasa masakan yang enak, pelayana yang ramah dan cepat,
serta susasana cozy, cantik dan nyaman di resto itu.
Rasanya aku ingin lagi datang ke tempat ini, tapi tidak di malam hari. Pasti di siang atau sore hari tempat ini juga asyik untuk bersantap bersama anak-anak. Hanya saja, mungkin di week day. Sudah terbayang kalau berkunjung saat week end dan bawa mobil, macetnya mana tahaaan... :)
Tempatnya cantik banget mbak, dingin2 makan sup pasti anget banget yaaa. Bookmark aahh kalau bisa jalan2 ke Puncak
BalasHapus@Prima : Siiipp.... :-)
BalasHapuswah asyik ya makan sambil denger live musik, ada laguny aKahitna pula :) gak duduk di Gazebo mbak? kalo aku jadi pingin tidur
BalasHapusdeket nih di puncak.. yihiiii
BalasHapusWihh mushroom zuppa soup nya sedap nih kayaknya, ulasan menarik, bisa jadi referensi :)
BalasHapuspengen coba kesini juga aah~
BalasHapusPenting dicoba ini..kudu nyuri waktu diluar weekend
BalasHapus