Bahana adzan mendayu-dayu di ruangan luas itu membenamkan
perasaanku dalam lautan haru. Bukan karena merdunya. Lantunan adzan ini tak
jauh beda dari jutaan adzan yang pernah kudengar. Kumandang suaranya tidaklah istimewa melebihi merdu suara muadzin masjidil
Haram dan masjid Nabawi di tanah suci. Tapi
akibatnya mampu menggetarkan hati, dan membuat indra penglihatanku pudar berkabut air mata.
Muadzin mengumandangkan adzan |
Kutebarkan
pandangan ke penjuru ruangan untuk menetralisir perasaan. Berbondong-bondong
saudara seimanku, wanita maupun pria berdatangan membentuk barisan yang rapat.
Ku tatap wajah-wajah syahdu muslim dari berbagai ras. Kaukasoid, Australoid, Mongoloid, Negroid,
sungguh beragam.
Tak lama
kemudian, aku tenggelam dalam khusyuknya shalat maghrib berjamaah dipimpin Imam
Sohel Mangera. Nikmat. Namun ketika salam diucap pertanda usainya shalat,
gelombang haru kembali menghantam dadaku.
Di sisi kiri kulihat sahabatku, Indriya, tengah menghapus butiran air mata.
Ternyata dia pun merasakan hal yang sama. Aku beranjak menjauh darinya,supaya
dia tak memergoki aku menangis juga.
Di barisan
belakang aku duduk, menatap punggung-punggung saudaraku yang masih bersimpuh
membisikkan do’a. Tumpahlah perasaanku dalam butiran air mata. Kutangkupkan
kedua telapak tangan menutup muka, tangisku tanpa suara, tapi tubuh terguncang-guncang menahan isak.
Seluruh emosi terkuras tuntas.
Sesaat setelah shalat maghrib |
Ini bukan di
tanah suci. Bukan Mekkah atau Madinah. Ini juga bukan Indonesia, di mana umat
muslim sangat banyak jumlahnya. Tapi ini
sisi lain bumi Allah, tempat yang asing. Sebuah titik di benua Amerika,
tepatnya Detroit, Michigan. Aku dan Indriya saat ini
bersama ribuan manusia berbagai ras dalam ruangan luas Hall B COBO Center di tanah Amerika, terikat dalam satu keyakinan, satu keimanan, satu persaudaraan. Islam. Masya Allah.... bagaimana mungkin kami
bisa berada di sini, sungguh kesempatan
langka. Memikirkannya membuat deraian
air mata menderas penuh rasa syukur.
Adalah ISNA,
Islamic Society of North America, sebuah organisasi Islam terbesar di Amerika
Utara yang berbasis di Plainfield, Indiana, mengadakan konvensi nasional tahunan
ke-51 yang saat itu berlangsung di Detroit Michigan.
ISNA adalah
“payung” yang menaungi berbagai organisai Islam seperti Muslim Student Association ( MSA), Association
of Muslim Scientists and Engineers (AMSE), the North American Islamic Trust
(NAIT), Islamic Medical Association of North America (IMANA), Canandian Islamic Trust Foundation (CITF) dan
the Muslim Youth of North America (MYNA).
Tujuan ISNA
adalah menjadi organisasi Islam teladan dan pemersatu di Amerika Utara yang
memberi kontribusi untuk kemajuan komunitas
Islam dan masyarakat pada umumnya.
Konvensi ISNA
ke-51 ini berlangsung tanggal 29 Agustus- 1 September 2014 di COBO Center, 1
Washington Blvd, Detroit, Michigan.
COBO Center temapt dilaksanakannya konvensi ISNA 2014 |
Event inilah
yang menjadi alasan utama aku dan Indriya berkunjung ke Detroit. Kami ingin
melihat saudara-saudara kami di Amerika. Kami ingin menyelami geliat kehidupan
muslim di sini.
Mengusung tema “
Generation Rise : Elevating Muslim American Culture “ , konvensi ini diisi
dengan berbagai agenda seperti festival
film, pameran karya seni, pemeriksaan kesehatan dan konsultasi gratis, kompetisi
tilawatil Quran nasional, program hiburan, talkshow bersama penulis buku,
seminar, karnaval, lokakarya, dan bazaar.
COBO Center,
gedung tempat diselenggarakan konvensi ini telah dipadati pengunjung ketika kami tiba. Aura
kedamaian langsung menyambutku, rasanya senang sekali melihat saudara-saudara
seiman dari berbagai ras berkumpul dan berdatangan. Aku dan Indriya datang ke
gedung bersama Mbak Siti dan suaminya, kemudian di hari selanjutnya Mbak Pipit,
anak-anak dan suaminya juga bergabung
bersama kami menikmati kemeriahan konvensi ini.
Suasana di lobby COBO |
Dekat patung di lobby COBO Center |
Orang-orang
berdiri mengantri di stand registrasi, beberapa gadis muda lalu lalang di lobby
gedung, sementara kerumunan orang dengan tertib memasuki ruangan-ruangan tempat
diselenggarakannya seminar.
Dalam 4 hari
penyelenggaraan konvensi ini ada puluhan sesi seminar dengan berbagai tema disampaikan oleh para
pembicara. Ada juga beberapa pelatihan keterampilan.
Tema seminar
beragam, mulai dari budaya yang mencerminkan nilai Islam, pelayanan sebagai
karakteristik budaya muslim, masalah-masalah sosial, penyelesaian konflik dalam keluarga dan
komunitas, pembangunan serta pemeliharaan kegiatan masjid, masalah kesehatan, pendidikan
dan lain-lain.
Masing-masing
tema itu terdiri dari berbagai bahasan yang menarik. Salah satunya yang
menurutku menarik berjudul “ Islam and Science: Conflict or Integration?”. Selain
itu ada pencegahan bullying di sekolah,
cara menghadapi para anti-muslim, cara membangun kedekatan dengan kitab suci Al
Quran, masalah kesehatan, bahkan kiat
mencari jodoh dan memelihara pernikahan pun dibahas dalam
sesi seminar.
Selain seminar
dan talk show, ada pelatihan menulis
puisi yang berjudul “ Writing Poetry
from Soul”, pelatihan memotret dengan camera ponsel, pelatihan membuat kaligrafi, dan pengelolaan
keuangan.
Ada 3 sesi bedah
buku yang diselenggarakan di konvensi ini.
Masing-masing sesi terdiri dari 2-4 judul buku. Buku-buku yang dibahas
antara lain bertema pernikahan, membangun kekayaan, dan budaya.
Dari puluhan
seminar dan talk show, ada satu sesi yang menyedot perhatian para pengunjung
konvensi. Sesi ini bahkan telah dinanti-nanti oleh ribuan pengunjung. Jimmy
Carter, mantan presiden Amerika Serikat ke -39
hadir menyampaikan pidatonya. Gedung
COBO mendadak terlihat sangat padat, hiruk pikuk ketika sesi ini akan berlangsung.
Jimmy Carter
hadir untuk mengajak komunitas
Islam bergerak melawan diskriminasi dan
kekerasan terhadap anak-anak perempuan dan wanita di dunia. Dia dan istrinya,
Rosalynn telah mengunjungi 145 negara, membangun koalisi lintas agama untuk
meringankan penderitaan manusia. Para pemimpin muslim dalam konvensi ini diajak
menandatangani deklarasi perdamaian
dan bergabung dalam gerakan Presiden Carter mewujudkan hak-hak azazi
manusia.
Suasana ketika Presiden Jimmy Carter menyampaikan pidatonya. Sumber gambar dari internet. |
Acara menarik
lainnya adalah festival film ISNA yang berlangsung di lantai 3 Cobo Center di
ruang 321. Selama 4 hari penyelenggaraan
konvensi, ada 15 judul film yang diputar. Film-film itu antara lain California
Muslims, A Road to Mecca, American Arab, Children of Sarajevo, Under the Same
Sun dan lain-lain.
Kompetisi tilawatil
Qur’an berlangsung selama dua hari di
ruang 313AB dan 430 AB. Sementara itu di atrium (lantai 1) gedung megah ini
digelar pameran karya seni para seniman muslim. Karya seni yang ditampilkan
antara lain kaligrafi, patung kaca, foto, acriylic, lukisan, perhiasan, dan
seni grafis.
Acara menarik lainnya adalah penampilan artis-artis
muslim dalam program hiburan. Beberapa yang menarik adalah Kareem Salama,
musisi dan penyanyi berdarah Mesir-Amerika. Lalu ada Azhar Muhammad Usman seorang komedian, aktor,
penulis, dan produser film Amerika keturunan India. Dia adalah mantan dosen,
aktivis masyarakat dan pengacara dan telah disebut sebagai "Ayatollah
Comedy" dan "Bin Laughin".
Selain itu ada si cantik Mona Haydar, penyair dan aktivitis keturunan
Suriah-Amerika. Yang paling seru, ada Native Deen, sebuah group musik Islam
dari Washington DC. Musik Native Deen adalah perpaduan hip hop dan R&B
dengan lirik-lirik bertema Islam.
Bersama vocalist Native Deen, Joshua Salam dan Abdul Malik Ahmad |
Senangnya aku
dan Indriya sempat ngobrol sebentar dan berfoto dengan vokalis Native Deen,
Joshua Salam dan Abdul Malik Ahmad, sebelum mereka syuting acara Deen TV yang
ditayangkan langsung dari lokasi konvensi ISNA.
Suasana bazaar ISNA 2014 |
Yang tak kalah,
menarik di Hall A yang sangat luas, digelar ratusan booth dari ratusan vendor
yang menyajikan berbagai produk dan pelayanan jasa. Dari produk busana, perhiasan, buku-buku dan
penerbit, audio visual, produk kesehatan,
sampai berbagai promo dari berbagai komunitas non profit.
Aku dan Indriya
menikmati jalan-jalan menyusuri deretan booth yang sangat banyak itu. Kami
singgah di booth majalah Azizah untuk menemui Azizah Kahera, sang Chief
Operation Officer yang menyambut kami dengan ramah. Kami berbincang-bincang
mengenai kemungkinan bersinergi dengan majalah wanita muslim Amerika ini, baik
berupa artikel, ataupun materi penulisan yang mengangkat tentang muslim di
Indonesia.
Bersama Mbak Nana Firman, Azizah Kahera dan salah seorang temannya |
Kami bertemu
dengan Mbak Nana Firman, yang pada
sebuah sesi seminar berjudul “Walking Gently on Earth” bertindak sebagai
moderator yang mengawal pembicara Saffet Catovic dan Inayet Sahin menyampaikan
makalahnya. Mbak Nana adalah aktivis lingkungan asal Indonesia yang selama 5 tahun bekerja untuk
WWF (World Wildlife Fund) membantu pembangunan dan implementasi “Green
Reconstruction” area yang terkena tsunami.
Mbak Nana keren,
lho... Pada 20 Juli 2015 lalu dia mendapat penghargaan Champions of Change dari
Gedung Putih Amerika Serikat atas usahanya sebagai inspirator perubahan dalam
hal keberlangsungan lingkungan. Dia adalah salah satu dari 12 orang penerima
Champions of Change, satu-satunya wanita muslim dari Indonesia yang memperoleh
penghargaan karena inisiatifnya mengkampanyekan gerakan hijau di komunitas
muslim. I’m proud of you, Mbak Nana!
Aku dan Indriya
juga mengunjungi booth Indonesia yang disponsori Bank BNI Syariah. Di sana
dipajang busana-busana muslim karya anak negeri, diantaranya busana-busana
berbahan tenun ikat yang bermotif etnik.
Mampir di booth Indonesia |
Di hari kedua mengunjungi konvensi ISNA, aku berkesempatan
berbincang-bincang dengan DR. Halim Naeem, seorang tokoh kesehatan mental
muslim. Beliau juga pendiri The Michigan Muslim Youth Council (MMYC.NET) sebuah
aliansi group pemuda muslim terbesar di Amerika.
Wawancara dengan DR. Halim Naeem |
Bincang-bincang
selama beberapa menit itu sangat menarik. DR. Halim Naeem memaparkan tentang
kehidupan muslim di Amerika. Beliau memaparkan dengan penuh semangat bahwa komunitas muslim harus semakin giat
menunjukkan kualitas dirinya dengan nilai-nilai Islam yang merupakan rahmat
bagi alam semesta.
Sebuah sudut cantik COBO Center |
Aku sempat berjalan-jalan menikmati cantiknya
arsitektur COBO center, setelah
mengambil beberapa foto, aku turun dan
keluar lewat pintu samping gedung. Di
sana tampak pemandangan cantik. Sungai Detroit mengalir memisahkan Detroit dengan Canada. Sungguh menarik, aku
bisa memandang wilayah Canada yang berada di
seberang sungai. Kelihatannya sangat dekat!
Detroit River side dekat COBO Center |
Suasana sangat
menyenangkan. Orang-orang duduk bersantai di tepi sungai. Aku memandang
gadis-gadis muslim cantik sedang berkumpul dan bersenda gurau. Aku menyapa mereka dan mengambil foto untuk
kenang-kenangan.
Bersama Imam Saleem Khalid |
Lalu suami Mbak
Siti, memperkenalkan aku dan Indriya pada dua tokoh muslim lainnya. Salah
satunya adalah Dawud Walid, direktur
eksekutif Michigan capter of The Council on
American-Islamic Relations (CAIR-MI), sebuah badan yang memberi bantuan
advokasi kepada masyarakat sipil muslim Amerika. Yang menarik bagiku, Dawud
Walid selain sebagai pengkothbah yang menyampaikan khotbah Islam di berbagai
masjid di Amerika, dia juga seorang blogger, khususnya blogger politik untuk
Detroit News.
Bersama Dawud Walid |
Kemudian ada Imam
Sultan Muhammad, seorang Imam (pemimpin masyarakat Islam) masjid Maryam yang
merupakan masjid besar di Chicago, Illinois. Masjid Maryam merupakan markas
internasional NOI ( Nation of Islam).
Imam Sultan Muhammad |
Sungguh sebuah
kesempatan langka bisa bertemu dan berbincang dengan tokoh-tokoh Islam ini,
meski hanya sebentar mereka sangat ramah menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Sayang
sekali waktu sangat terbatas, tapi dengan ramah
mereka menawarkan tanya jawab melaui email.
Aku, Indriya, Mbak Siti dan suami, Mbak Pipit, anak-anak dan suaminya berfoto bersama Imam Sultan Muhammad |
Alhamdulillah...
Pengalaman mengunjungi konvensi ISNA ke-51 tak akan terlupakan. Sebuah even besar dimana masyarakat muslim
berkumpul, berbagi ilmu, wawasan pemikiran,
pengalaman, informasi, keterampilan, peluang usaha, peluang beasiswa,
peluang beramal, peluang bersinergi dan
berkarya. Semua itu terwujud dari jalinan silaturrahmi yang membawa berkah
dalam sebuah benang merah, indahnya
Islam.
Pengalaman yang luar biasa mak <3
BalasHapus@Sumarti Saelan : iya..pengalaman tak terlupakan :)
BalasHapusSubhanallah... indahnya ukhuwah islam :)
BalasHapus@nani djabar: indahnya silaturrahmi :-)
BalasHapusaku bisa membayangkan ada rasa haru ya mendengar adzan disana. Allhamdulillah Adzan bisa bekumandang dimanapun dibelahan dunia ini
BalasHapus@Lidya : Iya... Allah Maha Besar...
BalasHapus