Laman

Sabtu, 25 Juli 2015

Martabak HAR, Kuliner Khas Palembang

Mudik ke Palembang tak pernah kulewati tanpa wisata kuliner menikmati makanan khasnya. Kuliner  Palembang  sangat banyak jenisnya, bukan hanya pempek, lenggang, model, tekwan, celimpungan, mie celor, burgo, laksan, pindang dan jenis makanan dengan bahan dasar ikan, tapi ada juga martabak telur yang sangat tersohor di kota ini. Namanya martabak HAR.


HAR adalah singkatan dari Haji Abdul Rozak, seorang saudagar keturunan India yang menikah dengan wanita Palembang. Haji Abdul Rozak adalah  sang pencipta kuliner unik ini.


Seingatku almarhum Haji Abdul Rozak seorang dermawan. Saat aku pindah ke Palembang tahun 1985, setiap bulan Ramadhan, di rumah kayunya yang besar dan bergaya tradisional seringkali terlihat barisan panjang kaum dhuafa mengantri untuk memperoleh sedekah. Beliau wafat tahun 2001 silam.

Haji Abdul Rozak


Rumah Makan Martabak HAR pertama kali berdiri 7 Juli 1947, di Jl. Jendral Sudirman Palembang. Kini sudah ada beberapa cabang  yang tersebar di kota Palembang. Salah satunya yang aku kunjungi terdapat di Jl. R. Sukamto Palembang di depan Palembang Trade Center (PTC) mall.


Apa istimewanya martabak HAR? Makanan ini tercipta dari seorang keturunan India sehingga bukan hal aneh bila ada kemiripan dengan  kuliner India. Tapi uniknya,  rasa makanan ini   sesungguhnya merupakan hasil perpaduan  cita rasa Palembang dan Melayu.

Kulit martabak HAR tak berbeda dengan  martabak telur pada umumnya.Bedanya terletak pada isi martabak dan kuah pelengkapnya.  Bila martabak telur   biasanya berisi telur dicampur irisan daging dan sayuran, martabak HAR hanya berisi dua butir telur ayam atau telur bebek. Martabak telur  dimakan dengan pelengkap saus dan cabe rawit, sementara martabak HAR dinikmati bersama kuah kari yang dicampur kentang dan daging.



Kuah karinya berbeda dengan kari ala India yang umumnya sangat kaya bumbu, kental dan beraroma kuat. Kuah martabak HAR sudah mengalami inovasi sedemikian rupa sehingga rasanya tidak terlalu mencolok lidah, nikmatnya pas untuk lidah orang Palembang dan lidah orang Indonesia pada umumnya. Selain kuah kari, pelengkap martabak HAR  lainnya adalah saus  dengan irisan cabe hijau.


Proses memasak martabak HAR juga unik. Adonan kulit yang terbuat dari terigu, minyak, telur dan garam dipipihkan terlebih dahulu sehingga menjadi lebar. Kemudian kedua ujung adonan dipegang, lalu diputar dari kiri ke kanan berulang-ulang hingga adonan menjadi tipis dan lebar. Dengan cepat dua butir telur diletakkan di tengah adonan kulit, lalu dilipat  menjadi persegi empat. Kemudian martabak digoreng di wajan datar dan  lebar hingga matang.

Harga satu porsi martabak HAR isi telur ayam Rp. 21.000,- Sedangkan martabak yang menggunakan telur bebek Rp. 31.000,- per porsi.

Pertama kali mencoba  martabak ini, terasa asing di lidah. Tapi lama-lama kuliner ini malah bikin kecanduan. Rasanya enak!

Saat aku pindah ke Bogor, aku dan suamiku  jadi terdorong  membuat sendiri masakan ini untuk mengobati rindu akan  cita rasa nikmatnya. Meski rasanya tidak sama persis, tapi enak juga lho... Mau tau resepnya? Ada di sini

18 komentar:

  1. Jadi pengen nyoba bikin sendiri juga :)

    BalasHapus
  2. Duuh.jadi ngiler ngeliatnya. Terutama yang dikasih kuah itu...kayaknya enak ya Mbak..

    BalasHapus
  3. aku belum pernah nyobain mba hehehe abisih di tempat saya engga ada :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Ipah Kholipah : kalo ke Palembang jangan lupa nyicip martabak ini ya

      Hapus
  4. Wah ingin nyoba jadinya, sejak 1947 ya? Survive banget :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Ani Berta : iya Mbak... Hebat bisa terjaga eksistensinya dari tahun 1947

      Hapus
  5. Wah keren martabaknya dibuat restoran jadi bisa langsung dicicipin. Kalo di surabaya masih banyak yg kaki lima

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Diarysivika : di Palembang juga ada yg jual di kaki lima, tapi rasanya beda
      :-)

      Hapus
  6. Kuahnya itu lho... nyess banget :-D

    BalasHapus
  7. Di Bogor susah bgt nyari ny.. tolong bantuin cari dunk. Itu mknan favoritq semasa di Palembang.

    BalasHapus
  8. Di Bogor susah bgt nyari ny.. tolong bantuin cari dunk. Itu mknan favoritq semasa di Palembang.

    BalasHapus