28 Juni 1998. Perempuan
itu menunggu dengan hati berdebar. Hari
ini hari yang sangat istimewa. Bahkan lebih istimewa daripada ulang tahun ke-17nya, hari dimana
dia lulus perguruan tinggi negri, hari pertama mengenakan jilbab, wisuda sarjana, dan hari
dimana dia diterima bekerja. Dia bahkan tak percaya akhirnya tiba hari di mana
lembaran hidupnya akan berganti baru.
Cemas, senang, takjub
memenuhi dada. Tak henti-henti ia
mengucap syukur atas semua peristiwa, skenario yang di rancang Tuhan untuk
jalan hidupnya.
Sebentar lagi laki-laki
itu akan datang bersama rombongan keluarganya, membawa barang-barang seserahan pernikahan. Sembako, pakaian, alat shalat, perhiasan, handuk, selimut, produk
perawatan wajah dan tubuh, tas-sepatu- sandal, kue-kue dan uang tunai. Semua
adalah simbol bahwa laki-laki itu mampu
bertanggung jawab mencukupi kebutuhan hidup istrinya kelak. Begitulah adat yang
berlaku dan sudah disepakati sebelumnya.
Juru rias telah
sibuk mendandani perempuan itu sejak usai shalat subuh. Kini perempuan itu
menjelma menjadi mempelai wanita lengkap
dengan jilbab dan kebaya warna emas hasil rancangan ibunya.
Debar di dadanya
kian hebat. Sang pengantin emas duduk di kamarnya, merenungi peristiwa yang
terangkai beberapa bulan sebelum tibanya hari itu.
Dia telah
melewati masa dimana seorang wanita tampak bersinar-sinar pesonanya. Dia
bukanlah perempuan yang sangat cantik, tapi setidaknya di saat bersamaan, ada 4
orang pria yang menganggapnya menarik. Empat pria itu secara serempak
menyatakan niat ingin menjadikannya
istri.
Lalu bagaimana
hingga akhirnya dia menjatuhkan pilihannya pada lelaki kekar bersuara lantang yang bicaranya tak pakai
basa-basi ? Melalui audisi?
Manusia sangat
terbatas pengetahuannya. Bertanya
sana-sini dan riset sendiri tak akan cukup menyimpulkan pilihan terbaik. Maka
perempuan itu memilih bersandar padaNya. Dia menyadari, hanya petunjuk Tuhan
yang pantas dijadikan referensi.
Shalat
istikharah 7 hari. Itulah resepnya. Dalam 7 hari, Sang Khalik menunjukkan siapa
4 pria itu. Singkatnya pria keempatlah yang dipilihkanNya sebagai jodoh.
Kisah
selengkapnya ada ditulisan berbahasa Inggris di sini “Choosing Soul Mate withinSeven Days”
***
Laki-laki berjas
coklat itu tampak tak sabar. Duduk di ruang tamu rumahnya, dia menanti saudara
dan rombongan tetangga terdekat datang. Merekalah yang akan mengiringi membawa
seserahan ke rumah perempuan pilihan hatinya. Dia ingin cepat-cepat menuju ke
sana.
Laki-laki itu
menghela nafas. Antara lega dan cemas. Lega karena perjuangannya mewujudkan
hari terindah akhirnya terlaksana. Jas
coklat yang dikenankannya membuat dia tampil gagah. Padahal bukan jas itu yang
semula diidamkan menjadi saksi bisu pernikahannya.
Pikirannya
melayang ke beberapa minggu sebelumnya. Pernikahan tentulah peristiwa yang
sangat istimewa, karena itu ia ingin mempersiapkan segala yang terbaik,
termasuk jas yang akan dikenakan saat ijab kabul.
Bukan main-main,
dia sudah menyiapkan dana untuk membuat jas di penjahit terbaik sekota
Palembang. Semua itu agar dia bisa tampil maksimal. Kalau perlu dia ingin
menjadi pria paling ganteng sedunia dengan jas itu, hingga wanita-wanita yang
melihatnya iri pada perempuan pilihan hatinya.
Maka dipesanlah
jas terbaik dengan bahan terbagus pada penjahit ternama di pertokoan terkeren seantero
Palembang. Jas itu akhirnya selesai. Hanya belum sempat diambil. Tapi rencana manusia sering tak kompak dengan
kenyataan. Tepat di malam sebelum pesanan diambil, si jago merah melalap habis pertokoan berikut jas calon mempelai pria. Maka gagallah
laki-laki 27 tahun itu mengenakan jas terbaik dengan bahan terbagus hasil karya
penjahit ternama dari pertokoan terkeren seantero Palembang. Padahal waktu
menuju pernikahan hanya tinggal 3 hari
lagi. Duuuh...
Seorang teman
memberi tahu tentang seorang penjahit pinggir jalan yang mampu menyelesaikan
jas dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya. Antara panik dan
pasrah, laki-laki itu memesan jas pada si Doel. Begitulah nama penjahit pinggir
jalan itu.
Dia memilih
bahan terbaik yang ada di lapak si Doel. Warna coklat. Itu pilihan yang dijatuhkannya,
untuk memberi kesan berbeda dari warna hitam
yang terlalu mainstream. Doel berjanji jas akan selesai dalam 2 hari.
Itu artinya hanya sehari sebelum hari pernikahan.
Dua hari
berlalu, laki-laki itu menyambangi lapak si Doel. Aduhaai.... jas coklat itu bukan
main eloknya. Jahitan, kantung, bagian dalam dan kerahnya sangat bagus dan
rapi. Tidak ada lajur benang jahitan yang
miring atau berbelok. Saat di kenakan ternyata sangat pas dan nyaman. Sungguh
sulit dipercaya bahwa kualitas pinggir jalan bisa menyamai kualitas penjahit
yang sudah punya nama besar. Yang membedakan hanyalah harganya yang jauh lebih
murah, hampir separuh dari jas yang di pesan dari penjahit nomor wahid di
Palembang. Tampaknya si Doel layak mendapat gelar baru, dialah penjahit super
wahid yang sesungguhnya. Jas coklat karya si Doel berhasil membuat laki-laki
kekar itu tampil gagah bukan buatan.
28 Juni 1998
pukul 8.00 WIB. Suara lantang mempelai pria membelah kesunyian. Ijab kabul
dalam satu nafas melantun lancar, menandai dimulainya babak baru kehidupan
rumah tangga. Pengantin emas tak mampu menahan air mata, dia kini sudah resmi
menjadi istri laki-laki berjas coklat yang gagah bukan buatan. Haru dan
bahagia. Mulai hari itu hingga hari ini, tak putus-putusnya syukur yang
mendalam terucap. Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi keduanya..
Alhamdulillah..
Siapakah
gerangan perempuan dan laki-laki itu? Merek tak lain adalah aku dan si Akang.
Hehehe..
Hari ini 17
tahun usia pernikahan kami. Semoga Allah
memberikan rahmat dan tuntunannya hingga rumah tangga kami selalu sakinah mawaddah
warrahmah, langgeng dunia akhirat. Semoga kami diberi kekuatan dan kemudahan
mengasuh dan mendidik anak-anak menjadi manusia shalehah dan shaleh, yang
hidupnya bahagia dunia akhirat.
Aamiin ya rabbal
‘alamin...
1998 |
2001 |
2003 |
2007 |
2008 |
2010 |
2013 |
2014 |
2015 |
1 komentar:
Itu foto tahun berapa bu?
pendidikan anak usia dini
Posting Komentar