Laman

Rabu, 17 Juni 2015

Mendadak Candle Light Dinner di Monarchy Bistro Bogor

Anak-anak gadisku, Anin dan Dea punya sederet daftar resto di Bogor yang ingin dikunjungi. Kali ini, Selasa 16 Juni 2015, kami memilih  resto Monarchy di Jl. Pajajaran Indah No.5, Bogor. 

Dinding bata ekspose pada Monarchy Bistro

Ekterior resto yang dibuka sejak 7 April 2014  ini berbentuk bangunan minimalis  didominasi warna putih pada  dinding dan warna abu-abu di  atap dan roster atau ventilation block.



Foyer

Ketika memasuki ruangan, aku menangkap  suasana bergaya industrialis pada interiornya. Di foyer  atau ruang di depan pintu masuk terdapat sebuah sofa kulit berwarna gelap dan miniatur box telepohone berwarna merah.  Satu bidang dinding berhias peta dunia, di bidang yang lain terdapat bata ekspose berwarna merah dan  dinding lainnya dihias berbagai pigura. Sebuah lampu sorot ditempatkan di sudut menimbulkan efek pencahayaan  dramatis.

Salah satu area non smoking

Ruangan selanjutnya terdiri dari 4 bagian. Dua bagian merupakan non smoking area, dan dua lainnya untuk smoking area. Kursi-kursi dengan desain minimalis ditata rapi. Di langit-langit ruangan terdapat aksesories  kayu yang disusun mengitari lampu, menegaskan gaya industrialis pada desain interior bistro ini.

Smoking area

Smoking area



Bagian smoking area tampak lebih menarik.  Tempat ini terdiri dari dua bagian. Yang pertama ruangan dengan bagian atap terbuka. Lalu  sebuah ruangan yang menampilkan ciri desain industrialis paling kental diantara ruang lainnya. Ruangan itu menampilkan material asli yang ditonjolkan, berupa dinding bata ekpose,  materi kayu pada furniture dan pernik di dindingnya.

Ada satu kekurangan resto ini. Tak ada ruang untuk shalat tersedia di sini. Bagi seorang muslimah sepertiku hal ini penting.  Artinya resto ini tak bisa kujadikan pilihan tempat makan di jam-jam yang dekat dengan waktu shalat. Tempat ini juga kurang ideal untuk berbuka puasa.

Non Smoking area

Non Smoking area 

Aku, dan anak-anakku, Anin, Dea dan Rafif memilih duduk di ruangan bagian depan.  Kami langsung mencermati menu yang disodorkan pelayan.

Menu ditulis dalam bahasa Inggris. Terdapat menu pembuka berupa makanan-makanan ringan dan  sup krim. Terdapat juga berbagai sandwich dan burger, steak, pasta, pizza, masakan asia,waffle dan crepe. Minumannya berbagai gourmet tea, flavor tea, ice blended, juice, Italian soda, smoothies, dan moctails.
Menu

Aku memilih masakan Asia,  Thai chiken red curry dan hot tea. Dea memilih classic pepperoni pizza, minumannya hazelnut cafe latte. Anin memesan tuna and egg sandwich, minumannya sama seperti pesanan Dea, hazelnut cafe latte. Rib eye  steak dengan salad dan sauce barbeque, dengan minuman lychee tea menjadi pilihan Rafif.

Thai Chicken REd Curry

Tak lama pesananku datang. Thai chicken red curry dilengkapi nasi putih tampak menggiurkan. Karinya enak. Bumbu tak terlalu kuat, terasa pas. Potongan nanas  segar menambah cita rasa kuah kari. Ayamnya lembut, bumbu terasa meresap ke dalam daging.

Selanjutnya pesanan Anin datang. Tuna and egg sandwich lumayan enak, hanya menurut Anin sausnya terlalu asam.

Tuna and Egg Sandwich

Steak pesanan Rafif dibuat well done. Daging agak keras, meski rasanya lumayan enak. Saus barbeque terasa asam. Rafif  kesulitan memotong steak itu. Akhirnya jagoanku  makan steak dengan cara disuwir-suwir pakai jari tangannya. Aku tersenyum-senyum melihat Rafif mengambil suwiran daging, mencocolnya dengan saus lalu memasukkan ke mulutnya.

Rib Eye Steak

“Pisaunya nggak tajam sih, Ma. Mendingan begini saja makannya, biar cepat beres.” Ujarnya membalas tatapanku. Aku tertawa.

Pesanan Dea belum juga datang. Dengan sabar Dea menyeruput hazelnut cafe lattenya. Ternyata minuman itu enak. Sayang, sampai makananku habis, pizza Dea tak kunjung datang.

Hazelnut Caffe Latte

Lychee Tea

Tiba-tiba lampu padam. Gelap gulita seketika membuat kami dan pengunjung lain terpekik kaget.  Yaaah... listrik padam. Kami menunggu beberapa saat lalu datang pelayan membawa lilin dan meletakkan di meja.

“Wah, candle light dinner nih. “ Ujar Anin.

 Udara panas mulai membekap.Butir-butir keringat membasahi dahiku.  Tentu saja panas, ruangan ini tertutup dengan AC padam, dan aku baru saja menghabiskan semangkuk kari ayam  panas.  Pelayan membuka jendela-jendela besar agar udara dari luar masuk membawa kesejukan.

“Ibu, mohon maaf. Pesanan pizzanya tidak bisa kami penuhi. Di cancel saja ya..” Ujar sang pelayan dengan tampang kisruh.
Mendadak candle light dinner..

Dea berseru kecewa. Gagal deh makan malamnya. Anin langsung menyodorkan sebagian sandwich-nya untuk dimakan Dea.

“Lho, kenapa dibatalkan?” Protes Rafif.

“Listriknya padam, nak. Ovennya tidak bisa menyala untuk memanggang pizza. “ Sahutku. Sang pelayan mengiyakan.

“Sayang sekali restoran seperti ini tidak dilengkapi genset. Kalau listrik padam seperti ini kacau semua ya. Kasir juga pasti jadi manual kan?” Tanyaku.

Sang pelayan mengiyakan dan berkali-kali memohon maaf.

Rencananya makan malam ini aku bayar dengan kartu atm atau kartu kredit. Dalam keadaan listrik padam tentu hal itu tak bisa dilakukan. Aku jadi was-was, takut uang tunai yang kubawa tak cukup.

Pelayan menyodorkan tagihan yang ditulis dengan tulisan tangan sejumlah Rp. 317.000,- Aku bingung saat membuka dompet hanya terdapat 4 lembar uang limapuluh ribuan. Tindakan selanjutnya adalah sibuk membongkar dompet dan mengorek-ngorek tas dalam gelap.  Aku hampir menyerah dan memutuskan pergi ke ATM. Untung saja kutemukan beberapa lembar limapuluh ribuan di bagian dasar tas-ku. Lebih dari cukup untuk membayar tagihan. Ah leganya...

Ada-ada saja pengalaman mencicipi resto baru. Mendadak candle light dinner, pesanan dibatalkan ditutup aksi bongkar-bongkar tas. Hahaha...Semua bakal menjadi pengalaman tak terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar