Kutebarkan
pandangan melalui jendela pesawat menembus langit malam. Ketika pandanganku
menangkap suasana di bawah sana, aku
terpesona. Benua Amerika terhampar, dan
aku berada tepat di atas Los Angeles.
Lampu-lampu membentuk noktah cahaya berkilauan serupa taburan perhiasan di atas
beludru hitam. Lampu-lampu kendaraan di jalan membentuk alur bagaikan kalung
berlian meliuk-liuk. Lampu dari gedung-gedung
seperti taburan mutu manikam, makin dekat makin berkilau pendar
cahayanya.
Turun dari
pesawat, kakiku mantap menjejak Los Angeles International Airport. Percayakah,
Kawan? Perjalanan ini seolah
menghentikan waktu. Bagaimana tidak, aku berangkat dari Jakarta hari
Sabtu tanggal 28 Agustus 2014 pukul 9.20 WIB, melewati 4 jam penerbangan lalu tiba di Hongkong pukul 13.45
WIB atau 14.30 waktu setempat. Sembilan jam aku dan sahabatku, Indriya, transit
di bandara Hongkong. Kami melanjutkan penerbangan pukul 23.45. Selanjutnya
burung besi Cathay Pasific menerbangkan kami 15 jam lamanya hingga mendarat di
bandara Los Angeles pukul 22.10 waktu setempat. Setelah melewati 28 jam sejak
keberangkatan dari Jakarta, ternyata tiba di Los Angeles masih di hari yang sama, Sabtu tanggal 28 Agustus 2014.
Hari yang dinanti sudah tiba. Hari ini menjadi
awal langkahku menjejak Amerika sesuai apa yang sudah kutetapkan dalam resolusi
2014. Perasaanku bercampur-campur antara senang, antusias, tegang, dan sedikit
cemas.
Senang adalah
rasa yang selalu menyertaiku tiap kali melakukan traveling. Antusias karena
ini akan menjadi pengalaman pertama kali
mengunjungi negara adidaya. Tegang karena aku tak tahu apa yang akan aku
hadapi di sini. Apakah aku akan menemui kesulitan, hambatan atau kemudahan. Dan
cemas karena ini bukan sekedar
jalan-jalan, tapi aku harus berbuat suatu kebaikan dan memperoleh kebaikan.
Muslim di
Amerika adalah kaum minoritas. Masalahnya mampukah aku menjadi agen muslim yang
baik, akankah aku mendapat perlakuan yang buruk karena aku muslimah dan memakai
hijab. Atau sebaliknya. Semua masih misteri.
Berbeda dengan
sahabatku, Indriya. Kurasa dia tak terlalu tegang. Ini bukan pertama kalinya
dia melakukan traveling ke Amerika. Indriya bahkan pernah beberapa tahun
tinggal di Amerika mengikuti suaminya yang saat itu bekerja di sini. Tapi ini
juga kesempatan pertama dia mengunjungi Los Angeles.
“Assalamualaikum,
Sisters.” Suara bariton seseorang
mengejutkanku, seolah menghapus segenap ketegangan yang menggelayuti hati. Baru
sekali ini aku merasakan sensasi melegakan
mengalir dari sebuah salam yang terucap.
Mataku
mencari-cari sumber suara yang datang
dari deretan petugas imigrasi. Seorang pria bertubuh tinggi menjulang berwajah
Timur Tengah melemparkan senyumnya ke arah kami.
“Waalaikum salam,
Brother. Are you muslim?” Tanyaku antusias.
Laki-laki itu
tersenyum dan mengangguk. Rasanya senang sekali disambut oleh saudara sesama
muslim, di negeri dimana muslim adalah
penduduk minoritas. Alhamdulillah, kami lancar melewati pemeriksaan imigrasi.
“Assalamualaikum.
Let me help you, Sister.” Sekali lagi aku terkejut mendengar salam terucap.
Aku dan Indriya
berpandangan dengan takjub. Seorang pria berwajah Pakistan menawarkan
bantuannya mengangkat koper-koper kami dengan troley. Pria itu seorang porter.
Ternyata di Los Angeles ada juga porter, berbeda dengan bandara di Eropa dimana
aku harus mengangkat koper dan membawanya sendiri.
Kami menyambut
tawarannya. Pria itu ramah sekali, bahkan dengan senang hati dia menjepretkan
camera mengabadikan foto aku dan Indriya.
Kami
dijemput teman SMA Indriya, Priscilla
dan suaminya Ramon. Pasangan suami istri ini ramah dan friendly. Mereka tinggal
di Los Angeles.
“Kalian tidak
ingin langsung tidur, kan? Ini baru jam 10 malam,lho. Ayo kita jalan-jalan
menikmati malam di Los Angeles!” Ajak Priscilla.
“Asyiik..” Sambut
aku dan Indriya penuh semangat.
Selanjutnya aku
tenggelam dalam keasyikan menikmati suasana Los Angeles, sementara Indriya
terlibat perbincangan seru bersama Priscilla dan Ramon.
Masih banyak
kendaraan yang lalu-lalang di jalan. Mataku menangkap nama-nama jalan yang
kerap disebutkan dalam film-film
Hollywood. Beverly, Fountain Avenue, Santa
Monica, Romaine St, Wilcox Avenue,
Highland Avenue, Formosa, Crescent Height, Sunset Boulevard.
Di Melrose
Avenue, sebuah jalan yang terkenal lewat film seri “Melrose Place”, kami melewati
butik-butik mahal yang menyediakan pakaian dan asesoris wanita. Di jalan ini terdapat butik dengan nama-nama
terkenal seperti Alexander Mc Queen, Carolina Herera Boutique, Chantell, Diane
von Furstenberg, Theory Melrose, Vera Wang dan lain-lain. Melrose Avenue
merupakan pusat perbelanjaan yang cukup lengkap, bukan hanya toko-toko pakaian
dan asesoris wanita, tapi juga terdapat toko-toko pakaian dan asesoris pria,
buku, barang-barang antik, resto, caffe, alat-alat rumah tangga, bakery, bunga,
sepatu dan lain-lain.
Hollywood Walk of Fame
Kami berhenti di
sebuah jalan, turun dari mobil lalu
menyusuri trotoar dan masuk ke sebuah
mall. Mall itu tembus ke sebuah jalan yang sangat terkenal di Los Angeles,
namanya Hollywood Boulevard. Jalan itu sepi , sehingga kami bebas berkeliaran
dan berfoto-foto tanpa terganggu kerumunan orang.
Apa yang membuat
jalan ini sangat terkenal? Tak lain karena trotoar jalan ini sepanjang 15 blok
ditambah 3 blok di Vine Street
menampilkan lebih dari 2500 keramik
bergambar bintang bertuliskan nama-nama
artis, tokoh terkenal dan tokoh fiksi. Nama-nama
tokoh yang tertera di sini adalah bentuk penghargaan dari kamar dagang Hollywood atas prestasi
dan kiprah mereka di dunia hiburan.
Panjang trotoar
tersohor ini sekitar 2,1 Km terhampar dari
Timur ke Barat Hollywood Boulevard, ditambah segmen pendek dari
Marshfield Way yang terbentang secara diagonal antara Hollywood Boulevard
dan La Brea Avenue, termasuk juga
trotoar sepanjang 0,7 Km yang
merupakan segmen jalan dari Utara ke
Selatan Vine Street antara Yucca Street dan Sunset Boulevard.
Monumen tercetak pada keramik lantai dengan gambar
bintang bersudut lima berwarna coral-pink dihias bingkai kuningan. Pada tiap
bintang tertulis nama artis yang dibuat dengan huruf balok berbahan kuningan
juga. Di bawah nama artis terdapat sebuah lingkaran yang melambangkan kategori
atau bidang kontribusi sang artis.
Ada 5 macam
kategori, yang dilambangkan 5 simbol sebagai berikut :
-
Simbol
berbentuk camera film melambangkan
kategori film.
-
Simbol
bergambar televisi tabung dengan dua antena melambangkan kategori siaran
televisi.
-
Simbol berbentuk piringan phonograph
melambangkan kategori rekaman audio atau musik.
-
Simbol berbetuk mikropon radio melambangkan
kategori siaran radio.
-
Simbol berbentuk masker melambangkan kategori
teater atau pertunjukan langsung.
Sangat banyak nama
artis dan penyanyi terkenal yang tertera di tempat ini. Antara lain Jhon
Travolta, Amy Grant, Michael Jackson, Bruce Lee, Nicole Kidman, Bruce Wilis,
Kevin Costner, Celine Dion dan lain-lain. Tapi ternyata bukan cuma artis,
terdapat juga nama-nama beken lainnya seperti Muhammad Ali, petinju legendaris
yang dianggap sebagai bentuk “live performance”. Ada juga penulis novel Sidney
Sheldon , Thomas Edison penemu pertama proyektor film, Ronald Reagan mantan
presiden Amerika, bahkan tokoh kartun seperti Mickey Mouse, Donald Duck, Snow
White dan lain-lain.
Aku dan Indriya
berseru-seru senang ketika menemukan nama artis-artis kesayangan kami. Kami tak melewatkan kesempatan berfoto narsis
di sini.
Lalu kami
menemukan monumen Robin Williams yang saat itu baru saja meninggal dunia karena
bunuh diri. Di monumen itu penggemar sang aktor meletakkan bunga, foto, buku,
dan benda-benda lain disekeliling monumen untuk mengenang kepergiannya. Aku
mengagumi kemampuan akting Robin Williams. Untuk itu aku menulis artikel
khusus, pelajaran penting dari kasus bunuh diri Robin Williams.
Tempat-tempat Menarik di Sekitar Hollywood
Walk of Fame
Di sekitar
Hollywood Walk of Fame terdapat banyak tempat menarik lainnya. Misalnya Chinese
Theater. Tempat ini menjadi lokasi pemutaran film-film perdana. Yang menarik di
tempat ini adalah lantai semen halaman depannya yang berhias cetakan tangan dan
jejak kaki artis-artis legendaris seperti Eddy Murphy, Harison Ford, Nicholas
Cage, Marylin Monroe, John Wayne, Jack Nicholson dan lain-lain.
Lalu ada Museum
Madam Tussauds yang letaknya berdekatan dengan Chinese Theater. Museum ini
berisi patung-patung lilin tokoh-tokoh terkenal yang sangat mirip dengan tokoh
aslinya.
Ada juga Museum
Ripley’s Believe It or Not. Auditorium ini
menampilkan lebih dari selusin galeri yang mencakup dua lantai bangunan.
Hal –hal yang aneh, luar biasa, janggal dan unik dikumpulkan dari seluruh dunia
oleh Robbert Ripley di museum ini.
Lalu ada Dolby
Theater yang terletak di jantung kota Hollywood. Terdapat 3400 kursi di theater
ini, yang dibuka sejak November 2001. Segera setelah itu tempat ini dikenal
oleh lebih dari satu milliar orang dari seluruh dunia sebagai rumah pertama
dari Academy Awards.
Terdapat juga sebuah musem resmi Hollywood, yang disebut Hollywood Museum, Tempat ini memiliki koleksi memorabilia Hollywood paling lengkap di dunia. Museum empat lantai ini menampilkan koleksi lebih dari 10.000 "harta karun" otentik show biz. Mulai dari kostum , properti, foto, script, koleksi mobil, artefak pribadi, poster, dan memorabilia vintage film favorit dan acara TV. Museum ini juga menampilkan sejarah Hollywood dan Hollywood Walk of Fame.
Terdapat juga sebuah musem resmi Hollywood, yang disebut Hollywood Museum, Tempat ini memiliki koleksi memorabilia Hollywood paling lengkap di dunia. Museum empat lantai ini menampilkan koleksi lebih dari 10.000 "harta karun" otentik show biz. Mulai dari kostum , properti, foto, script, koleksi mobil, artefak pribadi, poster, dan memorabilia vintage film favorit dan acara TV. Museum ini juga menampilkan sejarah Hollywood dan Hollywood Walk of Fame.
Saat menikmati
suasana di Hollywood Boulevard, kami melihat sebuah mobil polisi dengan empat
personilnya. Tiga orang diantaranya tengah berbincang-bincang sambil mengawasi
sekeliling. Aku dan Indriya meminta mereka untuk berfoto. Tadinya kami ragu,
takut mereka menolak. Tapi ternyata mereka mau diajak berfoto. Lumayan buat
kenang-kenangan. Hehehe...kapan lagi bisa bertemu personil LAPD (Los Angeles
Police Department) kayak di film-film TV itu.
Makan Tengah Malam di Mel’s Drive In
Priscilla dan
Ramon kemudian mentraktir kami kami
makan di resto Mel’s Drive In yang terletak di Sunset Boulevard. Resto yang
didirikan oleh Steven Weiss dan Donal Wagstaff ini menyediakan masakan Amerika.
Aku tertarik
dengan gaya retro yang mewarnai interior resto ini. Kami seperti dibawa ke
suasana tahun 1950-an lengkap dengan detail berupa foto-foto memorabilia di
dinding dan barang-barang jadul yang masih terlihat kinclong. Ada kotak musik
atau radio tua yang terdapat di atas
meja. Lalu ada jukebox, yaitu sebuah gramopon atau mesin yang memainkan musik
yang dipilih dengan cara memasukkan koin. Aku ingat pernah melihat alat ini di
film-film lama dengan setting tahun 1950-an.
Setelah duduk di
kursi sofa yang nyaman kami baru sadar
kalau merasa lapar. Kami memesan sup
ayam, steak yang disajikan dengan kentang, salad, dan teh panas. Rasanya enak!
Yang perlu dicatat di resto ini makanan disajikan dalam porsi besar, sesuai dengan porsi orang Amerika yang makannya
banyak. Untung aku dan Indriya hanya
memesan satu porsi. Walau makan satu porsi berdua, akibatnya kami kekenyangan.
Hehe...
Kami makan
sambil mengobrol. Ramon menceritakan banyak hal tentang tempat-tempat menarik
di Los Angeles terutama tempat belanja. Dia juga menceritakan sekilas tentang
Detroit, kota tujuan kami selanjutnya. Ya, esok pagi aku dan Indriya akan
melanjutkan perjalanan menuju Detroit untuk hadir dalam sebuah event tahunan
yang diselenggarakan oleh ISNA (Islamic Society of North America).
Rodeo Drive
Setelah kenyang,
jalan-jalan malam masih berlanjut. Priscilla dan Ramon mengajak kami ke Rodeo
Drive di Beverly Hills. Tempat ini keren sekali, meskipun deretan toko-tokonya
sudah tutup, tapi suasana pertokoan dengan design arsitektur menarik, terlihat mirip
sepenggal suasana di Eropa.
Toko-toko dengan
merk paling bergengsi berbaris di sini. Ada toko pakaian dan aksesoris Ralph
Lauren, Roberto Cavalli, Salvatore Ferragamo, Dior, Gucci, Hermes, Versace,
YvesStLaurent, Valentino, Stefano Ricci dan lain-lain. Selain itu ada toko perhiasan, restauran,
sepatu, caffe, barang-barang antik, alat rumah tangga dan lain-lain.
Sebuah hotel
cantik di Rodeo Drive tak luput dari perhatian kami. Namanya Beverly Wilshire. Aku dan Indriya sengaja
berfoto di sini ini karena hotel ini pernah menjadi lokasi syuting film “Pretty
Woman” yang dibintangi Julia Robert dan Richard Gere. Dulu aku pernah
berkali-kali menonton film ini karena jalan ceritanya yang romantis. Haha..
Puas sekali
rasanya menikmati jalan-jalan. Priscilla dan Ramon kemudian mengantar kami ke
penginapan untuk istirahat. Kami berdua mengucapkan terimakasih pada pasangan
suami istri baik hati yang sudah
memberikan kami pengalaman seru tak terlupakan, jalan-jalan tengah malam di Los
Angeles.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar