Sumber gambar dari sini |
Pernah berada
dalam situasi “kikuk”seperti ini? Sedang mesra bercanda berdua suami, tiba-tiba ponsel berdering. Panggilan disambut
dan ternyata yang menelpon mantan pacar. Ups. Apa yang harus dilakukan?
Melayani pembicaraan itu di depan hidung suami, atau buru-buru menutup telpon? Pilih
sendiri jawabannya ya. Hehehe..
Aku jadi
teringat kejadian bertahun-tahun lalu, waktu masih tinggal di Palembang. Saat
aku pulang dari arisan, si Mbak asisten rumah tangga melapor dengan penuh
semangat.
“Bu, tadi ada
perempuan nelpon berkali-kali, cari Ibu.
Mula-mula dia tanya nama panggilan Ibu siapa, anak berapa. Lalu dia
telpon lagi tanya kapan Ibu pulang, Ibu kerjanya apa. Terus telpon lagi. Pertanyaannya
mulai aneh. Dia tanya rumah ini besar atau kecil, kamarnya berapa, ngontrak
atau milik sendiri, Ibu punya mobil apa saja, terus tanya alamat. Saya jadi
pura-pura bodoh, Bu. Saya bilang nggak ngerti alamat rumah ini. Takutnya
perampok. Begitu Bu.”
Wah, menarik.
Aku jadi penasaran siapa gerangan si penelpon itu. Apakah ini salah satu modus
kejahatan?
Telpon kembali
berdering, kuangkat.
“Hallo. Bilang
saja sama Ibunya besok aku telpon lagi ya.” Klik. Ah.. wanita itu mengira aku
adalah si Mbak.
Besok paginya
telepon rumah kembali berdering. Suara di seberang sana memperkenalkan diri,
katanya dia teman lama suamiku. Aku menjawab dengan penuh keramahan.
“Boleh main ke
rumah nggak? “ Tanyanya.
“Tentu boleh,
Mbak. Silahkan. Kapan mau main?” Sahutku.
“Sebentar lagi
ya. “Ujarnya.
Makin
menarik nih!
Tak lama wanita itu
benar-benar datang. Dia turun dari mobil diiringi seorang lelaki tua bertubuh
kurus dengan rambut beruban.
Aku menyambut
mereka dengan senyum lebar, memperkenalkan diri dan mempersilakan masuk.
Aku hampir saja mengatakan,”Ini ayahnya ya?”
Untung kalimat
itu tak keburu meloncat dari bibirku, karena dia lebih dulu memperkenalkan
lelaki itu sebagai suaminya.
Si wanita
melangkah masuk ruang tamu, lalu mengedarkan pandangan. Aku mengajaknya
berbincang-bincang tapi tampaknya dia sangat berminat melihat-lihat rumahku.
Maka aku persilakan dia melihat ruang dalam rumah.
“Besar ya.
Sesuai harapan..” Gumam wanita itu.
Aku tak mengerti
maksudnya. Apanya yang besar? Rumah?
Sesuai harapan siapa? Apa dia berminat membeli rumah ini? Tapi aku tak akan menjual
rumah ini, dan tak pernah pula
mengiklankan rumah ini untuk dijual. Aneh sekali.
Aku sangat
berminat menanyakan apa maksud ucapannya dan maksud kunjungannya ke sini.
“Silahkan duduk
di mana saja, di sini boleh, di ruang tamu juga boleh. Aku bikinkan minum dulu
ya..” Ujarku sambil beranjak ke dapur.
“Eh nggak usah.
Kami cuma sebentar kok. Jangan
repot-repot. Kami mau permisi pulang.” Sahutnya.
“Lho, kita kan
belum ngobrol-ngobrol. Mari duduk. Aku bikin pempek lho. Ayo cicipi dulu.”
Senyumku menebar lebar.
“Maaf kami nggak
bisa. Terimakasih. Permisi ya.” Dia mengucap salam lalu buru-buru keluar
diikuti sang suami.
Aku masih
berdiri dengan mulut ternganga heran di teras rumah ketika mobilnya menderu
pergi dan menghilang di tikungan. Benar-benar aneh!
Ketika suamiku,
si Akang, yang tengah bekerja di lapangan menelpon, aku menceritakan kejadian
aneh itu.
Kujelaskan nama
wanita itu dan ciri-ciri fisiknya. Apa reaksi Akang? Dia tertawa keras!
Aku sabar
menunggu hingga tawa panjang itu usai. Barulah Akang menjelaskan kalau wanita
itu mantan pacarnya. Lalu giliran aku yang tertawa, sampai puas juga. Hahaha...
Tentulah sangat
besar rasa ingin tahu wanita itu hingga dia berkali-kali telpon ke rumahku,
mengorek keterangan dari si Mbak, lalu datang bersama suaminya hanya untuk sebuah
tour singkat di rumahku. Beberapa menit saja, bahkan duduk pun tak sempat. Entah
apa yang dikatakannya pada suaminya. Apakah suaminya tahu rumah yang dikunjungi
itu rumah siapa? Pertanyaan yang tak
terjawab.
Suatu hari ada
mantan yang menghubungiku. Mula-mula dia tanya kabar, apa pekerjaanku sekarang.
Ketika kuceritakan kalau aku sekarang ibu rumah tangga, dia melontarkan sebuah
komentar yang terasa tak enak.
“Kalau cuma jadi
ibu rumah tangga kenapa dulu tak menerima lamaranku saja? Dulu alasanmu pengen
jadi wanita karier, lha kok sekarang cuma ibu rumah tangga? Sia-sia dong bakat senimu, ilmu yang didapat dari kuliah,
dan semua potensi yang ada. “
Waduh..waduh.. tampaknya
harus ada yang diluruskan. Sia-sia kujelaskan kalau aku bahagia dengan
pilihanku. Dia mulai menanyakan detail kehidupanku.
“Bagaimana bakat
musikmu? Gak pernah main musik lagi dong.”
“Suamiku
membelikan aku piano. Aku main musik di rumah” Balasku.
“Bakat tarimu
bagaimana?.”
“Aku rajin
nge-gym, ikut juga kelas Belly Dance buat membahagiakan suami.”
“Kegiatanmu apa
saja selain ngurus rumah dan anak?”
“Aku menulis,
aktif di beberapa komunitas, sering menemani suami touring, dan sering juga travelling bersama
teman-teman baik untuk jalan-jalan maupun misi berbagi ilmu.”
Pertanyaannya
makin lama makin detail seolah meragukan kalau aku benar-benar bahagia. Lalu
dia mulai berandai-andai. Andai dulu kami jadi menikah mungkin akan begini atau begitu. Seharusnya bisa begini
atau begitu.
Akhirnya
kukatakan kalau aku berterimakasih dan sangat menghargai ajakannya menikah.
Tapi Aku waktu itu tidak siap karena masih kuliah, dan aku terikat janji pada
orangtua untuk fokus menyelesaikan
pendidikan terlebih dahulu. Aku katakan bahwa semua yang terjadi tak lepas dari
rencana dan skenario Tuhan. Dia bukan untukku karena takdirku tak tertuju
padanya. Tuhan sudah memilihkan yang terbaik untuk aku dan juga untuk dia.
Urusan dengan
mantan-mantan ini bisa menjadi issue sensitif tapi bisa juga menjadi bumbu
penyedap hubungan dengan suami/istri lho! Di sini butuh kedewasaan dan pola
pikir positif yang membawa kita pada satu keadaan. Bersyukur.
Lho kok
bersyukur? Ya tentu saja. Alih-alih jadi ribut karena cemburu yang tak perlu,
lebih baik berpikir positif dan bijak. Sejarah tak bisa dihapus. Di masa lalu
baik aku ataupun Akang pernah menjadi bagian penting sebuah rencana indah yang dirajut seseorang
atau beberapa orang. Rencana indah yang gagal terwujud itu mungkin membuat kami
menjadi pribadi yang sangat berkesan
bagi mantan. Kesan itu sangat kuat terbawa hingga bertahun-tahun kemudian
membuat mereka kepo luar biasa ingin mengetahui kehidupan kami sekarang hingga
detailnya.
Lalu bagaimana
bila mantan ingin bertemu? Nah ini
berat. Aku sendiri berpikir bahwa bertemu dengan mantan pacar apa lagi janjian berdua bisa menjadi potensi bencana. Tindakan
itu bisa melukai perasaan pasangan syah masing-masing. Lagi pula kalau tujuannya hanya ingin tahu
kehidupan mantan sekarang tak perlu repot harus bertemu kan? Buka saja media
sosial, lihat status, foto-foto, bahkan kalau perlu ngubek-ngubek blog
pribadinya. Informasi itu rasanya sudah
cukup menggambarkan bagaimana kehidupannya sekarang. Hehe...
Lalu bagaimana
menyikapi mantan yang tiba-tiba “menyapa” tanpa mengganggu keharmonisan rumah
tangga? Tips berikut ini mudah-mudahan bisa membantu :
1.
Jaga
perasaan pasangan.
Tentu
kita bisa mengenali atau menduga reaksi pasangan kala mengetahui mantan anda
berusaha menghubungi. Ada dua alternatif.
Bila pasangan termasuk yang cemburuan level tinggi lebih baik tak perlu
mengatakan pada pasangan. Yang penting anda bersikap tegas pada mantan, tak
meladeni keinginan bertemu dan tetap menjaga rambu-rambu pergaulan sesuai
aturan agama. Bila anda yakin pasangan
akan baik-baik saja anda bisa menceritakan padanya. Ketegasan anda pada sang
mantan akan menambah nilai positif anda di mata pasangan.
2.
Bersikap tegas
Bila
anda dihubungi mantan pacar yang ingin bertemu, anda harus
bersikap tegas. Bukan hanya terhadap mantan, tapi juga pada diri
sendiri. Tegaskan bahwa keadaan telah berbeda sekarang ini. Ada aturan yang
harus ditaati, baik itu aturan agama maupun etika pergaulan. Hindari janji
bertemu berduaan dengan mantan, karena ini bisa menjadi sumber keributan dalam
rumah tangga.
3.
Jaga emosi dan berpikir positif
Bila anda berada
pada posisi sebaliknya, misalnya pasangan anda yang dihubungi oleh mantan
pacarnya, jagalah emosi anda dan tetap berpikir positif. Hapus pikiran negatif
yang membawa anda pada kecemburuan seperti :
“Apa sih yang membuat sang mantan
sangat terkesan? Sejauh apa hubungan mereka dulu sampai mantan kepo luar biasa
seperti ini ?”
Bukankah lebih nyaman bila berpikiran seperti
ini :
“Kehidupan kami lebih sukses dan bahagia daripada kehidupannya
hingga mantan penasaran ingin mengetahui detail kehidupan kami. “
Atau
“Pasanganku sangat istimewa, hingga
sang mantan sulit “move-on”. Alangkah beruntungnya aku yang telah dipilih menjadi
pendampingnya. “
Percayalah, pikiran
positif membawa reaksi positif pada diri anda.
4. Buat kesepakatan dengan pasangan.
Bicarakan
dengan pasangan batasan-batasan apa yang membuat anda dan pasangan merasa
nyaman. Misalnya, bolehkah menjawab
telepon atau message dari mantan? Kalau boleh bagaimana aturannya. Kesepakatan tiap pasangan tentu berbeda, yang
penting dua-duanya harus nyaman, terbuka dan mematuhi batasan yang sudah disetujui
kedua pihak.
5. Jadikan bumbu keharmonisan rumah tangga.
Saat
mantan kembali menghubungi, tentu ada bagian masa lalu yang kembali terkenang
dalam ingatan. Fokuskan pada hal yang membuat anda tak memilih si mantan
sebagai pendamping hidup. Lalu gali kelebihan-kelebihan pasangan dibanding mantan hingga
anda merasa bersyukur telah memilih pasangan yang tepat, pasangan yang membuat
hidup anda bahagia. Rasa syukur ini makin menyuburkan kemesraan anda dan
suami/istri.
Urusan hati memang tidak sederhana, salah
langkah sedikit perasaan pasangan bisa terluka.
Yang paling penting dalam hal ini adalah menjaga komitmen, bersama-sama
memelihara keharmonisan rumah tangga dan selalu bersyukur atas jodoh yang telah
dipilihkanNya.
hm, serem juga dengan kekepoan para mantan ya
BalasHapus@Heni Prasetyorini : hehe... Menurut aku itu mah lucu. :-)
HapusSikap yg bijak, beberapa tips di atas sdh aku lakukan mbak. Misalnya kalau ingin ketemu sekedar silahturahmi ya bareng ada suami atau anak.
BalasHapusIya Mbak Tatit, kalo ketemu bareng suami sih gak apa2. ๐
HapusMba itu mantan kok keponya kebangetan ya...
BalasHapusSerem juga kalau sampe sejauh itu.
@Silva : ya nggak serem, lucu aja. :-)
BalasHapusWah... Seru memang, lucu, bikin deg-degan... ๐
BalasHapus@sri mulyani : hehehe.. lucu mah bikin ketawa atuh..๐๐
Hapus