Laman

Kamis, 29 Januari 2015

Risoles untuk Pasukan



Punya seorang tante yang baik hati, periang,  hobi masak dan senang mengundang makan-makan merupakan sesuatu yang istimewa bagi Felli.  Tante Mira, lengkapnya Mira Coryati, adalah  satu-satunya adik mama Felli. Dia seorang ibu rumah tangga, yang benar-benar menikmati perannya.  Dua orang anak  Tante Mira tengah kuliah di Singapore dan Belanda. Suaminya, Om Danang, adalah pengusaha sukses yang sibuk  mengurus bisnisnya.

Bagi Felli, cara Tante Mira menikmati hidup  sangat berkesan. Dia suka masak, lalu mengundang teman, saudara, kenalan, dan tetangga, datang ke rumah menikmati masakannya.  Dia senang menyusun menu masakan, mencoba resep baru,  berbelanja bahan-bahan makanan, dan bersibuk ria di dapur.  Dari sekian banyak masakan lezat hasil racikan Tante Mira, yang paling istimewa adalah risoles mayones. Tak seperti risoles yang dijual di toko kue, rasa risoles buatan Tante Mira jauh  lebih istimewa.

Keluarga dan teman-teman dekat Tante Mira sangat suka dengan cemilan istimewa itu. Setiap kali berkumpul, mereka selalu minta Tante Mira menyediakan risoles.

“Tante buat sendiri mayones-nya. Bukan mayones yang beli di supermarket. Itu rahasianya.” Ucap Tante Mira saat  Felli menanyakan keistimewaan rasa risolesnya.

Hal yang paling membuat Tante Mira bahagia adalah ketika orang-orang menyukai masakannya.  Felli sering  tersenyum sendiri melihat ekpresi wajah Tante Mira dengan mata kejora serta  pipi cubby   kemerahan tertarik ke atas , terdesak oleh senyum lebar yang mengembang dibibirnya. Ekspresi itu selalu menghias wajah Tante Mira  kala melihat semua hasil masakannya, terutama risoles, ludes disantap tamu.

Di akhir minggu, seringkali Felli menginap di rumah Tante Mira , terutama saat Om Danang harus keluar kota mengawasi bisnisnya.  Hubungan Felli dengan Tante Mira sangat dekat. Gadis muda itu  tak ingin Tante kesayangannya kesepian apalagi sejak anak-anak sang Tante melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Suatu pagi di akhir minggu, Felli menemani Tante Mira  sarapan. Di tengah obrolan seru, telepon selular sang Tante berdering. Dia mengangkatnya. Felli melihat mata tante kesayangannya  berbinar-binar.

“Oya, kamu sama siapa? Jam berapa datangnya? Siang ini?  Iya deh,  Tante buatkan risoles  kesukaanmu dan juga makan siang. Tante tunggu ya!” Ujarnya.

Ketika menutup telepon, Tante Mira terlihat panik. Dipandanginya jam dinding di ruang duduk, lalu setengah berlari dia  menuju ruang makan, dan membuka lemari es .

“Ada apa, Tante? Siapa yang mau datang?” Tanya Felli.

“Ricky. Siang ini dia mau mampir ke sini. Sama pasukan,lho.  Ramai. Aduh, ini sudah agak siang, takut tidak sempat bikin  risoles!” Ujarnya panik.

Ricky adalah salah satu keponakan Om Danang yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta. Sudah 2 tahun Tante Mira dan Om Danang  tidak bertemu Ricky. Karena sibuk kuliah, Ricky jarang berkunjung.

Felli mengerti mengapa Tante agak panik. Tentu dia ingin menjadikan pertemuan ini  terasa istimewa dengan menyediakan  masakan yang lezat kesukaan Ricky.

“Untung saja mbak-mbak sudah masak nasi dan lauknya. Tinggal   menambah beberapa macam lauk saja, sudah beres. Kamu bisa mengawasi mereka kan, sayang?” Tante Mira memandang Felli dengan tatapan memohon. Yang dipanggil Tante Mira dengan sebutan “mbak-mbak” adalah dua orang asisten rumah tangga yang biasa membantu memasak dan mengurus rumah.

“Bisa, Tante. Kan lauknya sudah dibumbui, tinggal dipanggang atau digoreng. Ada di lemari es kan ?” Felli balik bertanya.

“Iya. Tolong ya, sayang.Tante harus bikin risoles. Ricky tadi bilang dia rindu makan risoles. Terakhir main ke sini dia makan 10 potong sendiri! Apalagi dia akan datang bersama pasukan. Tante harus bikin yang banyak. Waduh, harus cepat-cepat belanja bahan-bahannya, nih!”

Detik selanjutnya Tante Mira bergegas berangkat ke supermarket. Tak lama kemudian dia kembali lagi. Dibantu dua orang asisten, dia “berjibaku” di dapur membuat risoles istimewa.

Menjelang jam makan siang, di meja telah tertata nasi panas , pindang ikan, ayam panggang, tempe goreng, tahu goreng, cah kangkung, lalapan dan sambal.  

Felli melihat wajah Tante Mira masih terlihat cemas ketika si mbak meletakkan sepinggan besar risoles hangat di atas meja.

“Cukup tidak ya risolesnya? Ricky datang sama pasukan lho. “ Ujarnya cemas.

Felli   bengong melihat kepanikan Tante Mira. Risoles dan hidangan di meja makan ini kelihatannya cukup untuk menjamu sekitar 20 orang yang gembul-gembul alias makannya banyak. Memangnya pasukan yang mau datang berapa orang sih?

 “Coba kalau Ricky memberitahu kedatangannya dari kemarin, tidak mendadak seperti ini. Tante bisa buat risoles lebih banyak lagi.” Ujar Tante Mira.

Saat itu terdengar bunyi klakson mobil,  disusul suara pintu gerbang dibuka.

“ Itu pasti Ricky!” Seru Tante Mira.

Felli dan Tante Mira  berlari ke depan rumah untuk menyambut Ricky.

Sebuah mobil biru mungil memasuki halaman rumah. Setelah terparkir, Ricky turun dari mobil diikuti seorang laki-laki  kurus  setengah baya .

Ricky tersenyum lebar, pemuda gagah itu menghampiri Tante Mira dan menyalaminya.

“Apa kabar, Ricky? Mana teman-temannya yang lain?” Tanya Tante Mira.

Ricky bengong.

 “Kabar baik, Alhamdulillah. Teman-teman yang mana ya, Tante?”

“ Lha, katanya tadi mau datang sama pasukan.” Sahut Tante Mira.

“O iya, ini lho Tante. Kenalkan, ini Pak Sukan. Dia akan menjadi mentor Ricky  selama  belajar bisnis di sini.” Ujar Ricky sambil menunjuk pria kurus setengah baya yang datang bersamanya. Pria itu membetulkan letak kaca matanya dan tersenyum memandang Felli dan Tante Mira.

“ Jadi, kalian hanya berdua saja?” Tante Mira masih tak percaya.

“ Iya, Tante.” Ricky menjawab sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Felli dan Tante Mira saling berpandangan, sejurus kemudian pecahlah derai tawa mereka. Ricky dan Pak Sukan berdiri kebingungan melihat Felli dan Tante Mira tergelak-gelak.

Ketika  Felli menjelaskan kesalahpahaman itu, Ricky dan Pak Sukan pun ikut tertawa. Ternyata Tante Mira salah kaprah. Di telepon tadi Ricky bilang akan datang ke rumah bersama Pak Sukan.  Sementara yang “ tertangkap” oleh Tante Mira, Ricky akan datang bersama pasukan, yang diartikannya sekumpulan orang yang ramai. Seperti teman-teman sekolah  yang dua tahun lalu diajak Ricky berkunjung ke rumahnya.

Hari itu Felli dan Tante Mira  tak berhenti mentertawai diri mereka sendiri. Betapa konyolnya bersibuk-sibuk masak dan menyiapkan makanan yang banyak, mengira akan diserbu segerombolan anak muda lapar, padahal yang datang hanya dua orang saja.

Lalu bagaimana nasib masakan Tante Mira ? Setelah Ricky dan Pak Sukan pulang, Felli memandang meja yang penuh makanan. Risoles istimewa masih bersisa sangat banyak. Gadis cantik berhijab pink itu memasukkan risoles dan makanan lainnya ke dalam plastik dan kotak. Lalu dia mengajak Tante Mira pergi.
“Kita mau kemana? “ Tanya Tante Mira bingung. Dia memandang Felli yang tengah mengemudikan mobil.

“Tenang, Tante. Sebentar lagi  kita sampai.” Felli melirik Tante Mira sambil tersenyum.

Felli memarkir mobil di depan sebuah bangunan tua yang suram.  “ Panti Asuhan  Kasih Ibu “ demikianlah tulisan yang terpampang pada papan  yang terpasang di dinding luar bangunan itu.

Suara tawa dan teriakan anak-anak balita terdengar dari luar. Felli mengetuk pintu. Seorang wanita setengah baya membuka pintu dan tersenyum ramah.

“Ibu, kami mau memberi makan siang buat anak-anak disini.” Ujar Felli pada wanita itu.

“Oh, Alhamdulillah... Terimakasih banyak untuk sedekahnya. “ Wanita itu tersenyum lebar lalu mepersilahkan masuk.

Adegan selanjutnya membuat Felli dan Tante Mira tenggelam dalam haru .  Puluhan anak-anak  dan balita yang kebanyakan bertubuh kurus  berbaris  menyalami mereka dengan tertib. Mereka lalu duduk di lantai  mendoakan Felli dan Tante Mira. Setelah selesai, Tante Mira mempersilakan anak-anak itu makan. Mereka menyambut  dengan antusias.

Bagaimana nasib risoles istimewa? Tentu saja habis tak bersisa. Sekali lagi Felli menangkap ekspresi wajah khas Tante Mira. Pipi cubby kemerahan yang tertarik ke atas, terdesak senyum lebar yang mengembang di bibirnya. Tapi kali ini mata kejora-nya berkaca-kaca, melihat anak-anak yatim-piatu berusia 3 sampai 12 tahun itu makan masakannya dengan lahap.

 “Seandainya Tante tidak salah mengartikan kata-kata Ricky, kita mungkin tidak sedekah dan silaturahmi ke sini ya. Sepertinya Tante harus rutin membuat risoles dan masakan yang banyak untuk menjamu pasukan yang sesungguhnya. “ Ujar Tante Mira sambil memandang  anak-anak panti asuhan itu.

Felli merangkul bahu Tante Mira. Ternyata salah kaprah pun ada hikmahnya. Felli tak mampu menyahut perkataan sang Tante, tangannya sibuk menghapus butiran hangat yang mengalir dipipinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar