Pindang Patin |
Bernostalgia dengan
teman-teman SMA, tak lengkap rasanya bila tanpa ditemani kuliner lezat. Palembang
adalah gudang makanan lezat. Sulit rasanya mempertahankan berat badan ideal
bila harus berhadapan dengan begitu banyak varian makanan khas Palembang yang
membangkitkan selera.
Bagaimana bisa
menahan diri dari pempek, model, tekwan, burgo, laksan, celimpungan, lenggang, mie
celor dan lain-lain. Belum lagi jenis kue-kuenya seperti maksuba, engkak ketan,
kue 8 jam, dan lempok durian. Semua itu adalah
jenis cemilan yang mengenyangkan dan enak rasanya.
Bagaimana dengan
jenis makanan “berat”nya? Tentu ada. Wilayah Sumatera Selatan banyak dialiri
sungai, sehingga masakan ikan air tawar seperti ikan baung, ikan patin, dan
ikan gabus sangat populer di sini.
Siang itu,
sahabatku Prima Maya Sari dan Astuti mengajak aku menikmati makan siang khas
Palembang. Kami menuju sebuah kedai
makanan khas Palembang yang terdapat di sekitar Jalan Merdeka.
“Hari ini kita
makan ala orang dusun. Makannya pakai tangan ya, jangan pakai sendok. Di situlah
letak nikmatnya.” Ujar Prima.
“Justru begini
yang aku tunggu-tunggu. Makan masakan
Palembang ala orang Palembang!” Sahutku antusias.
Jam telah
menunjukkan pukul 14. 00 WIB. Perut kami keroncongan. Ketika masuk ke kedai, Prima langsung
bertanya apakah masih ada menu ikan baung. Sayang sekali, menu ikan baung sudah
habis diserbu pelanggan kedai ini sejak tadi. Kabarnya di jam makan siang,
kedai ini penuh sesak. Orang bahkan rela mengantri demi bisa makan di sini.
Rezeki kami hari
itu adalah pindang patin, dan brengkes patin. Dua menu itu dihidangkan dengan
nasi putih hangat, sambal mangga muda dan
lalapan.
Pindang patin
terbuat dari ikan patin yang dimasak dengan bumbu-bumbu yang “spicy”. Rasanya
segar sekali. Gurih ikan berpadu manis,
asam, dan pedas kuah yang dimasak dengan bumbu lengkap. Bumbu lengkap yang
dimaksud adalah berbagai bumbu dapur seperti jahe, lengkuas, serai, salam,
kunyit, asam jawa, cabe merah, cabe rawit, bawang merah, bawang putih dengan
pelengkap daun bawang, daun kemangi dan nanas. Terbayang segarnya kan?
Lalu
pelengkapnya ada sambal mangga muda. Pedas cabe rawit, aroma terasi dan asam mangga muda terasa sebagai perpaduan rasa yang
sempurna.
Brengkes patin
tempoyak tak kalah uniknya. Masakan ini sebenarnya adalah pepes ikan patin, tapi tambahan bumbu tempoyak
membuat rasa masakan ini sangat istimewa.
Brengkes Patin Tempoyak |
Tempoyak adalah bumbu
masakan yang terbuat dari daging durian yang difermentasi. Daging durian yang sudah masak dicampur dengan
garam lalu dimasukkan dalam wadah tertutup selama beberapa hari, biasanya
sekitar 3-5 hari. Hasilnya adalah rasa yang khas. Manis, asam dan asin tapi masih beraroma
durian. Tempoyak bisa langsung dimakan sebagai teman makan nasi. Bisa juga
dimasukkan ke tumisan cabai bila ingin membuat sambal tempoyak.
Brengkes patin tempoyak
adalah kuliner yang sangat kaya rasa. Selain rasa dan aroma tempoyak yang
manis-asam-asin, bumbu -bumbu lain seperti daun salam, cabe merah, bawang
merah, bawang putih, jahe, kunyit dan serai pun menambah sedapnya masakan ini.
Masakan
Palembang sebenarnya adalah makanan sehat. Lihat saja pindang patin itu. Cara
memasaknya hanya direbus. Lalu brengkes tempoyak dimasak dengan cara dikukus.
Belum lagi ikan yang kaya protein dan khasiat bumbu-bumbu yang baik untuk kesehatan.
Hanya saja, bahaya bila sering mengkonsumsi makanan
Palembang . Akibatnya badan bisa melar!
Hahaha.... Bagaimana tak melar, makanan ini membangkitkan selera untuk tambah
lagi, lagi dan lagi.
Kalau
jalan-jalan ke Palembang, jangan lewatkan mencicipi kuliner pindang patin dan
brengkes patin, ya. Lezatnya hmmm.... yummmy...
3 komentar:
mantap kuliner ini yang belum ane coba di palembang. terima kasih admin atas infonya
Mugiwara Luffy : Sama2...Siiip
Aku mah juga mau makan makanan ituh mbak. Mantep bin enak.. jadi laper hheee
Posting Komentar