Laman

Senin, 26 Januari 2015

Panono, Kamera Bola yang Menakjubkan

Hobi jalan-jalan, berfoto dan menulis  membuat  kamera menjadi barang yang sangat penting  bagiku. Seringkali saat  jalan-jalan aku  melihat pemandangan  alam yang indah atau  arsitektur menakjubkan ciptaan manusia yang   membuat hati melonjak-lonjak kegirangan. Pemandangan yang terpampang di depan mata itu membangkitkan rasa syukur dan kekaguman pada Tuhan, karena dari Dialah segala keindahan berasal.
Selalu  tumbuh keinginan untuk mengabadikan kecantikan yang tertangkap mata saat itu.  Cara yang paling tepat mengabadikan keindahan panorama alam   tentu saja dengan memotret. Foto-foto hasil jepretan itu bisa menjadi pengobat rindu. Memandang foto bisa membangkitkan lagi kenangan indah saat mengunjungi suatu tempat. Lalu tentu saja foto-foto itu akan menjadi pelengkap tulisan yang kubagikan di blog atau media lain. Sebuah foto bisa memberi informasi lengkap karena pada hakikatnya foto mampu “berbicara” menyampaikan gambaran detail suatu tempat atau benda.

Memandang sebuah landscape cantik, ingin rasanya merekam semua dengan sempurna seperti layaknya apa yang tertangkap mata. Aku sering merasa kurang puas dengan gambar yang dihasilkan kamera biasa. Bukan masalah ketajaman gambarnya , tapi masalah sudut pandang terbatas yang bisa direkam kamera biasa.

Ada sebuah cara dalam fotografi yang dapat diterapkan demi memperoleh gambar landscape secara lebih lengkap.  Cara itu disebut panoramic fotografi . Sudut gambar yang dihasilkan dengan cara ini sangat lebar mendekati sudut pandang mata manusia. Memandang hasil foto panoramic membuat kita seolah-olah berada di tempat itu. Untuk menciptakan sebuah foto panoramic, fotografer biasanya memotret beberapa gambar dengan memutar posisi camera  demi merekam gambar dari berbagai sudut. Lalu hasil foto akan disatukan melalui proses “ image stitching”. Sayangnya, dengan camera biasa dibutuhkan waktu dan ketepatan, lalu bila ada objek yang tengah bergerak akan timbul efek  “ghosting” atau motion blur pada hasil foto. Selain itu, kamera juga tak mampu menghasilkan gambar panorama “bulat penuh” karena kamera terpasang di tripod. Hal ini menyebabkan kamera tak mampu menangkap gambar atau objek yang terpampang dibawahnya.

Ketika mendengar seorang insinyur komputer  lulusan Technische Universität Berlin menciptakan sebuah camera 360 derajat yang mampu mengabadikan gambar seperti apa yang tertangkap mata manusia, aku jadi tertarik menuliskannya di sini.


Sang pencipta camera bernama Jonas Pfeil. Pemuda  ini menciptakan sebuah camera yang berbentuk bola dilengkapi 36 camera-fix focus 2 megapixel. Kamera ini dinamakan “Panono”.  Panono dioperasikan dengan cara dilemparkan keatas seperti melempar bola. Benda itu mampu menangkap gambar di semua arah secara bulat penuh.



Kamera Panono seolah menjawab semua kesulitan yang dihadapi saat melakukan panoramic fotografi.
Tampilan Panono benar-benar mirip bola. Ada lapisan busa yang melindungi camera. Cara penggunaannya pun tak berbeda dengan melempar lalu menangkap bola.

Ketika Panono dilemparkan, saat mencapai titik tertinggi, camera-camera pada Panono menangkap gambar panorama secara bulat penuh. Panono dapat menangkap adegan dengan banyak objek bergerak tanpa menghasilkan efek ghosting dan menciptakan gambar yang unik.


Sumber Foto :  dari Internet


Setelah sang fotografer menangkap bola, saat itu gambar bisa langsung di download dengan menggunakan USB dan secara otomatis ditampilkan  pada panoramic viewer. Sangat mudah. Hal ini membuat sang pengguna kamera bisa mengeksplorasi dan merekam  secara utuh pemandangan yang ada di suatu tempat.
Sayang sekali, Panono belum dipasarkan. Sang pencipta masih belum berpikir untuk membuat produk ini secara massal.


Aku sudah mulai bermimpi bisa punya Panono suatu hari nanti. Mudah-mudahan harganya tidak  terlalu  mahal sehingga bisa terjangkau kantungku.  Kapan dipasarkannya ya? Mari kita tunggu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar