Laman

Rabu, 07 Januari 2015

Napak Tilas ke SMA 3 Palembang



Punya waktu satu hari di Palembang, rasanya ingin bernostalgia menelusuri jejak masa lalu kala menjadi murid SMA.  Maka aku mengatur pertemuan dengan  sahabat- sahabatku  Prima Maya Sari dan Astuti. Kami juga mengatur pertemuan dengan guru kami  Bunda Darlis, di sekolah tercinta, SMA 3 Palembang.

Memasuki gerbang sekolah, aku dan Prima langsung disuguhi pemandangan berbeda. Suasana sepi karena saat ini masa liburan sekolah. Pintu  gerbang sekolah telah bertambah satu sementara pintu gerbang yang lama tampak tertutup.


Turun dari mobil, kami berada di lapangan yang dulu sering menjadi tempat olah raga,  lomba drama antar kelas dan pekan orientasi siswa. Ingatan kami seolah kembali pada masa di rentang tahun 1988-1991.

Lomba drama antar kelas yang digelar sekitar bulan Agustus tahun 1988 itu benar-benar membuat para siswa terpacu mengeluarkan kreatifitasnya. Aku  saat itu siswa kelas satu dan pengurus OSIS  yang ditunjuk  menjadi panitia lomba.  Betapa aku kagum pada  teman-temanku yang mampu berakting menjadi tentara Belanda yang galak, nenek-nenek bawel yang gigih ikut berjuang, hingga pejuang yang gila karena stress kehilangan anggota keluarganya. Hebatnya teman-temanku...

Kami sejenak mengenang  kejadian seru dan kocak kala lomba drama perjuangan digelar di lapangan ini. Salah seorang teman kami sangat menjiwai perannya. Dia berteriak , “ Merdeka!” Lalu berlari dengan penuh semangat ke tengah lapangan. Dia  berpose dengan gaya setengah duduk dengan tangan kanan dikepal dan diangkat ke atas. Sayang sekali, saking semangatnya, celana sang teman  sobek dibagian selangkangan. Adegan ini kontan membuat penonton terpingkal-pingkal, sementara sang aktor buru-buru melipir keluar arena sambil  memegangi selangkangannya dengan wajah merah padam.

Kini aku bisa tersenyum bangga. Teman-teman yang sejak dulu unik dan berkarakter   saat ini banyak yang sudah  mencapai kesuksesan dalam hidup. Pemeran  tentara Belanda yang galak itu kini sudah menjadi dokter ahli jantung, pemeran nenek-nenek jompo sudah sukses berkarier sebagai auditor di sebuah badan pemeriksa keuangan, dan sang aktor yang penuh semangat hingga celananya koyak juga sudah menjadi dokter kandungan. Prima Maya Sari, sahabatku tersayang kini sudah menjadi dokter mata. Astuti  sudah jadi sarjana S2 yang mengajar di  fakultas teknik universitas negeri terkemuka di Sumatera Selatan. Sementara aku , sarjana teknik  yang memilih  profesi sebagai emak-emak dasteran.  Hahaha....anti klimaks.

Kini lapangan ini telah berubah fungsi sebagai pintu masuk gedung sekolah.  Sebuah bangunan berlantai dua dengan atap berbentuk limas dan  4 pilar penyangga menyambut kami. Dulu bangunan ini bentuknya sederhana. Satu lantai dan tidak secantik sekarang.  Bangunan ini dulunya adalah ruang guru dan ruang kepala sekolah yang sering kami jadikan tempat latihan vocal group dan paduan suara.

Sebuah spanduk terpasang dibawah atap beranda gedung. Terpampang tulisan sebagai berikut :

“Selamat kepada SMA Negeri 3 Palembang Atas DiraihnyaPenghargaan SebagaiSekolah Adiwiyata Nasional tahun 2014 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI tanggal 22 Desember 2014 di Auditorium Manggala Wanabakti Jakarta “

Sebersit  rasa bangga membuai hati kami.

Aku dan Prima melangkah memasuki sekolah. Di belakang gedung beratap limas terpampang pemandangan yang membuat kenangan demi kenangan membanjiri benak kami. 


Sebuah pohon  yang menjulang tinggi dengan batang-batang menjari berdiri kokoh. Pangkal batangnya dilingkari semen yang di cat  merah dibagian atasnya. Lingkaran merah itu  dulu sering menjadi alas dudukku di bawah pohon. Masih sama seperti    bertahun lalu ketika aku  masih berseragam abu-abu.

Pengurus OSIS SMA 3 Palembang  periode 1989-1990

Lalu undakan tiga anak tangga itu. Disanalah kami mengabadikan foto bersama pengurus OSIS angkatan 1989-1990. Masa  penuh prestasi, aktivitas positif dan persahabatan yang indah. Di masa-masa indah itu, aku dan teman-teman pengurus OSIS menyumbangkan puluhan piala kejuaraan dari berbagai bidang  yang mengharumkan nama sekolah. Dari bidang seni yang menjadi tanggung jawabku ada 10 piala bukti pencapaian kami. Di rentang dua tahun, kami merajai lomba vocal group, tari, penyanyi solo, musik kontemporer, paduan suara,  dan puisi antar SMA. Di bidang lain seperti baris berbaris, upacara, cerdas cermat, adu debat, PMR dan PKS kami pun berprestasi. Membawa pulang piala-piala  itu ke sekolah membuat kecintaan dan kebanggaan kami sebagai siswa-siswi sekolah ini serasa membuncah.






Selain itu, wajah sekolahku kini telah berubah total. Deretan kelas yang dulu muram dan dekil kini berganti  menjadi gedung  dua dan  tiga lantai yang berdiri kokoh, bersih, indah dan terawat. Lapangan pun telah ditata rapi. Sungguh berbeda keadaannya.






Bunda Darlis

Bunda Darlis mengajak aku dan Prima berkeliling melihat-lihat suasana sekolah. Dia juga mengajak kami berdua duduk-duduk di ruangannya.  Tak lama Astuti ikut bergabung dan kami pun mendengar berbagai kisah Bunda Darlis, dan suka dukanya sebagai guru bimbingan konseling.


Napak tilas kami berlanjut. Di sisi kiri gedung beratap limas, terdapat pohon-pohon angsana yang masih kokoh seperti dulu. Bedanya kini pohon-pohon angsana itu menaungi sebuah bangunan cantik yang hampir selesai pengerjaannya.

Musholla Al Mutaqqin- SMA 3 Palembang


Bangunan cantik dengan kubah keramik hijau bergaris kuning itu tak lain adalah musholla Al- Mutaqqin. Musholla berukuran 15 x 15 m ini sebenarnya layak disebut masjid. Bangunan ini mampu menampung sekitar 200 jamaah.






Musholla Al- Mutaqqin dibangun dari dana swadaya alumni, guru-guru dan siswa SMA 3 Palembang. Adalah Bunda Darlis, guruku yang sejak dulu setia mendampingi siswa-siswi dalam bidang bimbingan konseling (BK). Beliau demikian aktif menghimbau para alumni dan siswa serta guru-guru untuk berpartisipasi dalam pembangunan musholla ini, hingga bangunan ini bisa terwujud seperti sekarang.
Musholla cantik ini adalah hasil rancangan  Ahmad Ardani, seorang arsitek lulusan Universitas Diponegoro, yang tak lain adalah salah satu alumni SMA 3 Palembang. Kak Ardani, begitulah aku memanggilnya, adalah salah satu penggiat kegiatan OSIS periode 1988-1989.

Sama-sama menjadi pengurus OSIS membuat aku mengenal Kak Ardani sebagai pribadi yang bertanggung jawab, jujur dan berdedikasi tinggi. Kak Ardani juga berkepribadian hangat, selalu sabar membimbing aku dan teman-teman pengurus OSIS yang  kala itu masih  junior. Kesediaannya merancang musholla ini membuatku makin kagum akan  kecintaannya pada sekolah ini.  Dia rela meluangkan waktu merancang, mengawasi, dan mengurusi semua hal menyangkut detail pembangunan musholla berikut pernak-perniknya ditengah kesibukan pekerjaaannya. 

Ahmad Ardani

Bagi Kak Ardani , hal ini merupakan investasi akhirat yang pahalanya kelak mengalir pada semua orang yang berpartisipasi dalam proyek ini. Meskipun butuh pengorbanan waktu, tenaga, perhatian bahkan tak jarang dia merogoh kocek sendiri untuk “nombok” ini itu, demi musholla terlihat cantik dan bagus hasilnya.  Tanggung jawabnya sebagai designer dan pelaksana pembangunan musholla ini membuat dia sungguh-sungguh mencurahkan seluruh dedikasinya demi memenuhi harapan seluruh alumni, siswa dan guru yang menjadi donatur pembangunan musholla.

Demikian juga dengan Bunda Darlis. Aku salut padanya. Setelah lebih kurang 20 bulan dia tak bosan-bosan menghimbau para alumni untuk ikut berpartisipasi menyumbangkan hartanya di jalan Allah melalui pembiayaan pembangunan musholla. Saat ini pembangunan  telah memasuki tahap finishing. Usahanya bukan tanpa hambatan. Banyak yang sinis, dan mencurigai upayanya yang gigih. Tapi beliau tetap istiqomah dan sabar karena banyak juga yang menyambut usahanya dengan tanggapan positif.

“Mengajak orang beramal itu tak mudah. Belum apa-apa banyak yang sudah antipati. Tapi harus tetap dijalani. Ini ladang amal buat kita semua. Insha Allah membawa keberkahan. “ Ucap Bunda Darlis.
Fasilitas wudhu yang belum selesai pengerjaannya

Teras bagian luar yang rencananya akan dibikin taman mungil

“Sekarang sudah masuk tahap finishing, tapi dana belum terkumpul lagi. Tempat wudhu belum selesai, masih ada bagian-bagian saluran air yang harus dirapikan, lalu teras luar musholla yang rencananya dibuat taman kecil juga belum bisa dilakukan karena dananya belum ada. “ Ujar Bunda Darlis.

Melalui tulisan ini aku  menghimbau teman-teman  baik alumni SMA 3 maupun pengunjung blog ini untuk ikut membelanjakan harta di jalan Allah dengan berpartisipasi dalam pembiayaan finishing musholla Al- Mutaqqin - SMA 3 Palembang.

Yang berkenan ikut,   dananya  bisa di transfer melalui

Rekening Bank Mandiri 112-00-3300330-7
dan Bank Sumselbabel 150-09-41172
atas nama Mushollah SMA N 3.

Kita perlu sesekali menengok ke belakang, menelusuri kembali kilas kehidupan di masa lalu yang  menjadi bagian penting pembentukan karakter, perjalanan hidup dan keberadaan kita sekarang.

Tak dapat kupungkiri, di sekolah ini aku mendapat banyak pelajaran. Bukan hanya ilmu dari buku-buku pelajaran, tapi lebih dari itu. Aku belajar ilmu kehidupan. Di sekolah ini aku belajar berorganisasi, bekerja sama dengan sebuah tim yang solid, berinteraksi dengan orang-orang yang beragam karakternya, meraih prestasi dengan usaha keras, menjalin persahabatan bahkan persaudaraan. Aku juga belajar menyesuaikan diri, toleransi dan menerima perbedaan dengan damai tanpa merubah keunikan diri sendiri.  Semua ilmu itu berguna bagi kehidupan hingga masa sekarang.

Harapanku untuk SMA 3 Palembang, semoga selalu menjadi sekolah kebanggaan yang menjadi sarana bagi para siswanya berprestasi. Aamiin..









1 komentar:

  1. Mba Iwed ternyata wong kito galo.. Aku juga mba.. SMA 3, SMAnya om dan tanteku. hehe

    BalasHapus