Punya waktu satu hari di Palembang,
rasanya ingin bernostalgia menelusuri jejak masa lalu kala menjadi murid
SMA. Maka aku mengatur pertemuan dengan sahabat- sahabatku Prima Maya Sari dan Astuti. Kami juga mengatur
pertemuan dengan guru kami Bunda Darlis,
di sekolah tercinta, SMA 3 Palembang.
Memasuki gerbang sekolah, aku dan
Prima langsung disuguhi pemandangan berbeda. Suasana sepi karena saat ini masa
liburan sekolah. Pintu gerbang sekolah
telah bertambah satu sementara pintu gerbang yang lama tampak tertutup.
Turun dari mobil, kami berada di
lapangan yang dulu sering menjadi tempat olah raga, lomba drama antar kelas dan pekan orientasi
siswa. Ingatan kami seolah kembali pada masa di rentang tahun 1988-1991.
Lomba drama antar kelas yang digelar
sekitar bulan Agustus tahun 1988 itu benar-benar membuat para siswa terpacu
mengeluarkan kreatifitasnya. Aku saat
itu siswa kelas satu dan pengurus OSIS
yang ditunjuk menjadi panitia
lomba. Betapa aku kagum pada teman-temanku yang mampu berakting menjadi tentara
Belanda yang galak, nenek-nenek bawel yang gigih ikut berjuang, hingga pejuang
yang gila karena stress kehilangan anggota keluarganya. Hebatnya
teman-temanku...
Kami sejenak mengenang kejadian seru dan kocak kala lomba drama
perjuangan digelar di lapangan ini. Salah seorang teman kami sangat menjiwai
perannya. Dia berteriak , “ Merdeka!” Lalu berlari dengan penuh semangat ke
tengah lapangan. Dia berpose dengan gaya
setengah duduk dengan tangan kanan dikepal dan diangkat ke atas. Sayang sekali,
saking semangatnya, celana sang teman
sobek dibagian selangkangan. Adegan ini kontan membuat penonton
terpingkal-pingkal, sementara sang aktor buru-buru melipir keluar arena
sambil memegangi selangkangannya dengan
wajah merah padam.
Kini aku bisa tersenyum bangga.
Teman-teman yang sejak dulu unik dan berkarakter saat
ini banyak yang sudah mencapai
kesuksesan dalam hidup. Pemeran tentara
Belanda yang galak itu kini sudah menjadi dokter ahli jantung, pemeran nenek-nenek
jompo sudah sukses berkarier sebagai auditor di sebuah badan pemeriksa
keuangan, dan sang aktor yang penuh semangat hingga celananya koyak juga sudah
menjadi dokter kandungan. Prima Maya Sari, sahabatku tersayang kini sudah
menjadi dokter mata. Astuti sudah jadi
sarjana S2 yang mengajar di fakultas teknik
universitas negeri terkemuka di Sumatera Selatan. Sementara aku , sarjana
teknik yang memilih profesi sebagai emak-emak dasteran. Hahaha....anti klimaks.
Kini lapangan ini telah berubah
fungsi sebagai pintu masuk gedung sekolah.
Sebuah bangunan berlantai dua dengan atap berbentuk limas dan 4 pilar penyangga menyambut kami. Dulu bangunan
ini bentuknya sederhana. Satu lantai dan tidak secantik sekarang. Bangunan ini dulunya adalah ruang guru dan
ruang kepala sekolah yang sering kami jadikan tempat latihan vocal group dan
paduan suara.
Sebuah spanduk terpasang dibawah atap
beranda gedung. Terpampang tulisan sebagai berikut :
“Selamat kepada SMA Negeri 3
Palembang Atas DiraihnyaPenghargaan SebagaiSekolah Adiwiyata Nasional tahun
2014 dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI tanggal 22 Desember 2014 di
Auditorium Manggala Wanabakti Jakarta “
Sebersit rasa bangga membuai hati kami.
Aku dan Prima melangkah memasuki
sekolah. Di belakang gedung beratap limas terpampang pemandangan yang membuat
kenangan demi kenangan membanjiri benak kami.
Sebuah pohon yang menjulang tinggi dengan batang-batang
menjari berdiri kokoh. Pangkal batangnya dilingkari semen yang di cat merah dibagian atasnya. Lingkaran merah
itu dulu sering menjadi alas dudukku di
bawah pohon. Masih sama seperti bertahun lalu ketika aku masih berseragam abu-abu.
Pengurus OSIS SMA 3 Palembang periode 1989-1990 |
Lalu undakan tiga anak tangga itu.
Disanalah kami mengabadikan foto bersama pengurus OSIS angkatan 1989-1990.
Masa penuh prestasi, aktivitas positif
dan persahabatan yang indah. Di masa-masa indah itu, aku dan teman-teman
pengurus OSIS menyumbangkan puluhan piala kejuaraan dari berbagai bidang yang mengharumkan nama sekolah. Dari bidang
seni yang menjadi tanggung jawabku ada 10 piala bukti pencapaian kami. Di
rentang dua tahun, kami merajai lomba vocal group, tari, penyanyi solo, musik
kontemporer, paduan suara, dan puisi
antar SMA. Di bidang lain seperti baris berbaris, upacara, cerdas cermat, adu
debat, PMR dan PKS kami pun berprestasi. Membawa pulang piala-piala itu ke sekolah membuat kecintaan dan
kebanggaan kami sebagai siswa-siswi sekolah ini serasa membuncah.
Selain itu, wajah sekolahku kini
telah berubah total. Deretan kelas yang dulu muram dan dekil kini berganti menjadi gedung dua dan
tiga lantai yang berdiri kokoh, bersih, indah dan terawat. Lapangan pun
telah ditata rapi. Sungguh berbeda keadaannya.
Bunda Darlis |
Bunda Darlis mengajak aku dan Prima
berkeliling melihat-lihat suasana sekolah. Dia juga mengajak kami berdua
duduk-duduk di ruangannya. Tak lama
Astuti ikut bergabung dan kami pun mendengar berbagai kisah Bunda Darlis, dan
suka dukanya sebagai guru bimbingan konseling.
Napak tilas kami berlanjut. Di sisi
kiri gedung beratap limas, terdapat pohon-pohon angsana yang masih kokoh
seperti dulu. Bedanya kini pohon-pohon angsana itu menaungi sebuah bangunan
cantik yang hampir selesai pengerjaannya.
Musholla Al Mutaqqin- SMA 3 Palembang |
Bangunan cantik dengan kubah keramik
hijau bergaris kuning itu tak lain adalah musholla Al- Mutaqqin. Musholla berukuran
15 x 15 m ini sebenarnya layak disebut masjid. Bangunan ini mampu menampung
sekitar 200 jamaah.
Musholla Al- Mutaqqin dibangun dari
dana swadaya alumni, guru-guru dan siswa SMA 3 Palembang. Adalah Bunda Darlis,
guruku yang sejak dulu setia mendampingi siswa-siswi dalam bidang bimbingan
konseling (BK). Beliau demikian aktif menghimbau para alumni dan siswa serta
guru-guru untuk berpartisipasi dalam pembangunan musholla ini, hingga bangunan
ini bisa terwujud seperti sekarang.
Musholla cantik ini adalah hasil
rancangan Ahmad Ardani, seorang arsitek
lulusan Universitas Diponegoro, yang tak lain adalah salah satu alumni SMA 3
Palembang. Kak Ardani, begitulah aku memanggilnya, adalah salah satu penggiat
kegiatan OSIS periode 1988-1989.
Sama-sama menjadi pengurus OSIS
membuat aku mengenal Kak Ardani sebagai pribadi yang bertanggung jawab, jujur
dan berdedikasi tinggi. Kak Ardani juga berkepribadian hangat, selalu sabar
membimbing aku dan teman-teman pengurus OSIS yang kala itu masih junior. Kesediaannya merancang musholla ini
membuatku makin kagum akan kecintaannya pada
sekolah ini. Dia rela meluangkan waktu
merancang, mengawasi, dan mengurusi semua hal menyangkut detail pembangunan
musholla berikut pernak-perniknya ditengah kesibukan pekerjaaannya.
Ahmad Ardani |
Bagi Kak Ardani , hal ini merupakan
investasi akhirat yang pahalanya kelak mengalir pada semua orang yang
berpartisipasi dalam proyek ini. Meskipun butuh pengorbanan waktu, tenaga, perhatian
bahkan tak jarang dia merogoh kocek sendiri untuk “nombok” ini itu, demi
musholla terlihat cantik dan bagus hasilnya. Tanggung jawabnya sebagai designer dan
pelaksana pembangunan musholla ini membuat dia sungguh-sungguh mencurahkan
seluruh dedikasinya demi memenuhi harapan seluruh alumni, siswa dan guru yang
menjadi donatur pembangunan musholla.
Demikian juga dengan Bunda Darlis.
Aku salut padanya. Setelah lebih kurang 20 bulan dia tak bosan-bosan menghimbau
para alumni untuk ikut berpartisipasi menyumbangkan hartanya di jalan Allah
melalui pembiayaan pembangunan musholla. Saat ini pembangunan telah memasuki tahap finishing. Usahanya bukan
tanpa hambatan. Banyak yang sinis, dan mencurigai upayanya yang gigih. Tapi
beliau tetap istiqomah dan sabar karena banyak juga yang menyambut usahanya
dengan tanggapan positif.
“Mengajak orang beramal itu tak
mudah. Belum apa-apa banyak yang sudah antipati. Tapi harus tetap dijalani. Ini
ladang amal buat kita semua. Insha Allah membawa keberkahan. “ Ucap Bunda
Darlis.
Fasilitas wudhu yang belum selesai pengerjaannya |
Teras bagian luar yang rencananya akan dibikin taman mungil |
“Sekarang sudah masuk tahap
finishing, tapi dana belum terkumpul lagi. Tempat wudhu belum selesai, masih
ada bagian-bagian saluran air yang harus dirapikan, lalu teras luar musholla
yang rencananya dibuat taman kecil juga belum bisa dilakukan karena dananya
belum ada. “ Ujar Bunda Darlis.
Melalui tulisan ini aku menghimbau teman-teman baik alumni SMA 3 maupun pengunjung blog ini untuk
ikut membelanjakan harta di jalan Allah dengan berpartisipasi dalam pembiayaan
finishing musholla Al- Mutaqqin - SMA 3 Palembang.
Yang berkenan ikut, dananya
bisa di transfer melalui
Rekening Bank Mandiri 112-00-3300330-7
dan Bank Sumselbabel
150-09-41172
atas nama Mushollah SMA N 3.
Kita perlu sesekali menengok ke
belakang, menelusuri kembali kilas kehidupan di masa lalu
yang menjadi bagian penting pembentukan karakter, perjalanan hidup dan
keberadaan kita sekarang.
Tak dapat kupungkiri, di sekolah ini
aku mendapat banyak pelajaran. Bukan hanya ilmu dari buku-buku pelajaran, tapi
lebih dari itu. Aku belajar ilmu kehidupan. Di sekolah ini aku belajar berorganisasi,
bekerja sama dengan sebuah tim yang solid, berinteraksi dengan orang-orang yang
beragam karakternya, meraih prestasi dengan usaha keras, menjalin persahabatan
bahkan persaudaraan. Aku juga belajar menyesuaikan diri, toleransi dan menerima
perbedaan dengan damai tanpa merubah keunikan diri sendiri. Semua ilmu itu berguna bagi kehidupan hingga
masa sekarang.
Harapanku untuk SMA 3 Palembang,
semoga selalu menjadi sekolah kebanggaan yang menjadi sarana bagi para siswanya
berprestasi. Aamiin..
1 komentar:
Mba Iwed ternyata wong kito galo.. Aku juga mba.. SMA 3, SMAnya om dan tanteku. hehe
Posting Komentar