Punya
seorang tante yang baik hati, periang,
hobi masak dan senang mengundang makan-makan merupakan sesuatu yang
istimewa bagi Felli. Tante Mira,
lengkapnya Mira Coryati, adalah satu-satunya
adik mama Felli. Dia seorang ibu rumah tangga, yang benar-benar menikmati
perannya. Dua orang anak Tante Mira tengah kuliah di Singapore dan
Belanda. Suaminya, Om Danang, adalah pengusaha sukses yang sibuk mengurus bisnisnya.
Bagi
Felli, cara Tante Mira menikmati hidup sangat
berkesan. Dia suka masak, lalu mengundang teman, saudara, kenalan, dan
tetangga, datang ke rumah menikmati masakannya.
Dia senang menyusun menu masakan, mencoba resep baru, berbelanja bahan-bahan makanan, dan bersibuk
ria di dapur. Dari sekian banyak masakan
lezat hasil racikan Tante Mira, yang paling istimewa adalah risoles mayones.
Tak seperti risoles yang dijual di toko kue, rasa risoles buatan Tante Mira
jauh lebih istimewa.
Keluarga
dan teman-teman dekat Tante Mira sangat suka dengan cemilan istimewa itu.
Setiap kali berkumpul, mereka selalu minta Tante Mira menyediakan risoles.
“Tante
buat sendiri mayones-nya. Bukan mayones yang beli di supermarket. Itu rahasianya.”
Ucap Tante Mira saat Felli menanyakan
keistimewaan rasa risolesnya.
Hal
yang paling membuat Tante Mira bahagia adalah ketika orang-orang menyukai
masakannya. Felli sering tersenyum sendiri melihat ekpresi wajah Tante
Mira dengan mata kejora serta pipi
cubby kemerahan tertarik ke atas ,
terdesak oleh senyum lebar yang mengembang dibibirnya. Ekspresi itu selalu
menghias wajah Tante Mira kala melihat
semua hasil masakannya, terutama risoles, ludes disantap tamu.
Di
akhir minggu, seringkali Felli menginap di rumah Tante Mira , terutama saat Om
Danang harus keluar kota mengawasi bisnisnya.
Hubungan Felli dengan Tante Mira sangat dekat. Gadis muda itu tak ingin Tante kesayangannya kesepian apalagi
sejak anak-anak sang Tante melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Suatu
pagi di akhir minggu, Felli menemani Tante Mira sarapan. Di tengah obrolan seru, telepon
selular sang Tante berdering. Dia mengangkatnya. Felli melihat mata tante
kesayangannya berbinar-binar.
“Oya,
kamu sama siapa? Jam berapa datangnya? Siang ini? Iya deh, Tante buatkan risoles kesukaanmu dan juga makan siang. Tante tunggu
ya!” Ujarnya.
Ketika
menutup telepon, Tante Mira terlihat panik. Dipandanginya jam dinding di ruang
duduk, lalu setengah berlari dia menuju
ruang makan, dan membuka lemari es .
“Ada
apa, Tante? Siapa yang mau datang?” Tanya Felli.
“Ricky.
Siang ini dia mau mampir ke sini. Sama pasukan,lho. Ramai. Aduh, ini sudah agak siang, takut tidak
sempat bikin risoles!” Ujarnya panik.
Ricky
adalah salah satu keponakan Om Danang yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di
Jogjakarta. Sudah 2 tahun Tante Mira dan Om Danang tidak bertemu Ricky. Karena sibuk kuliah,
Ricky jarang berkunjung.
Felli
mengerti mengapa Tante agak panik. Tentu dia ingin menjadikan pertemuan
ini terasa istimewa dengan
menyediakan masakan yang lezat kesukaan
Ricky.
“Untung
saja mbak-mbak sudah masak nasi dan lauknya. Tinggal menambah
beberapa macam lauk saja, sudah beres. Kamu bisa mengawasi mereka kan, sayang?”
Tante Mira memandang Felli dengan tatapan memohon. Yang dipanggil Tante Mira
dengan sebutan “mbak-mbak” adalah dua orang asisten rumah tangga yang biasa membantu
memasak dan mengurus rumah.
“Bisa,
Tante. Kan lauknya sudah dibumbui, tinggal dipanggang atau digoreng. Ada di
lemari es kan ?” Felli balik bertanya.
“Iya.
Tolong ya, sayang.Tante harus bikin risoles. Ricky tadi bilang dia rindu makan
risoles. Terakhir main ke sini dia makan 10 potong sendiri! Apalagi dia akan datang
bersama pasukan. Tante harus bikin yang banyak. Waduh, harus cepat-cepat belanja
bahan-bahannya, nih!”
Detik
selanjutnya Tante Mira bergegas berangkat ke supermarket. Tak lama kemudian dia
kembali lagi. Dibantu dua orang asisten, dia “berjibaku” di dapur membuat
risoles istimewa.
Menjelang
jam makan siang, di meja telah tertata nasi panas , pindang ikan, ayam panggang,
tempe goreng, tahu goreng, cah kangkung, lalapan dan sambal.
Felli
melihat wajah Tante Mira masih terlihat cemas ketika si mbak meletakkan sepinggan
besar risoles hangat di atas meja.
“Cukup
tidak ya risolesnya? Ricky datang sama pasukan lho. “ Ujarnya cemas.
Felli
bengong melihat kepanikan Tante Mira. Risoles
dan hidangan di meja makan ini kelihatannya cukup untuk menjamu sekitar 20
orang yang gembul-gembul alias makannya banyak. Memangnya pasukan yang mau
datang berapa orang sih?
“Coba kalau Ricky memberitahu kedatangannya
dari kemarin, tidak mendadak seperti ini. Tante bisa buat risoles lebih banyak
lagi.” Ujar Tante Mira.
Saat
itu terdengar bunyi klakson mobil, disusul suara pintu gerbang dibuka.
“
Itu pasti Ricky!” Seru Tante Mira.
Felli
dan Tante Mira berlari ke depan rumah
untuk menyambut Ricky.
Sebuah
mobil biru mungil memasuki halaman rumah. Setelah terparkir, Ricky turun dari
mobil diikuti seorang laki-laki kurus setengah
baya .
Ricky
tersenyum lebar, pemuda gagah itu menghampiri Tante Mira dan menyalaminya.
“Apa
kabar, Ricky? Mana teman-temannya yang lain?” Tanya Tante Mira.
Ricky
bengong.
“Kabar baik, Alhamdulillah. Teman-teman yang
mana ya, Tante?”
“
Lha, katanya tadi mau datang sama pasukan.” Sahut Tante Mira.
“O
iya, ini lho Tante. Kenalkan, ini Pak Sukan. Dia akan menjadi mentor Ricky selama belajar bisnis di sini.” Ujar Ricky sambil
menunjuk pria kurus setengah baya yang datang bersamanya. Pria itu membetulkan
letak kaca matanya dan tersenyum memandang Felli dan Tante Mira.
“
Jadi, kalian hanya berdua saja?” Tante Mira masih tak percaya.
“
Iya, Tante.” Ricky menjawab sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Felli
dan Tante Mira saling berpandangan, sejurus kemudian pecahlah derai tawa mereka.
Ricky dan Pak Sukan berdiri kebingungan melihat Felli dan Tante Mira
tergelak-gelak.
Ketika Felli menjelaskan kesalahpahaman itu, Ricky
dan Pak Sukan pun ikut tertawa. Ternyata Tante Mira salah kaprah. Di telepon
tadi Ricky bilang akan datang ke rumah bersama Pak Sukan. Sementara yang “ tertangkap” oleh Tante Mira,
Ricky akan datang bersama pasukan, yang diartikannya sekumpulan orang yang
ramai. Seperti teman-teman sekolah yang
dua tahun lalu diajak Ricky berkunjung ke rumahnya.
Hari
itu Felli dan Tante Mira tak berhenti
mentertawai diri mereka sendiri. Betapa konyolnya bersibuk-sibuk masak dan
menyiapkan makanan yang banyak, mengira akan diserbu segerombolan anak muda
lapar, padahal yang datang hanya dua orang saja.
Lalu
bagaimana nasib masakan Tante Mira ? Setelah Ricky dan Pak Sukan pulang, Felli
memandang meja yang penuh makanan. Risoles istimewa masih bersisa sangat
banyak. Gadis cantik berhijab pink itu memasukkan risoles dan makanan lainnya ke
dalam plastik dan kotak. Lalu dia mengajak Tante Mira pergi.
“Kita
mau kemana? “ Tanya Tante Mira bingung. Dia memandang Felli yang tengah
mengemudikan mobil.
“Tenang,
Tante. Sebentar lagi kita sampai.” Felli
melirik Tante Mira sambil tersenyum.
Felli
memarkir mobil di depan sebuah bangunan tua yang suram. “ Panti Asuhan Kasih Ibu “ demikianlah tulisan yang
terpampang pada papan yang terpasang di
dinding luar bangunan itu.
Suara
tawa dan teriakan anak-anak balita terdengar dari luar. Felli mengetuk pintu. Seorang
wanita setengah baya membuka pintu dan tersenyum ramah.
“Ibu,
kami mau memberi makan siang buat anak-anak disini.” Ujar Felli pada wanita
itu.
“Oh,
Alhamdulillah... Terimakasih banyak untuk sedekahnya. “ Wanita itu tersenyum
lebar lalu mepersilahkan masuk.
Adegan
selanjutnya membuat Felli dan Tante Mira tenggelam dalam haru . Puluhan anak-anak dan balita yang kebanyakan bertubuh kurus berbaris menyalami mereka dengan tertib. Mereka lalu duduk
di lantai mendoakan Felli dan Tante
Mira. Setelah selesai, Tante Mira mempersilakan anak-anak itu makan. Mereka
menyambut dengan antusias.
Bagaimana
nasib risoles istimewa? Tentu saja habis tak bersisa. Sekali lagi Felli
menangkap ekspresi wajah khas Tante Mira. Pipi cubby kemerahan yang tertarik ke
atas, terdesak senyum lebar yang mengembang di bibirnya. Tapi kali ini mata
kejora-nya berkaca-kaca, melihat anak-anak yatim-piatu berusia 3 sampai 12
tahun itu makan masakannya dengan lahap.
“Seandainya Tante tidak salah mengartikan
kata-kata Ricky, kita mungkin tidak sedekah dan silaturahmi ke sini ya.
Sepertinya Tante harus rutin membuat risoles dan masakan yang banyak untuk
menjamu pasukan yang sesungguhnya. “ Ujar Tante Mira sambil memandang anak-anak panti asuhan itu.
Felli
merangkul bahu Tante Mira. Ternyata salah kaprah pun ada hikmahnya. Felli tak mampu
menyahut perkataan sang Tante, tangannya sibuk menghapus butiran hangat yang
mengalir dipipinya.