Palembang dan
pempek. Dua kata itu sudah demikian akrab, seolah saling memberi makna
meneguhkan eksistensi sebuah kota dengan ciri khas kuliner lezat yang tak terpisahkan.
Aku tinggal di
Palembang sejak 1985 hingga 2009. Dalam rentang waktu 24 tahun hingga sekarang tak pernah bosan aku
menikmati pempek, seperti juga warga Palembang yang sangat menggemari
makanan ini.
Seingatku, meski
resto dan warung pempek “bertaburan” banyaknya di kota Palembang, jarang ada
yang bangkrut. Masing-masing sudah memiliki penggemar dan pangsa pasar
tersendiri. Bahkan akhir-akhir ini makin
banyak resto pempek bermunculan.
Aku dan suamiku,
si Akang, gemar mencicipi pempek dari berbagai merk yang ada di Palembang. Kami
sering membandingkan rasa dan kualitas pempek dengan cara safari kuliner dari
resto ke resto, dari warung ke warung. Meskipun dibuat dari bahan yang sama,
komposisi dan racikan tiap merk pempek tentu menghasilkan cita rasa dan
kualitas berbeda.
Dari hasil
membanding-bandingkan rasa berbagai merk pempek, kami membuat klasifikasi
sendiri. Ada pempek premium, pempek super, pempek standar dan pempek dibawah standar.
Pempek premium harganya
mahal, di atas rata-rata harga pempek di Palembang, tapi kualitasnya memang
juara. Pempek ini tampaknya dibuat dengan komposisi daging ikan yang banyak, dengan
campuran sagu yang jumlahnya sedikit. Pempek
jenis ini penggemarnya terbatas pada konsumen yang mengutamakan kualitas, dan
tak bermasalah dengan harga.
Pempek super lebih ideal karena harga lebih bersahabat sementara rasanya
enak . Jenis pempek inilah yang paling kugemari. Hehe..
Kemudian pempek kualitas standar. Standard yang kumaksud di sini adalah
standar cita rasa Palembang ya. Jadi meski kualitasnya standar, rasa masih lebih
enak daripada pempek yang dijual di luar Palembang. Meski rasanya dibawah kualitas super,
masalah harga kadangkala sama dengan yang super.
Yang terakhir
adalah pempek yang dibawah standar.
Pempek ini menurut kami cita rasanya kalah dalam percaturan dunia
pempek Palembang. Bisa karena berbau amis, terlalu kenyal, atau tak terasa gurih ikan
akibat terlalu banyak kandungan sagu dibandingkan daging ikannya. Harganya pun
murah. Bahkan ada yang sangat murah.
|
Berbagai varian Pempek Wawa |