Bergaul itu asyik. Sudah kodratnya
manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin menjalin silaturahmi. Secara umum
silaturahmi atau silaturahim berarti menyambungkan kasih-sayang atau kekerabatan
yang menghendaki kebaikan. Secara istilah makna silaturahmi, antara lain dapat
dipahami dari apa yang dikemukakan Al-maraghi menyebutkan, “Yaitu menyambungkan
kebaikan dan menolak sesuatu yang merugikan dengan sekemampuan”.
Aku pernah membaca sebuah artikel
yang menyebutkan ada banyak “ mutiara” tersembunyi dibalik anjuran silaturahmi.
Menurut Abu Laith Samarqandi ada 10 manfaat silaturahmi, yaitu :
1. Mendapat ridho Allah SWT.
2. Membuat orang yang dikunjungi bahagia.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW “ Amal yang paling utama adalah
membuat seseorang bahagia.”
3. Menyenangkan malaikat.
4. Disenangi manusia.
5. Membuat iblis dan setan marah.
6. Memanjangkan usia.
7. Menambah banyak dan berkahnya rezeki.
8. Membuat senang orang yang telah wafat
karena keluarga yang masih hidup tetap saling menjalin hubungan baik.
9. Memupuk rasa cinta kasih terhadap
sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan
memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
10. Menambah pahala setelah kematiannya,
karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahmi) akan selalu dikenang
sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.
Membaca sekilas artikel itu tak
mendatangkan perasaan khusus dalam hatiku.
Tapi ketika sudah melaksanakan dan mereguk banyak manfaat, aku baru
merasakan betapa banyak nikmat yang kudapat dari menjalin silaturahmi.
Berdasarkan pengalaman pribadi,
manfaat silaturrahmi yang aku rasakan adalah sebagai berikut :
1. Memberi “ pelajaran” dalam hidup.
Pergaulanku dengan tetangga,
komunitas orangtua murid di sekolah anak-anak, teman pengajian, teman
facebook, teman di berbagai komunitas perempuan,
teman lama, teman-teman baru yang kutemui saat travelling dan lain-lain selalu
memberi hikmah yang besar. Aku tak tahu kenapa, banyak teman-teman yang percaya
kepadaku sehingga mau menceritakan
pengalaman hidup mereka yang berliku. Ada yang suaminya meninggalkan dirinya
dan anak-anak karena terlibat sekte sesat, ada yang bercerai karena perbedaan
prinsip, ada yang berjuang melawan kanker, ada yang menemukan cinta sejatinya
setelah sebelumnya mengalami cobaan hidup yang sangat berat, dan lain-lain. Pengalaman-pengalaman
hidup mereka yang dahsyat itu sungguh membuat aku terkagum-kagum. Terutama pada
ketegaran dan perjuangan mereka yang gigih. Banyak sekali hikmah yang bisa
dipetik dari pengalaman teman-temanku. Bahwa Allah SWT tak akan memberika
cobaan melebihi kekuatan hambaNya, bahwa kasih sayang yang luas serta
pertolongan Allah itu selalu ada untuk hamba yang memelukNya kala diterpa badai
kehidupan. Aku bisa memperoleh pelajaran dan berbagai hikmah itu karena mereka,
teman-teman yang kerap aku temui, membagi kisahnya padaku. Alhamdulillah...
2. Membuka Pintu Rezeki
Kala menyambung kembali silaturahmi
dengan seorang teman SMA, aku diajarinya ngeblog. Bukan hanya itu, dia juga
menularkan ilmunya mengerjakan “ paid to review” yang membuka peluang memperoleh
bayaran dalam dollar dari hasil menulis review produk dari seluruh dunia.
Rezeki dalam bentuk lain adalah informasi dan solusi permasalahan. Sebagai
emak-emak rempong setiap hari selalu berhadapan dengan masalah, yang meskipun
bukan masalah besar tapi cukup mengganggu bila tak segera diatasi. Mulai dari
mencari asisten rumah tangga, info dokter yang kompeten, tukang pijat urut yang
piawai mengusir penat, menu masakan yang lezat, hingga informasi tempat kursus
yang asyik. Semua solusinya aku perolah dengan cara pergi ke tukang sayur. Lho? Hehehe... Jangan
pernah menganggap remeh tukang sayur.
Sebenarnya tukang sayur yang mangkal
di sekitar rumah adalah sarana menjalin silaturahmi. Setiap pagi tetanggaku
berkerumun di tempat mangkal tukang sayur. Dan aku pun datang ke sana, belanja
sayur sekaligus bergaul dengan tetangga. Kalau sudah begini, aku tinggal
melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
”Bu, kalau dokter rehabilitasi medis
di Bogor yang bagus dimana ya?”
“Labu kuning ini selain dibikin
kolak, enaknya dimasak apa ya?”.
Tak lama kemudian aku pun pulang dengan
wajah sumringah akibat telah mengantongi informasi dan solusi permasalahan.
Sebuah reaksi spontan yang berlanjut
silaturahmi bisa mendatangkan buah-buahan gratis. Lho, apa hubungannya? Hehehe....
Suatu hari aku berbelanja di mini
market. Ketika mengantri di kasir, seorang ibu setengah baya berwajah oriental
kebingungan karena ternyata uang yang dibawa tak cukup membayar seluruh
belanjaannya. Dia terpaksa batal membeli
sebotol minyak wijen.
“Maaf, Dik. Minyak wijennya tidak
jadi ya. Uangnya kurang. Nanti saja saya kembali lagi. “ Ujar si Ibu.
Aku yang mengantri dibelakangnya spontan
bereaksi.
“Bu, tidak apa-apa. Ambil saja minyak
wijennya. Supaya tidak repot bolak-balik ke sini, biar minyaknya saya yang
bayar.” Ucapku sambil tersenyum.
Sebenarnya aku sendiri kaget, kenapa
aku bisa berkata seperti itu. Aku langsung khawatir, bagaimana kalau si Ibu
marah, tersinggung karena dibayari. Soalnya dari tampangnya terlihat dia bukan
orang susah. Aku hanya bereaksi spontan, karena membayangkan betapa repotnya
harus balik ke rumah mengambil uang dan kembali ke mini market lagi hanya untuk
sebotol minyak wijen.
Dia menatapku. Aku terus tersenyum
setulus-tulusnya meski hati berdebar.
“Aduh, Bu. Jadi nggak enak nih...”
Katanya tersipu.
“Tidak apa-apa, Bu. Daripada repot
balik lagi ke sini. Silahkan dibawa minyak wijennya. “ Ucapku riang. Rasanya
lega melihat reaksinya.
Dia mengucapkan terimakasih, dan
kubalas dengan senyum dan anggukan.
Beberapa hari setelah itu, aku
berbelanja di tukang sayur. Sedang asyik memilih kentang, ada seseorang berseru
menyapaku. Aku agak lupa, tapi ketika dia bilang bahwa aku yang membayari minyak
wijennya, jadi ingat lagi. Kami tertawa, lalu mengalirlah perbincangan seru. Ternyata
dia tetanggaku, hanya berbeda cluster. Senangnya, akhirnya kami berkenalan.
Di pertemuan-pertemuan selanjutnya,
aku dapat pisang, jeruk limau, dan jambu biji hasil kebunnya. Ah...berkah
silaturrahmi.
3. Memperkaya ilmu
Keterlibatanku dengan komunitas penulis
dan blogger berpengaruh besar dalam menambah ilmu dan peluang berkarya di
bidang tersebut. Teman-teman di komunitas
sangat murah hati dalam berbagi ilmu dan pengalaman. Selain itu karya-karya
mereka yang terus bermunculan baik dalam
bentuk buku, tulisan inspiratif di blog yang mengundang banyak pengunjung, hingga
kemenangan mereka dalam berbagai kompetisi membuat aku makin semangat ikut berkarya.
4. Meringankan biaya travelling
Kalau kupikirkan tentang manfaat yang
satu ini rasanya ingin memeluk erat sahabat-sahabat baruku yang tersebar di Asia
dan Amerika. Tak bermaksud memanfaatkan pertemanan, tapi sungguh kebaikan dan
kemurahan hati mereka sangat berarti untukku.
Bulan Agustus-September 2014 lalu, Aku
dan sahabatku menjelajah Amerika tanpa ikut tour dari travel agent. Kami mengatur
sendiri itinerary perjalanan dan segala sesuatunya. Lewat jalinan silaturahmi di facebook, tanpa pernah bertemu muka, sahabat-sahabat
baru dari dunia maya dengan tulus
menawarkan rumahnya menjadi tempat
bernaung di sana.
Kami berdua dijamu dengan sangat baik
oleh sahabat-sahabat di Detroit- Michigan, Geneva-New York, Los Angeles, Santa
Monica, dan Orange County.
Bukan cuma menyediakan rumahnya untuk
kami, mereka juga menjamu dengan masakan-masakan yang nikmat, mengantar kami
kesana-sini, menemani aktivitas, membagi cerita dan pengalaman hidup, mengajak
kami menyelami kehidupan mereka, dan memperlakukan kami sebagai saudara dekat.
Aku sendiri heran dan takjub, bagaimana
mungkin mereka percaya pada orang yang baru dikenal sepintas di media sosial, mengizinkan tinggal dirumahnya
dan memperlakukan dengan sangat baik.
Salah seorang sahabat berkata,” Ya aku percaya saja. Sesama muslim,
sebangsa dan setanah air kan ibarat saudara. Senang bisa dikunjungi saudara.
Kehadiran saudara di negri yang jauh dari tanah air
ini bagiku sangat istimewa. Ini kesempatan
langka.”
“Dan satu hal lagi. Sebelumnya aku
baca profil facebook-mu. Kau senang menulis hal-hal yang baik. Jadi aku yakin kita satu aliran. Aliran
positif. Hehehe..” Tawa hangatnya langsung kusambut penuh haru.
Satu pelajaran yang bisa dipetik, ternyata
apa yang ditulis, disebar dan diposting di media sosial merupakan “branding”
bagi kepribadian kita. Seandainya yang aku tulis di media sosial berupa
cercaan, hinaan, fitnah, sumpah serapah, keluh kesah dan segala yang negatif,
belum tentu aku bisa mereguk indahnya persahabatan dengan saudara-saudara di
belahan lain bumi Allah ini.
Aku baru tahu kalau naik taksi limo
dari Rochester ke Geneva-New York State yang berjarak 1 jam perjalanan itu
biayanya 200 USD. Tak ada pilihan lain, tak ada bus atau kendaraan umum yang
bisa digunakan untuk mencapai tempat tujuan kami di Geneva. Artinya,untuk
pulang kembali ke bandara Rochester pun dibutuhkan biaya 200 USD lagi. Untung
saja kami tak perlu membayarnya. Duuh... 400 USD hanya untuk 2 jam
wara-wiri itu sangat lumayan kan?
Berkat kebaikan dan kemurahan hati sahabat-sahabat
baru, banyak sekali biaya yang bisa dihemat saat travelling. Yang jelas biaya
akomodasi, makan dan transportasi yang kami keluarkan hampir-hampir nol. Aku
dan sahabatku hanya satu kali naik taksi dari hotel ke bandara di Los Angeles untuk melanjutkan penerbangan
ke Detroit. Selebihnya, gratis. Ya Allah,
Alhamdulillah...
5. Memperluas Networking
Dari teman pengajian dan dunia kepenulisan aku bisa mengenal teman-teman lain dengan berbagai latar
belakang dan dunia mereka yang sangat menarik . Ada designer busana muslim, pengusaha batik,
pengrajin tas, pemilik penerbitan, psikolog, make-up artis, fashion stylist, photographer,
pegawai kedutaan, aktivis kegiatan
sosial, dan lain-lain.
Senangnya bergaul dengan
manusia-manusia yang kreatif dan dinamis. Aku bisa memperoleh pengetahuan baru
dari berbagai bidang yang mereka geluti.
Selain itu manfaat networking sangat
dahsyat. Bila ingin mengadakan event atau kegiatan positif, yang bisa dilakukan
adalah berkolaborasi dengan teman-teman yang hebat itu sehingga menghasilkan karya
dan kerja sama yang apik.
6. Memperoleh manfaat doa yang tulus
Teman-teman, sahabat dan saudara
adalah mereka yang merasa senang bila melihat saudaranya senang, dan merasa
sedih dan tersentuh melihat saudaranya dalam kesulitan.
Saat suamiku sakit beberapa waktu
yang lalu, aku sempat tak memberi tahu siapa pun karena tak ingin menyusahkan.
Tapi ternyata tindakan itu salah.
Ketika salah seorang sahabat
mengetahui kondisi suamiku, dia langsung mengingatkan.
“Kau tak boleh diam saja. Jalin
silaturrahmi. Kabari tetangga, kenalan, kerabat, teman dan sahabat tentang sakit atau musibah. Kenapa? Karena
makin banyak yang mendoakan akan makin baik bagimu. Kita tak pernah tahu, doa
siapa yang diijabahNya dengan cepat. Mungkin saja doa tulus yang datang dari
salah seorang kerabat atau teman membuat Allah membukakan pintu
kesembuhan dan jalan keluar dari permasalahanmu. Kalau kau tak mengabari, kau
menghilangkan kesempatan memperoleh doa makbul dari orang-orang yang tulus.
“
“Satu hal lagi. Kalau kau tak
mengabari kondisi suamimu, kau sama saja menutup satu pintu kebaikan buat semua
kerabatmu. Kalau mereka tahu suamimu sakit, mereka pasti datang menjenguk. Kau
tahu kan apa manfaatnya menjenguk orang yang sakit? Ingat hadits yang diriwayatkan
dari Ali r.a., ia berkata:
Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda:
"Tiada seorang muslim yang
menjenguk orang muslim lainnya pada pagi hari kecuali ia didoakan oleh tujuh
puluh ribu malaikat hingga sore hari; dan jika ia menjenguknya pada sore hari
maka ia didoakan oleh tujuh puluh ribu malaikat hingga pagi hari, dan baginya
kurma yang dipetik di taman surga." (HR Tirmidzi, dan beliau berkata,
"Hadits hasan.")
“Nah, kalau kau tak memberi tahu
siapa pun, sama saja kau menghilangkan kesempatan bagi teman, saudara dan
kerabat untuk memperoleh kebaikan didoakan tujuh puluh ribu malaikat. Jadi bagaimana
menurutmu?” Ucap sahabatku sengit.
Aku cuma tersenyum kecut dengan
mata berkaca-kaca.
Alhamdulillah suamiku sekarang berangsur sehat kembali, dan aku yakin
semua itu karena doa tulus orang-orang terkasih, sahabat, saudara dan kerabat. Sungguh
besar nikmat silaturahmi.
7. Menambah teman dan sahabat sejiwa
Silaturahmi mendatangkan teman-teman
baru. Melalui seleksi alam, ada orang-orang baru yang hanya akan lewat sepintas
saja dalam hidup, ada yang hanya sebagai kenalan, banyak yang menjadi teman, sebagian besar lainnya menjadi sahabat bahkan saudara dan tetap ada sedikit yang menjadi “the haters”. Selalu ada yang positif dan negatif.
Ada orang-orang yang mampu
menumbuhkan kedekatan di hati, yang menimbulkan rasa kasih sayang sebagai
saudara dan meninggalkan rasa rindu bila lama tak berjumpa. Sebagian lainnya
adalah orang-orang yang menjadi inspirasi. Meskipun ada juga beberapa yang
membawa lebih banyak kemudaratan dari manfaat, tapi melaui seleksi alam jugalah
akhirnya aku memilih berkumpul, bersilaturahmi dengan
teman-teman yang positif, kreatif, dinamis dan berjiwa sosial. Melihat sikap
mereka yang penuh keteladanan sungguh membuat aku dilingkupi aura positif untuk
melakukan kebaikan dan terus berkarya.
Aku terkesan oleh sebuah qoute dari
Cecil Thounaojam,
Menurut Abu Laith Samarqandi ada 10 manfaat silaturahmi, yaitu :
Terkesan dgn tulisan mbk juli... menjalin silaturahmi memang menuai byk manfaat. Thanks sharenya yg bermanfaat ini.
BalasHapusBanyak juga ya manfaat silaturahmi ini salah satunya menurut saya yaitu menambah banyak teman :) hhe
BalasHapus