Laman

Sabtu, 27 Desember 2014

Memaknai Reuni Keluarga


Libur telah tiba.  Bagaimanapun liburan adalah momen menyenangkan baik bagi anak-anak maupun orang tuanya. Meski anak-anakku menyimpan sedikit kekecewaan akibat rencana liburan ke negri orang yang terpaksa ditunda karena suatu hal, tapi kedatangan sepupu-sepupu dan kakeknya dari Palembang untuk liburan di Bogor bisa mengobati perasaan mereka.

Ayah mertua datang bersama 3 keponakanku, Rifqi, Nathan dan Ilham.  Anak-anakku Anin, Rafif dan Dea menyambut mereka dengan gembira. Rumah mendadak lebih ramai diwarnai celoteh, tawa, teriakan dan derai canda anak-anak.

Aku masak lebih banyak dari biasanya. Anak-anak masih dalam masa pertumbuhan, sehingga butuh asupan makanan yang lebih. Bukan cuma makanan pokok tapi juga cemilan.

Hampir setiap hari mereka berenang di club house yang jaraknya hanya beberapa langkah saja dari rumah.


Rifqi, keponakanku yang paling besar kini sudah duduk di bangku SMA kelas 3. Dia sudah bisa diandalkan untuk menjaga sepupu-sepupunya bila mereka berenang kala aku tak bisa  ikut mengawasi di kolam renang.

Rifqi,  Ilham dan Nathan juga sesekali bermain layangan. Mau tahu siapa yang memimpin rombongan itu? Tak lain  anak gadisku yang tomboi, Dea. Anak perempuan  kelas 7 SMP itu tak sungkan memerintah sepupunya untuk mengulur benang panjang-panjang sementara dia berusaha menerbangkan layang-layangnya.

Anak-anak memilih tidur beramai-ramai  dalam satu kamar. Kasur-kasur digelar di lantai. Rafif, Ilham dan Nathan tidur dengan berpelukan. Tak jarang mereka ngobrol dan bercanda hingga larut malam.

Di akhir minggu aku membawa mereka nonton di mall. Lalu makan masakan Jepang kesenangan anak-anakku dan tampaknya kesukaan itu menular pada sepupu-sepupunya. Senang melihat mereka semua makan dengan lahapnya, termasuk Ilham, keponakanku yang paling kurus dan susah makan.


Biasanya Ilham  susah disuruh makan. Dia hanya menyantap makanan yang sangat sedikit. Tak jarang semua makanan yang kutawarkan dibalas dengan gelengan kepala. Bahkan ketika aku tanya makanan apa yang dia mau, dia pun  tak tahu. Tapi ketika menyantap sushi dan sashimi, dia lahap dan antusias. Baru sekali itu aku melihatnya makan dengan penuh gairah.

Lalu, dua keponakanku Rani dan Opan, anak  adik suamiku yang bungsu ikut bergabung. Demikian juga dengan ibunya. Lalu kakak iparku pun ikut bergabung. Seru sekali suasana rumah di liburan kali ini.

Hari itu aku  dan iparku mendampingi anak-anak berenang di club house. Tak lama mertua dan suamiku hadir juga. Club house pun menjadi ajang  tempat berkumpul keluarga. Betapa senang rasanya menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta.


Di penghujung liburan, anak-anak kubawa ke The Jungle Waterpark. Wahana bermain air ini jaraknya hanya beberapa ratus meter saja dari rumahku.


Wajah ceria anak-anak terlihat  makin sumringah kala menikmati wahana “wave” di The Jungle Waterpark. Di kolam itu, setiap satu jam, akan dinyalakan sebuah alat yang bisa membuat air kolam bergelombang laksana ombak di laut yang menghempas pantai. Aku yang  duduk memperhatikan gerak-gerik anak-anak  ikut terlarut dalam kegembiraan.


Rafif  biasanya takut air, tapi kini lebih berani karena kedekatannya dengan Rifqi. Sejak beberapa hari terakhir saat mereka berenang di club house, dengan sabar Rifqi menggendong Rafif dipundaknya sehingga anak bungsuku itu  berani terjun ke air.

Di kolam “wave” itu, keberanian Rafif makin bertambah. Berdua dengan Rifqi, dia dengan riang menantang ombak. Mereka berdua terangguk-angguk  diterjang gelombang di atas ban besar berwarna kuning. Terlihat wajah Rafif begitu ceria.



Nathan dan Opan pun demikian. Meskipun sering terjatuh ke air, Nathan terus berusaha naik kembali ke atas ban. Opan berusaha membantu Nathan dengan menarik tubuh sepupunya.  Meskipun akibatnya mereka berdua  malah terjungkal, tapi wajah  anak-anak itu  berhias tawa.

Dea, Rani dan Ilham menikmati deraan ombak tanpa ban. Mereka bertiga selalu berusaha berdekatan untuk saling membantu.











Terlihat anak-anaku sangat dekat dengan sepupu-sepupunya. Tampaknya telah tumbuh ikatan batin yang kuat diantara mereka, seperti juga ikatan batin yang saling mengikat para orang tuanya.

Kesempatan berkumpul seperti ini termasuk langka. Rani dan Opan tak bisa setiap tahun bertemu dengan keluarga besar dan sepupu-sepupunya. Ayahnya yang bertugas sebagai hakim seringkali berpindah tugas ke tempat yang jauh. Saat ini ayah mereka bertugas di Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Sumbawa. Sangat beruntung di penghujung tahun ini mereka bisa berkumpul dengan saudara-saudara.


Pagi itu semua bersiap-siap pulang. Mertua, kakak ipar, Rifqi, Nathan, Ilham dan Dea akan berangkat ke Palembang. Sementara adik iparku bersama anak-anaknya, Rani dan Opan akan kembali ke Jakarta untuk bersiap pulang ke Sumbawa.

Canda tawa di meja makan saat sarapan pagi itu digetarkan oleh sebuah pertanyaan.

“Kapan kita bisa berkumpul lagi?” Suara sendu yang  keluar dari mulut Rani itu membuat sifat cengengku kumat. Keponakanku yang satu ini hatinya sangat lembut, mudah tersentuh. Dan dia sangat penyayang. Kalau saja aku tak cepat-cepat berusaha menetralisir perasaan, tentu air mataku sudah berlinang-linang.

Aku melihat kilat bahagia di mata ayah mertuaku. Aku tahu dia senang melihat cucu-cucunya rukun. Tentu dalam hatinya tumbuh  sebuah harapan bahwa di masa depan cucu-cucunya akan tetap saling sayang, saling mendukung, saling membantu dan menguatkan dalam menjalani kehidupan.

Bagaimanapun  juga benih ikatan batin itu telah ditanamkan pada 4 bersaudara, orangtua dari anak-anak ini.  Benih itu dipupuk oleh ayah dan ibu mertuaku sejak awal,  hingga sekarang telah berkembang mengikat keturunan mereka.

Saat berkumpul bersama keluarga merupakan masa merekam kebersamaan yang indah dalam sel-sel memori otak. Kelak memori itu menjalin kedekatan sebagai saudara sedarah yang terikat pertalian batin. Sungguh indah kasih sayang yang menyatukan. Meskipun jarak terbentang memisahkan secara fisik tapi kedekatan hati tetap terbangun.




Ada satu hal yang kuyakini dalam hati. Kerukunan antar saudara itu berkah yang tak ternilai harganya. Alhamdulillah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar