Matahari
di Seoul menampakkan sinar keemasan, mengintip dari balik awan putih laksana bulu domba yang menghias langit biru
cerah. Aku memandang langit dari bawah pohon chestnut berdaun kuning kecoklatan.
Daun-daun di pohon itu sudah agak jarang karena sebagian besar telah gugur ke
tanah. Pemandangan cantik dahan-dahan
yang hampir gundul berbentuk artistik
dengan latar langit biru cerah berhias awan putih dan sinar keemasan itu
menghangatkan hatiku.
Ketika angin dingin musim gugur menerpa wajah, kupejamkan mata meresapi sensasinya. Saat kubuka mataku, beberapa helai daun chesnut kuning kecokelatan bergerak turun perlahan menari-nari gemulai terhisap gravitasi bumi, hingga jatuh ke tanah, bergabung dengan daun-daun kering lainnya. Kakiku menjejak trotoar berlapis guguran dedaunan laksana karpet cantik kuning kecokelatan. Romantisme musim gugur yang ditimbulkan luruhnya daun itu sungguh menggetarkan. Suasana seperti ini sangat mendukung untuk merasa jatuh cinta lagi. Kalau saja di sana tak banyak orang, rasanya ingin memeluk suamiku dan berterimakasih padanya karena telah membawaku ke tempat indah ini.
Ketika angin dingin musim gugur menerpa wajah, kupejamkan mata meresapi sensasinya. Saat kubuka mataku, beberapa helai daun chesnut kuning kecokelatan bergerak turun perlahan menari-nari gemulai terhisap gravitasi bumi, hingga jatuh ke tanah, bergabung dengan daun-daun kering lainnya. Kakiku menjejak trotoar berlapis guguran dedaunan laksana karpet cantik kuning kecokelatan. Romantisme musim gugur yang ditimbulkan luruhnya daun itu sungguh menggetarkan. Suasana seperti ini sangat mendukung untuk merasa jatuh cinta lagi. Kalau saja di sana tak banyak orang, rasanya ingin memeluk suamiku dan berterimakasih padanya karena telah membawaku ke tempat indah ini.
Aku
membalikkan badan, dan mendapati suamiku tengah memandangiku. Akang, begitulah
aku memanggilnya.
“Ngapain sih, bengong begitu? Cepat, yuk! Kita
sudah ketinggalan, nih!” Serunya. Kami
berada di jalan kecil dekat Sejong Performing Arts Center sebelum Gyeongbokgung,
menuju ke sebuah restaurant.
Siang
ini, tour leader kami, Mr. Danny, berjanji mengajak makan siang bersama dengan menu istimewa, sup
ayam ginseng atau samgyetang . Sebenarnya sup ini biasa dimakan orang
Korea pada tiga hari istimewa, yaitu
tiga hari terpanas di musim panas : chobok
yang jatuh pada 13 Juli, jungbok
-23 Juli, dan malbok -12 Agustus.
Meskipun saat ini musim gugur, tapi rasa ingin tahuku tentang cita rasa samgyetang membuatku sedikit memaksa Mr. Danny untuk memilih menu ini di acara makan siang kali ini.
Meskipun saat ini musim gugur, tapi rasa ingin tahuku tentang cita rasa samgyetang membuatku sedikit memaksa Mr. Danny untuk memilih menu ini di acara makan siang kali ini.
Kami
berjalan bergandengan tangan menyusuri “karpet” kuning kecoklatan. Ketika angin
bertiup menghantarkan hawa dingin menusuk, kugamit lengan hangat Akang lebih
erat.
Beberapa anak muda berjalan melewati kami sambil mengobrol dalam bahasa Korea yang tak kumengerti. Sekelompok orang bertampang Melayu tengah berdiri di pinggir jalan, tampaknya mereka menunggu bus datang menjemput. Pasangan muda berwajah oriental mendorong kereta bayi berjalan santai sambil berbincang-bincang. Saat melewati kami, aku menyempatkan melongok ke kereta bayi mereka. Wajah bayi lucu berbingkai topi merah dengan pipi chubby sangat menggemaskan. Tubuhnya dibalut selimut tebal yang melindungi dari hawa dingin. Aku tersenyum pada sang ibu, dan dia membalas senyumku. Hari yang indah...
Beberapa anak muda berjalan melewati kami sambil mengobrol dalam bahasa Korea yang tak kumengerti. Sekelompok orang bertampang Melayu tengah berdiri di pinggir jalan, tampaknya mereka menunggu bus datang menjemput. Pasangan muda berwajah oriental mendorong kereta bayi berjalan santai sambil berbincang-bincang. Saat melewati kami, aku menyempatkan melongok ke kereta bayi mereka. Wajah bayi lucu berbingkai topi merah dengan pipi chubby sangat menggemaskan. Tubuhnya dibalut selimut tebal yang melindungi dari hawa dingin. Aku tersenyum pada sang ibu, dan dia membalas senyumku. Hari yang indah...
Kami
masuk ke sebuah restaurant dengan
jendela-jendela kaca lebar terpasang di
sepanjang dindingnya . Menurut Mr. Danny, aksara Korea yang terpampang di depan
restaurant ini berbunyi “ Goryeo”.
Kami duduk mengelilingi sebuah meja kayu cokelat muda, dengan kursi-kursi berwarna gelap bergaya minimalis dan alas duduk berwarna putih. Tak lama kemudian beberapa pelayan meletakkan macam-macam kimchi di meja kami. Sepertinya, selama kami berada di Korea Selatan, tak ada sehari pun terlewat tanpa kehadiran kimchi dalam menu makan kami.
Kami duduk mengelilingi sebuah meja kayu cokelat muda, dengan kursi-kursi berwarna gelap bergaya minimalis dan alas duduk berwarna putih. Tak lama kemudian beberapa pelayan meletakkan macam-macam kimchi di meja kami. Sepertinya, selama kami berada di Korea Selatan, tak ada sehari pun terlewat tanpa kehadiran kimchi dalam menu makan kami.
Beberapa
menit kemudian, pelayan mendorong troley
berisi hidangan andalan rumah makan ini.
Sebuah mangkuk putih besar diletakkan di depanku. Mangkuk besar itu
berisi satu ayam muda utuh, dengan kuah bening panas bertabur daun bawang, mengepulkan asap
beraroma ginseng.
Samgyetang, Sup Ayam Ginseng yang sehat dan kaya manfaat |
Aku
tertegun memandang hidangan di hadapanku.
Porsinya besar sekali! Semangkuk besar ini haruskah kuhabiskan sendiri? Belum
apa-apa rasanya sudah tak sanggup!
Dengan sendok, ku ambil sedikit daging ayam beserta kuahnya. Ternyata dagingnya sangat lembut , tidak berlemak dan tidak berotot. Rasanya minimalis. Hambar, seperti sup kurang bumbu. Tidak terasa asin dan gurih.
Dengan sendok, ku belah perut ayam muda itu. Di dalamnya ternyata ada nasi putih yang lembut seperti bubur tetapi bulir-bulirnya yang panjang masih utuh. Lalu ada buah berwarna merah kecoklatan sebesar sebuku jari kelingking. Karena rasa ingin tahu, aku mencicipinya. Rasanya manis seperti kurma. Aku bertanya pada Mr. Danny, buah itu ternyata memang kurma Korea yang disebut bekchu. Agak terbeda dengan kurma yang biasa kunikmati saat bulan Ramadhan di tanah air, ataupun Kurma yang kunikmati di Mekkah dan Madinah, bekchu ini ukurannya lebih kecil, rasa manisnya juga tidak begitu kuat.
Dengan sendok, ku ambil sedikit daging ayam beserta kuahnya. Ternyata dagingnya sangat lembut , tidak berlemak dan tidak berotot. Rasanya minimalis. Hambar, seperti sup kurang bumbu. Tidak terasa asin dan gurih.
Dengan sendok, ku belah perut ayam muda itu. Di dalamnya ternyata ada nasi putih yang lembut seperti bubur tetapi bulir-bulirnya yang panjang masih utuh. Lalu ada buah berwarna merah kecoklatan sebesar sebuku jari kelingking. Karena rasa ingin tahu, aku mencicipinya. Rasanya manis seperti kurma. Aku bertanya pada Mr. Danny, buah itu ternyata memang kurma Korea yang disebut bekchu. Agak terbeda dengan kurma yang biasa kunikmati saat bulan Ramadhan di tanah air, ataupun Kurma yang kunikmati di Mekkah dan Madinah, bekchu ini ukurannya lebih kecil, rasa manisnya juga tidak begitu kuat.
Di
dalam perut ayam itu juga terdapat akar ginseng, yang rasanya agak wangur
sedikit pahit. Selain itu ada juga bawang putih, gamcho (akar manis), hwanggi (akar kuning) dan
buah ginkgo.
“Ayo
makan, Neng. Jangan pikirkan rasanya.
Pikirkan saja manfaatnya.” Bisik Akang ketika melihat aku menyantap samgyetang tanpa selera.
“
Memangnya manfaat sup ini apa?” Tanyaku.
“Yaaah...
masak nggak tahu. Judulnya saja sup ayam ginseng. Ya jelas mengandung khasiat ginseng, dong. Belum lagi
ditambah bumbu-bumbu lain yang juga banyak manfaatnya buat kesehatan.”
“Ah,
sok tau. Coba jelaskan kalau Akang
memang benar tahu apa manfaat sup ini. Hayoo...” Tantangku.
“Eiits...
Nggak ada yang gratis ya. Janji dulu,
nanti malam pijitin Akang sampai tertidur, baru nanti dijelaskan apa manfaat
sup ini. “ Senyum lebar Akang tiba-tiba tampak menyebalkan.
“Oh,
begitu ya. Sama istri sendiri saja nggak mau kasih info gratis. Awas ya!” Ujarku sengit.
“
Ya, iyalah. Neng itu maunya yang gratis melulu sih! Semua hal itu harus ada
usaha dulu dong. Ayo sekarang makan sup-nya. Habiskan! Neng nanti perlu tenaga
yang kuat untuk pijitin Akang.“ Tegasnya sambil memandang mangkuk sup
dihadapanku. Senyum kemenangan terlukis di wajahnya ketika melihatku dengan
berat hati kembali menyuap potongan daging ayam lembut dengan kuah sup hambar
dan sedikit pahit itu.
Ternyata
bukan aku saja yang tidak antusias makan sup ayam ginseng . Mbak Fahira, Mbak
Alma, Mbak Merry, Mbak Rani dan beberapa peserta tour yang duduk satu meja denganku pun tak mampu menghabiskan porsi
makan siang kali ini.
Dari ekspresi wajah mereka yang agak tertekuk-tekuk, bibir manyun, dan dahi berkerut sudah tergambar jelas bahwa rasa samgyetang tidak cocok dengan selera makan mereka.
Satu-satunya yang mampu menghabiskan menu makan siang kali ini tak lain adalah Akang. Mbak Merry dan kawan-kawan sampai bertepuk tangan melihat mangkuk di hadapan Akang hanya tersisa tulang-tulang ayam dan sedikit kuah sup.
Dari ekspresi wajah mereka yang agak tertekuk-tekuk, bibir manyun, dan dahi berkerut sudah tergambar jelas bahwa rasa samgyetang tidak cocok dengan selera makan mereka.
Satu-satunya yang mampu menghabiskan menu makan siang kali ini tak lain adalah Akang. Mbak Merry dan kawan-kawan sampai bertepuk tangan melihat mangkuk di hadapan Akang hanya tersisa tulang-tulang ayam dan sedikit kuah sup.
“ Wah... hebat! Mas Sutedja
bisa habis makannya. Suka rasa ginseng
ya, Mas?” Tanya Mbak Merry.
“Hehehe...
Bukan suka rasa ginseng-nya, tapi suka manfaatnya buat kesehatan.” Sergah Akang
sambil cengengesan.
Aku gemas sekali melihat lagaknya, ingin rasanya mencubit
pinggangnya. Sok banget sih!
Malam
ini sepertinya aku harus menerima nasib,
berubah jadi tukang pijat demi informasi manfaat sup ayam ginseng bagi
kesehatan.
Malam
telah merambat datang. Di kamar hotel, dengan mata setengah terpejam menikmati
pijatanku, Akang mulai menjelaskan manfaat samgyetang.
“
Neng, dengar ya.. Sup ayam ginseng itu mengandung manfaat dari ginseng. Sudah
banyak penelitian yang membuktikan bahwa ginseng berkhasiat sebagai anti
oksidan yang menangkal radikal bebas, anti kanker,anti tumor, anti mutasi gen
dan menjaga sistem imun tubuh. Ginseng juga berperan menghambat penuaan dini
atau anti aging. Yang membuat sup ayam ginseng itu sangat cocok dikonsumsi di
musim panas di saat tubuh banyak berkeringat adalah manfaatnya yang mampu
mengurangi kelelahan dan meningkatkan stamina tubuh. Selain itu ginseng juga mampu menurunkan
stress, dan mengandung manfaat yang baik bagi penderita diabetes.”
Beberapa
menit berlalu tanpa suara, tampaknya Akang tertidur. Kucubit pinggangnya dengan
gemas.
“ Aww! Apa-apaan sih! Disuruh pijat malah
mencubit.” Protesnya. Aku tertawa geli.
“Lanjutkan penjelasannya dong, dilarang tidur sebelum selesai.” Tukasku.
“
Itu tadi baru dari ginsengnya ya, nah bumbu-bumbu lain yang dimasukkan ke dalam
samgyetang itu juga semuanya bermanfaat. Misalnya saja bekchu atau kurma Korea
yang mengandung asam lemak, vitamin B1, B2, C, Kalium, Mangan, Kalsium dan
Fosfor. Kurma bagus untuk mencegah penuaan dini, mencegah hipertensi, keringat
berlebihan dan sesak napas. Akar manis atau gamcho gunanya untuk meredakan
batuk dan mengatasi penyakit maag. Buah gingkgo manfaatnya untuk mengatasia ashtma, batuk, demam, demensia,
menyehatkan otak dan organ seks. Lalu
ada juga akar kuning atau hwanggi yang manfaatnya sebagai anti malaria, anti
kanker, mengobati cacar, hepatitits dan meningkatkan stamina tubuh. Ayo
pijatnya yang enak dong! Di dekat tulang belikat Akang itu coba dipijat,
rasanya pegal.” Ujarnya.
“Ih bawel ya! Cepat jelaskan lagi manfaat samgyetang.”Ujung jariku menekan
belikatnya dengan kekuatan penuh.
“Aduh! Pelan-pelan dong...” Mata Akang kembali setengah terpejam.
“ Manfaat samgyetang itu jadi makin hebat karena daging ayam muda adalah sumber protein rendah lemak yang mengandung vitamin B dan Niacin yang berperan mencegah kanker. Ayam juga sebagai sumber Fosfor untuk menjaga kesehatan gigi dan tulang , selain itu bermanfaat juga untuk kesehatan ginjal, hati dan sistem syaraf pusat. Selain bahan-bahan yang disebutkan tadi, ada juga nasi yang dimasukkan ke dalam ayam. Kalau nasi kan sudah jelas manfaatnya, sebagai sumber karbohidrat kompleks yang digunakan tubuh untuk energi. Bumbu yang lain misalnya daun bawang juga mengandung manfaat yang baik, yaitu menurunkan kolesterol, sebagai anti virus dan anti alergi. Yang terakhir itu bawang putih. Manfaatnya juga sangat bagus yaitu sebagai anti bakteri, anti virus dan anti jamur. Bawang putih juga bisa menurunkan kolesterol dan tekanan darah, mencegah kanker perut dan kanker usus besar, mengobati sariawan dan gangguan pencernaan. Jadi manfaat samgyetang itu adalah gabungan dari manfaat bahan baku dan bumbu-bumbunya. Banyak sekali manfaatnya, kan? Makanya, rugi kalau sup tadi tidak dihabiskan.“
“ Manfaat samgyetang itu jadi makin hebat karena daging ayam muda adalah sumber protein rendah lemak yang mengandung vitamin B dan Niacin yang berperan mencegah kanker. Ayam juga sebagai sumber Fosfor untuk menjaga kesehatan gigi dan tulang , selain itu bermanfaat juga untuk kesehatan ginjal, hati dan sistem syaraf pusat. Selain bahan-bahan yang disebutkan tadi, ada juga nasi yang dimasukkan ke dalam ayam. Kalau nasi kan sudah jelas manfaatnya, sebagai sumber karbohidrat kompleks yang digunakan tubuh untuk energi. Bumbu yang lain misalnya daun bawang juga mengandung manfaat yang baik, yaitu menurunkan kolesterol, sebagai anti virus dan anti alergi. Yang terakhir itu bawang putih. Manfaatnya juga sangat bagus yaitu sebagai anti bakteri, anti virus dan anti jamur. Bawang putih juga bisa menurunkan kolesterol dan tekanan darah, mencegah kanker perut dan kanker usus besar, mengobati sariawan dan gangguan pencernaan. Jadi manfaat samgyetang itu adalah gabungan dari manfaat bahan baku dan bumbu-bumbunya. Banyak sekali manfaatnya, kan? Makanya, rugi kalau sup tadi tidak dihabiskan.“
“
Sudah? “ Tanyaku.
“
Penjelasannya sudah selesai, tapi sesuai perjanjian, pijatnya baru selesai
kalau Akang sudah tertidur ya.” Matanya terpejam.
Tiba-tiba aku merasa aneh.
Kok dia bisa tahu sedetail itu tentang manfaat samgyetang.
“Akang
tahu dari mana informasi tentang manfaat samgyetang? Tadi tanya sama Mr. Danny
ya? “ Tanyaku penasaran.
“Ya,
nggaklah.Tadi waktu kita tiba di hotel, Neng kan langsung ke kamar. Akang duduk
dulu di lobby, browsing internet. Hehehehe....”
“Lho,
tadi katanya Akang kebelet mau ke toilet yang di lobby hotel, jadi Neng disuruh
langsung ke kamar. Ternyata tadi itu hanya pura-pura ya? Lalu waktu kita makan siang tadi, Akang sebenarnya sama
sekali belum tahu manfaat samgyetang? Iiih... Akang curang! Sebal banget deh! “
“Bukan curang, Neng. Itu namanya siasat laki-laki cerdas. Modal browsing
sebentar, bisa dipijat sampe ngorok. Makanya Neng jatuh cinta sama Akang karena
Akang cerdas kan? .. Hahaha..”
Cengiran lebar di wajahnya berubah menjadi tawa berderai. Senang bukan kepalang dia telah berhasil mengakali aku. Aku tak mampu lagi menahan diri. Kuserang dia dengan cubitan-cubitan kecil bertubi-tubi di perut, pinggang, lengan dan pahanya. Akang berteriak-teriak kegelian hingga terjungkal jatuh ke lantai.
Cengiran lebar di wajahnya berubah menjadi tawa berderai. Senang bukan kepalang dia telah berhasil mengakali aku. Aku tak mampu lagi menahan diri. Kuserang dia dengan cubitan-cubitan kecil bertubi-tubi di perut, pinggang, lengan dan pahanya. Akang berteriak-teriak kegelian hingga terjungkal jatuh ke lantai.
“
Ampuuun, ampun Neng...! Hahahahaha.....”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar