Merasa bosan dengan kehidupan berumah
tangga? Wajar saja. Hal ini bisa terjadi bila selalu menjalani aktivitas rutin
berulang selama bertahun-tahun tanpa banyak variasi. Tapi rasa bosan itu tidak
boleh dibiarkan, harus ada usaha yang sungguh-sungguh untuk membuat kehidupan
rumah tangga lebih menggairahkan.
Salah satu cara yang jitu adalah
jatuh cinta lagi. Kenapa? Semua yang pernah merasakan jatuh cinta tentu tak
menyangkal bahwa perasaan jatuh cinta itu menyenangkan dan menggairahkan. Hati berdebar-debar menjelang waktu bertemu
si dia. Diam-diam mengawasi gerak-geriknya untuk mengetahui lebih banyak hal
tentang dia. Gelisah menunggu telepon atau pesan dari dia. Berdandan
secantik-cantik atau seganteng-gantengnya untuk membuat dia terkesan. Membeli
atau masak sendiri makanan istimewa untuknya dengan bumbu cinta. Menulis pesan romantis untuk mengungkapkan
cinta pada dia. Merencanakan saat-saat romatis berdua. Rela menemani aktivitas
si dia demi kebersamaan. Betapa menyenangkan!
Tentu
jatuh cinta lagi boleh dilakukan oleh orang yang sudah menikah selama
sang object jatuh cinta adalah pasangan
syah-nya, istri atau suami sendiri, bukan orang lain. Di sinilah point
pentingnya. Orang yang paling berhak menikmati cinta adalah pasangan syah yang
diridhoi Tuhan.
Lalu bagaimana cara membangkitkan
rasa jatuh cinta lagi?
Sebut saja Deti. Di tahun kedua
pernikahannya dengan Putra, mereka sudah
dikaruniai seorang anak. Aktivitas sehari-hari berjalan rutin dan seluruh
perhatian seolah tercurah pada si kecil saja. Tak ada lagi waktu Deti berduaan
dengan Putra. Masalah komunikasi pun tersendat. Putra yang dulunya sangat romantis, perhatian dan mesra sekarang
cuek. Bila Deti mengajak berbincang masalah pernak-pernik rumah tangga, Putra
tak terlalu menanggapi, karena menurutnya itu bukan masalah besar. Akibatnya
hubungan mereka menjadi hambar. Deti merasa tak nyaman dengan perubahan sikap
suaminya. Tak ada lagi kata-kata mesra “ I love you” yang dulu sering sekali
diucapkan Putra.
Sebenarnya apa yang terjadi? Betulkan
cinta Putra pada Deti pudar?
Putra sesungguhnya berada dalam zona nyaman. Dulu sebelum punya istri, dia
harus berusaha keras memikat hati Deti, gadis incarannya. Salah satunya dengan
memberi perhatian dan bersikap romantis supaya Deti terpikat dan mantap memilih
dia menjadi suami. Ketika sudah berumah tangga, Putra merasa tak perlu berupaya
lagi. Toh gadis idamannya sudah ada disisinya, sudah dalam genggamannya. Putra
tak lagi disibukkan dengan upaya mencari pendamping hidup,karena itu dia lebih
fokus pada hal-hal lain seperti pekerjaan dan hobinya.
Di sisi lain, Deti membutuhkan perhatian
yang konsisten. Dia rindu pada romantisme seperti yang pernah dirasakan saat jatuh cinta pada Putra.
Dia ingin dipuji, dimanja, sedikit dicemburui, dipandangi dengan mesra, dan
diperhatikan bahkan untuk hal-hal kecil.
Beberapa kali Deti mengeluh pada
Putra, mempertanyakan mengapa sikapnya berubah. Tapi Putra merasa tak ada yang
salah, dia merasa telah melakukan yang terbaik dengan menunjukkan tanggung jawabnya terhadap Deti
dan si kecil. Lagi-lagi komunikasi tersendat.
Deti mulai resah. Akan terus seperti
inikah rumah tangganya? Dia berharap rumah tangga yang langgeng hingga akhir masa. Tapi bila tanpa romantisme , Deti tak yakin mampu menjalaninya dengan bahagia.
Lalu sebuah ide muncul. Romantisme
yang diidam-idamkannya bisa tumbuh lagi dan terjaga selama dia memelihara rasa
jatuh cinta. Meminta dan menuntut suaminya bersikap romantis hanya
menghasilkan perdebatan demi perdebatan
yang melelahkan hati. Karena itu, Deti berinisiatif melakukan tindakan nyata.
Setiap suaminya pulang kerja dan akan
berangkat kerja, Deti menghujaninya dengan ciuman dan pelukan mesra seolah saat
itu adalah pertemuan terakhir. Dia tak
perduli dengan tatapan heran Putra. Setiap malam sebelum tidur, saat si kecil
sudah terlelap, Deti mengajak Putra berbincang ringan sambil mendekapnya.
Ketika adzan subuh berkumandang, Deti membangunkan Putra dengan bisikan sayang,
sambil membelai lembut suaminya.
Tidak hanya itu, saat berdua di rumah
seringkali Deti memeluk Putra. Ketika Putra sibuk dengan gadgetnya, Deti
membelai pundak suaminya dan menatap wajah Putra dengan tatapan sayang,
seolah-olah berkata, “ Hallo sayang, aku ada disini bersamamu, dan kau boleh sibuk dengan gadgetmu. “
Sesekali Deti menulis surat cinta
lalu diselipkannya di tas kerja Putra. Lalu saat Putra berada di kantor, Deti mengirimi
pesan sms atau BBM mesra memberi semangat Putra untuk bekerja dan berprestasi
di kantornya.
Bagaimana reaksi Putra? Mula-mula dia
merasa aneh dan risih dengan prilaku Deti. Tapi dengan berjalannya waktu, usaha
Deti terus menerus menggempurnya dengan
kemesraan membuat Putra merasa nyaman. Dia
mulai merindukan prilaku manis Deti bila sesekali Deti lupa melakukannya. Bila
kemesraan Deti surut, Putra merasa ada yang salah. Maka dia akan bertanya, lalu
komunikasi berjalan baik.
Sebenarnya apa yang dilakukan Deti
adalah sebuah bentuk bahasa cinta. Bahasa yang disampaikan dengan tindakan,
bukan dengan kata-kata. Semua tindakan itu sebenarnya berbunyi “ Sayang, aku
memperlakukanmu seperti ini karena aku ingin diperlakukan seperti ini. “
Di awal, ketika Deti mulai
menggaungkan bahasa cintanya, dia menahan perasaan kesal akibat reaksi Putra
yang merasa risih, atau aneh. Deti menahan ego-nya, menekan gengsi dan harga
dirinya di hadapan Putra demi memperoleh apa yang diinginkannya. Deti sadar,
bila menginginkan sesuatu maka dia harus berkorban. Tidak ada yang salah, toh
Putra adalah pasangan halal yang diberikan Tuhan padanya. Deti terus memberikan pelukan, belaian, ucapan
manis, tatapan mesra dan ungkapan cintanya pada Putra, sehingga dalam prosesnya dia memperoleh apa
yang diinginkannya.Putra pun membalas perlakuan manis Deti dengan hal yang
sama.
Usaha Deti menunjukkan cintanya tak
tanggung-tanggung. Dia rela mengikuti hobbi Putra demi terus menjalin kebersamaan di waktu senggang mereka.
Saat anak-anak Deti dan Putra makin bertambah, kemesraan mereka tetap terjaga.
Terus menerus menunjukkan kemesraan
dan perilaku manis membuat pasangan ini selalu merasa dalam kondisi jatuh cinta.
Hal itu terus berlangsung hingga sekarang usia pernikahan mereka sudah mencapai
belasan tahun. Deti dan Putra berharap mereka akan terus bersama menjalani
kehidupan rumah tangga yang menggairahkan. Semoga hal ini bisa menjadi
inspirasi bagi pasangan suami-istri lainnya.
Yuk membangun cinta #eh
BalasHapus@Nunu : hayuuk... Mari jatuh cinta lagi.
Hapuswow so sweet...
BalasHapus@Agustina Susanti : sweet just like candy..hehe
HapusUntuk memulai 'meromantiskan diri' dalam kondisi seperti cerita di atas benar2 harus mengesampingkan ego ya mak.... Demi jatuh cinta lagi ^^d
BalasHapusMari.... jatuh cinta lagi berkali-kali :D
Salam
@Haya Nufus : iya memang butuh perjuangan. Harus mwnekan gengsi dan harga diri. Kesannya seperti mengemis cinta. Tapi mengemis cinta pada jodoh kiriman Tuhan, apa salahnya? Hehe...mari jatuh cinta lagi!
Hapusmari menanam jatuh cinta,eh hehe
BalasHapus@HM Zwan:Menanam jatuh cinta menuai bahagia..uhuy..hehe
Hapuswaduuuh koq ya malah jadi sedih gini..
BalasHapus@ummi aleeya: lho..kenapa sedih Ummi?
HapusMalu kadang bingung untuk memulainy
BalasHapustak semudah yang dikatakan....apa yang disampaikan hanya bersifat sementara jg.karena semua tergantung dari sifat dan watak masing-2
BalasHapusSangat menginspirasi (y)
BalasHapusPerlu dicoba :D
Hajar ajaa hayuuuk
BalasHapusmauu
BalasHapus