Laman

Senin, 18 Agustus 2014

Reuni Bukan Sekedar Hura-Hura


Hari Minggu 17 Agustus 2014 telah kutunggu-tunggu kehadirannya sejak beberapa minggu yang lalu. Bukan karena aku akan  jadi petugas upacara pengibaran bendera, atau  panitia penyelenggara perlombaan memperingati hari merdeka. Bukan. Tapi di tanggal itu, sebuah kesepakatan telah dibuat. Kesepakatan antara teman-teman SMP-ku, bahwa kami akan berkumpul di BSD untuk sebuah reuni.

Pentingkah hadir dalam reuni? Apa sebenarnya manfaat hadir dalam  reuni?  Apakah hanya untuk pamer keberhasilan, atau mengintip kehidupan masa kini teman-teman lama? Tentu saja tidak. 


Sebagai emak-emak dasteran, tentu aku bukanlah orang yang bisa pamer-pamer. Lha, mau pamer apa? Pamerin daster? Ya nggak serulah!

 Kalau aku hadir  itu karena menurutku reuni mengandung banyak manfaat positif seperti yang disebutkan berikut ini:

  1. Reuni merupakan ajang silaturrahmi yang mempererat tali persaudaraan dan kedekatan emosional.
  2. Reuni menjadi ajang melepaskan kerinduan terhadap sahabat dan teman-teman lama.
  3. Reuni menjadi ajang  refleksi diri. Masing-masing pribadi yang hadir bisa menilai dirinya sendiri, dan  menjaga keterlibatannya dalam sebuah komunitas.
  4. Reuni  merupakan ajang untuk belajar dari   pengalaman hidup teman-teman  yang telah mencapai kesuksesan.
  5. Reuni merupakan ajang membagi ilmu pengetahuan, kiat-kiat dan  pengalaman hidup pada teman-teman.
  6. Reuni bisa menjadi awal terbentuknya wadah kegiatan sosial untuk membantu teman-teman yang dalam kesulitan, atau untuk memberikan dukungan pada sekolah atau lembaga tempat komunitas berasal.
Apakah semua teman senang bila di undang menghadiri reuni?  Rata-rata menyambut gembira meskipun akhirnya yang hadir terseleksi oleh jarak dan waktu. Yang tak bisa hadir adalah mereka  yang pada saat  bersamaan ada urusan penting, atau terhalang  jarak yang jauh.

Meski ada  teman yang  memutuskan silaturrahmi, tak menanggapi undangan dan ajakan berkumpul untuk alasan yang gagal kupahami, tapi ada pula teman yang sangat setia kawan. Mereka sengaja datang jauh-jauh  dari Palembang dan Bandar Lampung khusus untuk menghadiri reuni ini. Senangnya..

Aku dan teman-temanku dulu adalah siswa SMP Negeri 19 Palembang. Sebuah sekolah yang terletak di Jl. Srijaya Km 5,5 Palembang

Tahun 1985,itulah saat kami memulai perjalanan hidup  sebagai murid SMP, berada dalam satu sekolah yang sama, lingkungan yang sama dan setiap hari saling berinteraksi. Kebersamaan direntang waktu  1985 hing 1988  telah menumbuhkan ikatan persahabatan yang kuat.

Satu persatu teman-temanku datang  ke rumah Yenny, yang menjadi tuan rumah acara reuni. Teriakan senang mewarnai peluk dan cium penuh kerinduan. Bertemu lagi setelah lama tak jumpa membuat segala emosi dan kegembiraan kami membuncah. Segala kenangan manis, pahit, konyol, unik, sedih, bahkan kisah terpendam selama masa sekolah tumpah ruah diungkapkan kembali dalam senyum, canda dan tawa.



“Ingat tidak waktu kita jajan es hoya? Makan pempek kulit kuah model? Masih ada tidak ibu-ibu yang jualan es hoya itu ya? Duuh.. kangen pengen lagi.” Ungkapan penuh emosi dari seorang temanku seakan membawa kenangan pada rasa manis dan sedikit menggelitik dari segelas es hoya pelepas dahaga saat jam istirahat. Aku tak yakin saat ini es hoya masih diproduksi, karena sudah lama sekali  tak pernah lagi kujumpai minuman itu.

Bercerita dengan ekpresi dan logat bahasa Palembang, dengan kata-kata lugas apa adanya, sebagaimana yang dulu kami lakukan,  menggugah kerinduan  pada kota tercinta dan suasana sekolah. Lembar-lembar kenangan dengan guru-guru yang sebagiannya telah meninggal dunia membangkitkan perasaan haru.

Kami bersama-sama seperti melihat kembali kilas kehidupan di masa lalu yang  menjadi bagian penting pembentukan karakter, perjalanan hidup dan keberadaan kami sekarang.





“Kami dulu nakal bukan kepalang. Kena marah guru sudah biasa. Hobi kami  menghabiskan waktu bersenang-senang, nonton, malas belajar, di kelas suka mencontek, bohong pada orangtua demi bisa menghabiskan waktu berkumpul bersama teman-teman.” Ujar  salah satu temanku, yang disambut derai tawa dan anggukan setuju teman-teman lainnya.

“Tapi perjalanan hidup selanjutnya menempa kami. Pengalaman-pengalaman pahit karena keputusan  yang diambil sendiri menjelma menjadi cambuk. Cambuk yang mulanya terasa menyakiti, tapi pada akhirnya cambuk itu membuat kami kuat dan mampu berdiri menghadapi hidup. “

Kenakalan, kebodohan dan tindakan naif  yang pernah dilakukan di masa lalu kini menjadi pelajaran berharga, setidaknya sebagai bekal dalam mendidik anak-anak kami yang sekarang  sudah memasuki masa remajanya.

Kutatap teman-teman lamaku  dengan rasa sayang. Lihatlah mereka sekarang, sudah jauh berbeda dari pribadi-pribadi yang aku kenal dulu. Betapa banyak liku-liku hidup yang telah dilalui. Liku-liku yang menjadi bagian skenario Tuhan telah menuntun mereka menjadi manusia-manusia bijak. Alhamdulillah...


Metamorfosis. Mungkin itulah yang telah kami alami. Ibarat ulat buruk rupa yang berproses melewati cobaan hidup, lalu  menjelma menjadi makhluk cantik. Idealnya begitulah hidup ini, yang tadinya buruk, berubah menjadi baik. Yang tadinya kurang, berubah menjadi lebih. Yang tadinya lemah, berubah menjadi kuat.

Senangnya melihat teman-temanku telah mencapai kematangan dalam berfikir dan bertindak. Kata-kata penuh hikmah yang mereka ucapkan merupakan intisari  pengalaman hidup  mereka  sendiri.

Reuni bersama teman-teman lama, bagaikan sebuah relaksasi. Merasakan kembali  masa remaja, tertawa lepas tanpa beban, sungguh seperti menjalani terapi pelepasan stress, pelepasan energi-energi negatif dan tekanan-tekanan dalam kehidupan.

Mau merasakan bangkitnya energi baru? Cobalah berkumpul dan bersenda gurau dengan teman-teman lama dalam acara reuni!

19 komentar:

  1. Balasan
    1. @chandra Iman : iya . lokasi fotonya ada yg di The Breeze BSD.

      Hapus
  2. Wow seru dan rame mbak reuninya.

    BalasHapus
  3. duuh senangnya jika bisa reuni ya mak...apalagi jika bisa menjadi sinergi positif.

    BalasHapus
  4. Waaah seru banget ya reuninya. Cantik cantik semua...

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Nunung Yuni : Aiiih...asyik dibilang cantik. hehehe..

      Hapus
  5. Ternyata reuni gak hanya sekadar menjalin sillaturrahmi, namun banyak manfaatnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Hilda Ikka : yg jelas terasa manfaatnya adalah sebagai terapi pelepas stress...hehe

      Hapus
  6. Mantap Bu, sekolah di Palembang reuni di Jakarta berart sesama teman sekolah Sukses semua

    BalasHapus
  7. reuni adalah wadah pelepas rindu

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Bunda Shidqi :dan wadah pelepas stress...ketawa ga berenti2 mengenang kekonyolan masa lalu. hehe

      Hapus
  8. reuni memang akan menyenangkan kalau udah bernostalgia sama cerita zaman sekolah :)

    BalasHapus
  9. Seru ya, reuninya!
    Aku terkesan dengan satu kalimat denga huruf kecil-kecil di atas, memutuskan silaturahmi tanpa alasan yang jelas..


    Mungkin ybs tidak mau hadir karena malu, seiring waktu, banyak dari sahabat-sahabatku juga sudah berubah. Ada yang menduda, menjanda, bahkan ada yang masuk penjara.

    Beberapa merasa minder karena kondisi ekonomi atau body. Apapun alasannya, jika ada waktu dan sikon menunjang, alangkah senangnyaaa... ^_^

    BalasHapus
  10. Tjantiiikk mempesona, ulala...
    Reuni memang asik ya mak.

    BalasHapus