Hari Sabtu yang
cerah. Pagi-pagi anak-anak gadisku sudah bangun dan bersiap-siap dengan
antusias untuk hadir di sekolah barunya, SMP dan SMA. Dea, jam 6. 20 sudah langsung meluncur ke SMP
1 Bogor diantar sopir. Setelah mengantar Dea, Pak Sopir kembali ke rumah dan mengantar aku dan Anin. Menurut jadwal, jam 8.30 Anin harus hadir
bersama orangtua sesuai undangan dari pihak sekolah.
Jam 8.15 aku
sudah duduk manis dalam ruangan aula sekolah Anin. Tak lama kemudian dimulailah
acara sosialisasi program sekolah SMA YPHB Plus yang disampaikan kepala
sekolahnya.
Tak terasa jam
sudah menunjukkan pukul 11 siang. Udara panas menyengat, dan aku masih terjebak
dalam antrian ibu-ibu dan anak-anak gadis yang berjubel di dalam ruang
koperasi, untuk mengambil seragam
pramuka dan olahraga Anin.
Setelah selesai,
dengan keringat bercucuran aku duduk di teras sekolah. Terasa agak berat puasa hari ini. Berada dalam antrian berdesakan dalam ruangan
yang panas membuat tenggorokan terasa kering . Anin datang dan menyodorkan sebuah daftar.
“ Ma, ini yang
harus disiapkan untuk hari Senin, Selasa dan Rabu, di acara MOS ( Masa
Orientasi Siswa). “
Daftar itu
lumayan panjang, ada beras Rojolele 2 kg, minyak Bimoli 2 liter, dll. Mula-mula
biasa-biasa saja, tapi saat mataku tertumbuk pada tulisan sumbu kompor , aku
jadi bingung. Hari gene dimana beli sumbu kompor? Bukannya orang-orang zaman sekarang
sudah beralih ke kompor gas?
Di
perjalanan menjemput Dea, HP ku
berdering.
“Mama, Dea sudah
dirumah. Mama kenapa lama jemputnya? Dea jadi pulang jalan kaki.”
“Lho, Mama kira
Dea pulang jam 12. Jadi Mama mengurus keperluan di sekolah Teteh Anin baru
jemput Dea. Kenapa Dea tidak telpon atau sms? “ Tanyaku. Dalam hati aku merasa
kasihan sekali pada Dea. Siang terik begini dalam keadaan puasa, Dea jalan kaki
menempuh jarak sekitar 6 km dari sekolah ke rumah, pasti dia lelah, haus dan
lapar.
“ Dea gak bawa
HP. Sudahlah, yang penting sudah dirumah. Sekarang mama siapkan keperluan Dea
buat MOS hari senin. Dea sms ya..” Dea
menutup telponnya.
Sebuah sms
masuk. Dea mengirimkan daftar barang-barang yang harus dibeli untuk hari Senin.
Daftar yang
dikirimkan itu panjang dan bikin aku bingung membacanya. Diantaranya ada tali sepatu ungu, bandana
ungu, handband ungu, bungkus permen pack ungu, karton ungu. Kalau barang-barang
itu masih masuk akal, tapi dalam list itu ada cemilan ratu Mesir, minuman ketua
OSIS, dan taktik Real Madrid. Aduh,
apaan itu ya? Kepalaku langsung berdenyut-denyut.
Di BB group orang tua murid SMP 1 para Ibu
ramai berdiskusi memecahkan teka-teki cemilan Ratu Mesir, minuman ketua OSIS
dan taktik Real Madrid.
“Cemilan Ratu
Mesir itu makanan, Mam. Snack merk Gery
Piramid. “
“Taktik Real
Madrid itu snack Tiktak, dibelakang bungkusnya ada gambar Real Madrid!”
“Ketua Osis-nya
kan namanya Despra. Berarti minumannya yang mirip-mirip namanya. Ades kayaknya,
Mam”
“Minumannya dua
macam. Ada Cleo yang 600 ml juga. Kan Cleopatra itu ratu Mesir”
Aku makin galau.
To do list hari ini banyak sekali. Aku harus beli baju seragam, pesan badge
nama dan lokasi sekolah, lalu mulai mengumpulkan barang-barang di dua list
milik Anin dan Dea.
Matahari terik
menyinari Bogor, dan aku kembali berjejalan di dalam toko baju seragam bersama Anin. Lalu kembali berjubelan di toko
alat tulis. Menyusuri trotoar padat
pedagang di sepanjang jl. Pengadilan untuk menuju tempat memesan badge nama.
Selanjutnya
menuju supermarket. Sayang sekali tak semua barang bisa didapat disana. Beras
Rojolele tak ada yang di pack sebanyak 2 kg dan cemilan Ratu Mesir alias Gery Piramid itu tak ada . Jadi harus
cari ke supermarket lain. Sayangnya di supermarket yang berdekatan juga tidak
ada.
Cemilan Ratu Mesir. Sumber foto dari internet |
“ Itu produk
lama, Bu. Mungkin sudah tidak di produksi lagi sekarang. Di cabang-cabang
supermarket kami juga tidak ada. “ Kata seorang manager supermarket saat kutanya tentang cemilan ratu Mesir.
Dengan langkah
gontai terseok-seok aku dan Anin membawa
belanjaan ke mobil. Pak sopir membantu kami meletakkan belanjaan di bagasi
mobil. Tapi perjuangan belum selesai. Kami menuju toko buku yang besar, mencari
karton ungu, penghapus staedler, dan pena mekanik Fasler.
Perjalanan
berlanjut ke mall berikutnya. Selepas shalat aku menyusuri toko pernak-pernik
mencari tali sepatu ungu, bandana ungu, ikat rambut ungu dan headband ungu.
Horeee... semuanya ada di toko ini. Agak lega rasanya. Tapi perjuangan belum
selesai... Cemilan ratu Mesir, tali kur dan sumbu kompor belum didapat.
Sore makin
renta, aku dan Anin tak kuasa lagi berjalan. Kaki kami sakit dan badan terasa
lemas. Kami terkapar di jok mobil.
“ MOS ini bikin
sengsara ya, Ma.. Besok saja kita cari barang yang lain yang belum dapat. Anin
nggak sanggup lagi, Hari ini capek sekali.” Keluh Anin.
Aku melirik Anin
yang merebahkan kepalanya sambil memejamkan mata.
“Kayaknya ganti
saja istilahnya, MOS itu bukan Masa Orientasi Siswa. Lebih cocok Mama Oge Sibuk.” Sahutku. Lalu aku terlelap.
- · Catatan : Oge = juga ( dalam bahasa Sunda)
anaknya yang MOS, emak2nya ikutan pusing ya hehehe
BalasHapus@Rahmi.. iya ampuuun dah...hehehe
BalasHapus