Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis |
Senang punya banyak teman adalah sesuatu yang wajar sesuai kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Akupun demikian. Sebagai muslimah aku percaya manfaat bersilaturrahmi.
Sejalan dengan
kegiatanku sebagai ibu rumah tangga, aku selalu menyempatkan diri untuk
bergabung dalam berbagai komunitas, baik komunitas online maupun offline. Mulai
dari pengajian, persatuan wali murid, komunitas menulis, komunitas blogger,komunitas
travelling, komunitas motor,komunitas lingkungan RT, dan lain-lain.
Pengalamanku
bergabung dengan berbagai komunitas telah memberiku beberapa pelajaran
berharga. Salah satunya, aku sekarang harus pandai-pandai memilih komunitas
mana yang memberi manfaat positif. Sebab
bila salah pilih, akibatnya akan merugikan diri sendiri.
Suatu ketika,
aku pernah bergabung di sebuah komunitas ibu-ibu rumah tangga. Mulanya sangat
mengasyikkan berinteraksi dengan mereka. Kami sering jalan bersama, bertukar
cerita tentang keluarga, anak dan keseharian. Ada kalanya kami berbagi resep masakan dan saling mengajari
keterampilan yang kami bisa. Tapi setelah lebih jauh aku mulai merasa tidak
nyaman.
Kesenangan para
ibu itu membicarakan keburukan orang menjadi pangkal timbulnya konflik. Di
tambah lagi sebagian ibu-ibu yang lain sering menyampaikan gosip dan
pergunjingan kepada orang yang bersangkutan. Akibatnya bisa ditebak, si
penggosip dan orang yang digosipkan akhirnya bertengkar. Parahnya mereka
terlibat perkelahian sampai beradegan gulat di tengah lapangan.
Astagfirullah....
Kaget, heran dan
kecewa sekali rasanya melihat prilaku para ibu yang semestinya menjadi contoh
bagi anak-anaknya. Setelah itu, selesaikah masalahnya? Tidak. Pihak yang
berseteru lalu masing-masing mencari dukungan dari teman-teman lain. Caranya
mereka mendekati ibu-ibu lain lalu mulai menularkan “ virus” negatif
menjelek-jelekkan lawannya dengan harapan memperoleh dukungan dalam
berseteru. Aku jadi ingat jurus-jurus
partai politik yang menggunakan berbagai trik untuk meraih kemenangan, hanya saja yang ada
dihadapanku saat itu dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga. Mereka saling
mencela, mengejek, memfitnah dan mempersulit lawannya. Tak ada lagi nikmat
persahabatan. Komunitas itu akhirnya malah terpecah-pecah.
Melihat gelagat
buruk itu, aku segera mengundurkan diri . Aku tak lagi menghadiri acara
kumpul-kumpul, atau apapun yang memungkinkan aku berinteraksi lebih lama dengan
mereka. Dikelilingi “virus-virus negatif” seperti itu sungguh membuatku tak
nyaman.
Lalu aku pindah
ke Bogor. Di kota ini aku menemukan banyak hal yang lebih baik. Orang-orang di
Bogor lebih ramah, lebih santun dan menyenangkan. Aku segera bergabung dalam
bermacam-macam komunitas. Mulai dari komunitas wali murid di sekolah
anak-anakku, pengajian di Masjid Raya Bogor, pengajian di sekitar rumah, dan
perkumpulan warga clusterku.
Komunitas wali
murid menjadi wadah saling berbagi informasi seputar kegiatan sekolah
anak-anak. Saling memberi tahu bila ada PR, tugas atau kegiatan diluar sekolah
dilakukan melalui BB group, atau saat berkumpul untuk arisan. Dalam mengisi liburan pun komunitas ini sangat
kreatif mengadakan acara jalan-jalan bersama atau mengajak anak-anak mengikuti
pesantren kilat, kursus kerajinan tangan sesuai minat anak dan
kegiatan lain untuk mengasah keterampilan anak.
Pengajian baik
di masjid maupun di lingkungan rumah
juga membangkitkan energi positif.
Bersama-sama belajar ilmu agama dan saling menasehati dalam kebaikan
membuat aku merasa memiliki keluarga baru.
Selain itu komunitas ini sering
mengadakan kegiatan amal untuk menebar kepedulian kepada kaum dhuafa.
Aku juga ikut bergabung dalam komunitas warga
clusterku. Tetangga adalah saudara terdekat. Dalam keadaan darurat, bila aku
membutuhkan pertolongan sesegera mungkin, maka orang yang paling mungkin
kumintai bantuan adalah tetangga, bukan saudara-saudaraku yang tinggal nun jauh
di pulau Sumatera sana. Karna itu sangat penting menjalin hubungan yang baik
dan harmonis dengan tetangga.
Warga di
lingkungan clusterku datang dari berbagai latar belakang suku, ras dan agama.
Tapi menjalin kebersamaan dengan mereka tetap menyenangkan. Kami tidak
membicarakan perbedaan tapi berangkat dari kesadaran bahwa kami tinggal di
lingkungan yang sama, maka timbullah rasa kebersamaan. Aku senang bisa hidup rukun dengan tetangga meskipun memiliki latar
belakang berbeda.
Di lingkungan
cluster setiap bulan diadakan arisan
untuk ibu-ibu. Kami juga sekali-sekali
mengadakan jalan-jalan bersama, perlombaan, atau kumpul-kumpul makan
bersama bila ada kesempatan khusus, misalnya berakhirnya periode arisan,
merayakan hari kemerdekaan , atau menyambut tahun baru. Berbagi informasi
seputar lingkungan taman dan rumah tempat tinggal kami pun aktif dilakukan
melaui BB group dengan tujuan saling menjaga
dan memelihara kenyamanan lingkungan cluster kami.
Karena hobi
jalan-jalan naik motor, eh..dibonceng motor, maka aku dan suamiku bergabung
dalam komunitas motor besar. Di Bogor, komunitas ini sangat aktif. Anggotanya
banyak dan seringkali mengadakan acara touring bersama.
Suamiku yang hobi
motor merasakan banyak sekali manfaat bergabung dalam komunitas ini. Sesama anggota komunitas sering sharing seputar perawatan motor, info tentang suku
cadang, info lokasi touring dan
lain-lain.
Di komunitas ini aku juga punya beberapa
teman. Mereka istri-istri yang sering
diajak suaminya ikut touring seperti diriku.
Kami sering janjian ikut touring bila ada event yang diselenggarakan
komunitas motor. Aku merasa lebih nyaman bila dalam rombongan touring ada sesama wanita yang
ikut.
Selain komunitas
off-line, aku juga bergabung dalam komunitas on-line yang sesuai dengan minatku.
Karena suka menulis dan nge-blog maka
aku bergabung dalam komunitas penulis dan blogger. Jelas sekali manfaatnya
karena anggota komunitas tersebut sering
membagikan ilmu, tips dan kiat-kiat jitu untuk meningkatkan kemampuan menulis
atau meningkatkan performa blog. Dari
komunitas itu pun seringkali aku memperoleh info lomba atau peluang menguji
kemampuan menulis dan nge-blog. Sesekali
hadir dalam acara kopdar pun makin mempererat kedekatan dengan anggota
komunitas.
Aku juga suka
travelling, maka bergabung dalam komunitas traveler menjadi sangat
menyenangkan. Aku bisa memperoleh info
dan tips bagaimana melakukan traveling yang asyik, aman dan hemat. Sekaligus juga aku bisa membagi pengetahuanku
selama melakukan traveling kepada sesama teman di komunitas itu.
Bergabung dalam
komunitas yang positif, yang
membangkitkan semangat dan energi positif menurutku sama dengan mereguk manfaat silaturrahmi. Aku
merasakan sendiri manfaat silaturrahmi sebagaimana yang terdapat dalam hadits :
“Barangsiapa
ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia
bersilaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Banyak teman,
banyak saudara, membuat hidup lebih menyenangkan dan hidup yang menyenangkan
membuat sehat jasmani dan rohani. Dengan silaturrahmi pintu rezeki terbuka, wawasan
dan ilmu makin bertambah, kemampuan meningkat, solusi berbagai masalah pun
didapat.
What a happy
life!
Setuju banget mbak, gabung dengan komunitas yang positif, jalin hubungan dengan tulus ikhlas
BalasHapus@Tatit betul. Orang-orang yang menebar energi positif membuat kita makin semangat untuk berbuat yang positif juga
BalasHapusKomunitas dengan teman sehoby membuat lebih bersemangat menjalankan hoby
BalasHapus@Nunu: Setuju Mbak Nunu..
BalasHapusmenambah teman, menambah saudar adan menambah ilm ya mbak bergabung di komunitas
BalasHapus@Lidya Mama Cal- Vin iya...banyak manfaatnya kalau kita bergabung di komunitas yang positif
BalasHapusijin menyimak dan berkunjung semoga kita selalu dilancarkan,terimakasih admin
BalasHapus