Rindu pada jalan hitam yang
berdebu
Rindu pada angin yang selalu
membelai wajah dan tubuhku
Rindu pada bunyi mesin yang
menderu
Rindu pada sawah, gunung,
sungai dan gedung yang berbaris rapi
di sepanjang jalan yang
kulalui,
dan pada orang-orang yang bergerak
menantang waktu…..
Puisi karya suamiku,
Akang, begitulah aku memanggilnya, menggambarkan hobinya touring dengan motor
besar.
Setiap pulang touring,
Akang menceritakan asyiknya meliuk-liuk mengikuti alur jalan yang
menikung, menanjak, dan menurun.
Bagaimana pemandangan indah sepanjang
jalan, saat menerjang angin, menantang sinar matahari, berlumur debu
jalanan, dan menembus rinai hujan. Serunya berinteraksi dengan masyarakat lokal
di perjalanan atau di daerah tujuan
touring.
“Neng takkan mengerti kalau tidak mengalami sendiri. “
Ujarnya suatu hari.
Ketika akhirnya aku
ikut touring untuk pertama kalinya, saat
itulah aku lebih memahami Akang. Aku ketularan hobi-nya.
Saat berada di boncengan,
menerjang angin di bawah terik matahari
dan debu, aku merasa lepas dan bebas. Pemandangan indah membuai mata menimbulkan drama tersendiri. Suatu ketika, kami
melewati jalan tinggi di atas tebing di
daerah Bayah, Banten kala senja hampir
memeluk malam. Di bawah sana, jurang hijau menghampar berbatas putihnya pasir pantai. Laut biru dihiasi perahu-perahu berlayar putih. Barisan bukit hijau bertaut gunung menjadi
latar indah sementara kilau keemasan
matahari senja menyempurnakan lukisan alam. Mataku berkaca-kaca menatap pemandangan itu. Indahnya,
Masya Allah...
Kami lebih sering melakukan
solo riding atau touring dengan satu motor tanpa rombongan. Jogjakarta,
Bandung, Kuningan, Sukabumi, Pangandaran, pantai-pantai di Banten seperti
pantai Sawarna, Malingping, Bagedur, Cisolok, dan Pelabuhan Ratu pernah kami kunjungi. Touring yang baru saja kami lakukan tanggal 6 Juni 2014 menempuh route Bogor- Palembang- Bogor.
Pantai Bagedur- Banten |
Palembang |
Kuningan, Jawa Barat |
Bagaimana dengan
keluarga? Anak-anakku tak keberatan ditinggal touring selama kami menyediakan waktu bersenang-senang bersama mereka sebelum
berangkat, dan segala keperluan mereka disiapkan terlebih dulu.
Protes keras datang
dari orang tua dan mertuaku. Mereka cemas, karena kegiatan yang kami lakukan beresiko
besar. Mereka mengkhawatirkan bahaya yang mengintai selama perjalanan touring. Pernah
kami dinasehati habis-habisan, dengan harapan tak lagi menekuni hobi ini.
Yang bisa kami lakukan
adalah meminta pengertian mereka. Kami berusaha untuk selalu berhati-hati, menerapkan
safety riding, melengkapi diri dengan pakaian pelindung seperti helm, sarung
tangan, masker, knee - elbow protector, dan sepatu touring untuk meminimalisasi
benturan. Dan yang terpenting adalah memohon doa tulus orang tua dan anak-anak untuk keselamatan kami, lalu menyerahkan hidup kami di tanganNya.
Kegiatan touring
kami lakukan sekaligus dengan hobi menulis dan fotografi. Pengalaman touring
seringkali menjadi bahan tulisanku. Sementara foto-foto hasil jepretan Akang melengkapi sajian
tulisanku di blog, atau untuk koleksi pribadi.
Kebersamaan menjalani touring merekatkan hubungan kami. Touring
ibarat perjalanan hidup. Kadang kami menjumpai kemudahan berupa jalan mulus, udara
sejuk, pemandangan indah dan
lain-lain. Namun ada kalanya kami menghadapi kesulitan berupa jalan rusak, hujan deras,
terjebak macet, terperosok ke lumpur, gangguan mesin motor, hingga jatuh dari motor.
Dibalik kesulitan ada
kemudahan. Senang susah silih berganti, tapi tetap menyenangkan bila dinikmati
berdua. Berbagai masalah di jalan adalah ujian kekompakan bagi kami. Banyak
hikmah selama menjalani touring.
Walau bagaimanapun
saat-saat paling dinanti usai perjalanan touring adalah pulang ke rumah,
kembali memeluk anak-anakku.
Touring is’nt about the
destination, it’s a journey....
Artikel ini diikut sertakan dalam “3rd Giveaway : Tanakita – Hobi dan Keluarga“
Artikel ini diikut sertakan dalam “3rd Giveaway : Tanakita – Hobi dan Keluarga“
Pasti seru banget traveling bersama pasangan ^_^
BalasHapusbetul...seru banget! Hehe...terimakasih sudah berkunjung ya
HapusTraveling bersama pasangan memang merekatkan hubungan :)
BalasHapusRekat nempel kayak lem. Hehehe..
HapusMbaaaaak... Enggak panas tuh ya pan*atnya.. Hihi aku paling enggak betah duduk hehehe. Kalau naik angkutan bisa berdiri2 hehehe
BalasHapusSetiap 3 jam kami berhenti sebentar, say... ngopi2, atau pas jam shalat berhenti di masjid. Jadi ada waktu dinginkan pan*atnya. hihi...
Hapussesekali aku harus luangkan waktu berdua suami untuk touring nih mbak tapi belum tega :) salam kenal ya mbak
BalasHapusHarus tega, sekali nanti ketularan suka touring. Hehehe... salam kenal juga, terimakasih sudah berkunjung
Hapusterima kash sudah berpartisipasi dan memenuhi persyaratan. Tercatat :)
BalasHapusTerimakasih Mbak Keke Naima...
Hapus