Laman

Minggu, 18 Mei 2014

Si Hati Mutiara dari Pasar Bogor


Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, bahkan kejadian paling konyol sekalipun bukannya terjadi tanpa suatu maksud. Seperti juga kejadian yang kualami. Sejak mulai belajar merintis usaha kuliner, aku jadi sering ke pasar tradisional di Bogor untuk membeli ikan segar dan bahan-bahan lainnya.

Terburu-buru mengejar waktu karena setelah ini aku harus mengurus segala keperluan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah, usai shalat subuh aku bergegas ke pasar tradisional Bogor. Setelah memarkir mobil yang terpaksa agak jauh karena ramainya , akupun menyusuri lorong-lorong pasar. Di tengah lorong pasar, seorang anak laki-laki dekil menghampiriku dan menawarkan jasanya mengangkat belanjaanku. Aku mengganguk setuju, dia tersenyum dan segera mengikutiku.


Maka mulailah acara belanjaku . Beli ini beli itu, bayar ini dan bayar itu. Tapi setelah membayar ikan segar sebagai belanjaan terakhir, aku tersentak kaget. Ternyata aku sudah menghabiskan seluruh isi dompetku! Aduuuh…. Salah satu sifat burukku, ceroboh, tak juga kunjung hilang. Harusnya aku cek dulu berapa jumlah uang   yang ada di dompet sebelum  membeli ikan. Celakanya pagi hari  seperti ini ATM di mall terdekat pasar Bogor belum buka. Bukanya jam 9, dan itu masih tiga setengah jam lagi.!Sedangkan ATM yang lain jaraknya cukup jauh, harus ditempuh dengan kendaraan.

Dengan terburu-buru aku setengah berlari menuju mobil. Anak laki-laki itupun mengikutiku dengan langkah terseok-seok  membawa tas kresek belanjaanku yang berat. Kubuka pintu mobil, lalu mulai mencari-cari uang receh yang mungkin saja tercecer dimobil. Mulai dari lantai mobil, sela-sela jok sampe kantung-kantung di belakang jok mobil aku geledah. Ya Ampuuun…. Tampaknya ini bukan hari keberuntunganku, tak ada sepeserpun uang receh yang biasanya banyak kusimpan di mobil untuk bayar parkir! Mungkin anak-anak sudah mengambilnya untuk dimasukkan ke celengan mereka.

Aku menghela nafas dengan kesal, lalu celingukan kebingungan. Anak laki-laki dekil itu berdiri menatapku dan berkata pelan,.  

“Kenapa,Bu?” tanyanya.


 “Adik, namamu siapa?” tanyaku.


 “ Ajat, Bu” katanya. 


“Begini, Ajat. Saya kehabisan uang. Saya harus ke ATM. ATM terdekat bukanya masih lama. ATM yang lain jauh. Saya benar-benar tidak punya uang lagi sekarang ini untuk membayar upahmu mengangkut belanjaan. Bahkan untuk bayar parkirpun tidak ada.” Sahutku. 


Kuperhatikan anak itu dengan seksama. Rambutnya yang ikal lengket kemerahan sepertinya jarang di shampo, baju kaos dan celana pendek yang entah apa warnanya,  tak jelas karena sudah pudar dan lusuh. Kulit kusam hitam  terbakar matahari, tubuh kurus,sepasang kaki  tanpa alas dengan kuku-kuku menghitam tercemar tanah becek pasar Bogor. Tapi dia punya mata bening yang bersinar damai.Ya Allah… tak tega hatiku mengecewakan anak ini.

Aku berdiri menatapnya, menunggu reaksinya. Aku siap  dan pasrah kalau dia marah-marah memakiku.  Sudah capek-capek mengangkut belanjaan, berlari terseok-seok dari pasar ke parkiran yang jauh tapi ternyata tak sepeserpun uang dia dapatkan dariku . Sangatlah wajar kalau dia marah dan kecewa.

Beberapa saat kami sama-sama terdiam. Lalu lengan kecilnya bergerak, jemarinya merogoh-rogoh saku celana dekilnya . Kemudian dia mengulurkan  selembar uang dua ribuan kumal kepadaku.

 “Ibu pakai saja uang ini untuk bayar parkir.” Katanya. Mata polosnya menatapku. 


“ Lalu upahmu bagaimana?” tanyaku.


”Tidak usah, Bu. Tidak apa-apa. Saya ikhlas.” Sahutnya.

Aku terperangah. Sulit mengungkapkan perasaanku saat itu. Bagaimana selembar uang dua ribuan kumal telah membalikkan dunia. Dialah saat ini  orang kaya sesungguhnya yang tengah bersedekah, dan aku adalah si miskin. Ajat, dengan hati mutiaranya…

“ Jangan, tidak bisa begitu, dik. Kalau saya pergi ke ATM sekarang dan kemudian kembali ke sini untuk bayar upahmu,saya khawatir tidak bisa menemukanmu lagi ditengah keramaian pasar begini. “ kataku

“Tidak apa-apa,Bu. Lain kali saja kalau kita ketemu lagi” Ucapnya.

“Tidak, jangan begitu. Lebih baik kamu ikut saya saja ya, dik. Kita ke ATM sama-sama, lalu kamu saya antar lagi kesini. Ayolah” Kataku. Kubuka pintu mobil dan kupersilahkan Ajat masuk.

Setelah membayar parkir dengan uang dua ribuan dari Ajat, aku segera menuju ATM. Aku tarik sejumlah dana, dan kemudian kembali ke mobil. Secepatnya aku memacu kendaraan  untuk mengantar Ajat kembali ke pasar Bogor.

“ Ajat, terimakasih banyak untuk bantuannya ya. Ini upahmu, dan ini tanda terimakasih saya buatmu, mudah-mudahan bermanfaat. “ Ujarku sambil menyerahkan beberapa lembar uang limapuluh ribuan ke dalam  genggamannya. 

“ Saya rutin ke pasar setiap dua hari sekali dan juga setiap hari Kamis. Nanti tolong angkat belanjaan saya lagi ya” Kataku sambil tersenyum.

“ Alhamdulillah, Ibu. Terimakasih banyak ya, Bu. Nanti kalo pagi ibu belanja saya akan tunggu disini ya” matanya berbinar cerah. 

Dia membuka pintu mobil dan bergegas turun. Seulas senyum yang indah sekali menghias bibirnya. Setelah melambai. Ajat, si hati mutiara dari pasar Bogor berlari dan menghilang ditengah keramaian pasar.

Air mataku berlinang. Hari itu, aku belajar sesuatu, tentang ketulusan, keikhlasan dalam kesediaan bersedekah, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun, dari seorang Ajat,  kuli angkut pasar Bogor.

Semoga Allah memudahkan urusanmu, Ajat. Melindungi dan memberikan rezeki yang banyak, serta tetap memelihara hatimu agar selalu bersih. Aamiin…


42 komentar:

  1. wah asyik ya kalau bisa tembus media. selamat ya mbak :D salam kenal

    BalasHapus
  2. @Agustinadian Susanti :Salam kenal juga. Terimakasih sudah mampir di blog-ku

    BalasHapus
  3. Terharu mbak bacanya......kalau ketemu si ajat, salamin ya..hehehe

    BalasHapus
  4. @Eka Fikriyah. Oke...Terimakasih sudah baca dan mampir ke blog-ku

    BalasHapus
  5. Ah mataku berkaca-kaca mbak... Salam kenal mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga... terimakasih sudah mampir ke sini.

      Hapus
  6. Hik ! jadi pengen cari si Ajat...:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sudah beberapa kali cari Ajat lagi. Waktu cerita ini dimuat di majalah aku juga berusaha cari Ajat untuk berbagi rezeki, tapi gak ketemu. Ada yg bilang dia sudah kerja di oabrik, tapi pabrik apa, rumahnya dimana orang- orang yg kutanya di pasar bogor pada gak tau...hiks...

      Hapus
  7. Suatu saat Ajat akan dapat membaca tulisan ini dan mbak akan ketemu dia dan rencana Allah lebih dahsyat ingat itu...

    BalasHapus
  8. wah, terharu ne bacanya... Mbak, wong palembang y???lam kenal mbak yach..

    BalasHapus
  9. SUBHANNALLOH..
    banyak pelajaran yang bisa diambil dari sini, terima kasih sudah share cerita ini

    BalasHapus
  10. gwe yang baca aja netesin air mata, gimana ngalamin sendiri. ya allah, mudahkan kehidupan anak itu. amin

    BalasHapus
  11. Saya tidak bisa berkata-kata lagi, "TERHARU" hanya itu yang dapat saya katakan seorang anak yang berhati mulia, salut melihat anak yang masih berhati sangat baik seperti Ajat. Semoga dia dapat pekerjaan yang bagus nantinya.

    BalasHapus
  12. cerita nya bagusss,,,,,

    tapi yang punya alamat ini, bukanya terlalu ribet,, pngen marah aja

    BalasHapus
  13. Ya,,,pengalaman yg baik dan dapt menjadi motifasi setiap pembaca melakukañ kebaikan bagi org lain dlm kondisi seperti apa pun,,,


    trim's atas kebaikan berbagi ceritanya..

    BalasHapus
  14. Ajat,,,saluut buat kamu,Semoga selamanya jadi anak baik,,untux mbknya..kalau mau belanja yg perlu" aja yaaa biar gk khabisan uang giu..hehehe

    BalasHapus
  15. Dari cerita ini saya juga belajar dari seorang Ajat.
    air mataku mengalir deras karena terharu akan kebaikan hatinya.

    BalasHapus
  16. Tak dpt di sekolahan.
    Pelajaran yg membuat hati jadi jleb

    BalasHapus
  17. crita yg mengharukan,, dri ank kcil yg baik hati@..jdi terharu bca cerita@ mbak :-)

    BalasHapus
  18. Itu artinyaa kecil tapi berarti besar untuk orang lain. Semoga ajaa hidup kita juga berarti untuk orang lain dan kehidupan ini..

    BalasHapus
  19. sampe yak kuat bacanya sangat mengharukan....
    pelajaran mulia untuk kita...

    BalasHapus
  20. salut mbak...air mataku bercucuran baca kisahnya...Ya Allah swt..tolong berikan jalan yang terbaik bagi ajat..dan semoga ibu bapakanya bangga dg ajat.ilmu yang maha dari ajat...sungguh sangat berarti bagi kita semua agar bisa mengharagai org lain...amin

    BalasHapus
  21. sungguh terharu, kbtulan saya dpt artikel ini dari dream.co.id

    BalasHapus
  22. Allah Karim... Itulah ayat yg tersirat... Sebagai.. Uswatun hasanah.. Bukan hanya mauidhoh.....

    BalasHapus
  23. MasyaAllah sungguh mulai hatimu ajat semoga Allah memuliakanmu amiin...

    BalasHapus
  24. ikhlas...
    biarkan tetap ikhlas...

    BalasHapus
  25. subhanallah. . .
    Beneran nangis bacanya
    semoga do'a mbak.nya dikabulkan Allah SWT
    Amiinn...

    BalasHapus
  26. terharu saya membacanya mbak..., terima kasih dah sharing ceritanya, salah satu pembelajaran buat saya.

    salam kenal mbak

    BalasHapus
  27. ternyata yang kaya itu letaknya dalam hati ya, mbak... trimakasih... saya juga belajar dari pengalaman mbak...

    BalasHapus
  28. Orang Jawa bilang ILMU KATON, ilmu yg bisa dilihat mata. Menilai kaya miskin seseorang tidak bisa diukur dgn banyak sdikit hartanya, tp hatinya, juga rasa syukur yg dia miliki. Itu menurut pendapat saya.

    BalasHapus
  29. Ikhlas dlm.membantu sesama uang bukanlah tujuan utama.

    BalasHapus
  30. Sungguh berhati mulia anak ini..memberi banyak pelajaran bagi kita semua

    BalasHapus
  31. Calon pemimpin idaman negri ini..semoga ajat....insyaallah...aminnn

    BalasHapus
  32. Calon pemimpin idaman negri ini..semoga ajat....insyaallah...aminnn

    BalasHapus
  33. Semoga allah selalu memudahkan ajat dalam mencari rezeki aaminnnn

    BalasHapus
  34. Bersedekah itu tidak harus kita lagi jaya atau sedang bnyak uang,dg kondisi sesulit apapun kita bisa bersedebersedekah dg ukuran kemampuan kita,contohnya ajat bisa melakukannya

    BalasHapus