Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya, bahkan kejadian paling konyol
sekalipun bukannya terjadi tanpa suatu maksud. Seperti juga kejadian yang
kualami. Sejak mulai belajar
merintis usaha kuliner, aku jadi sering ke pasar tradisional di Bogor untuk
membeli ikan segar dan bahan-bahan lainnya.
Terburu-buru mengejar waktu karena setelah ini aku harus mengurus segala
keperluan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah, usai shalat subuh aku
bergegas ke pasar tradisional Bogor. Setelah memarkir mobil yang terpaksa agak
jauh karena ramainya , akupun menyusuri lorong-lorong pasar. Di tengah lorong
pasar, seorang anak laki-laki dekil menghampiriku dan menawarkan jasanya
mengangkat belanjaanku. Aku mengganguk setuju, dia tersenyum dan segera
mengikutiku.
Maka mulailah acara belanjaku . Beli ini beli itu, bayar ini dan bayar itu.
Tapi setelah membayar ikan segar sebagai belanjaan terakhir, aku tersentak
kaget. Ternyata aku sudah menghabiskan seluruh isi dompetku! Aduuuh…. Salah
satu sifat burukku, ceroboh, tak juga kunjung hilang. Harusnya aku cek dulu
berapa jumlah uang yang ada di dompet sebelum membeli ikan.
Celakanya pagi hari seperti ini ATM di mall terdekat pasar Bogor belum
buka. Bukanya jam 9, dan itu masih tiga setengah jam lagi.!Sedangkan ATM yang
lain jaraknya cukup jauh, harus ditempuh dengan kendaraan.
Dengan terburu-buru aku setengah berlari menuju mobil. Anak laki-laki
itupun mengikutiku dengan langkah terseok-seok membawa tas kresek
belanjaanku yang berat. Kubuka pintu mobil, lalu mulai mencari-cari uang receh
yang mungkin saja tercecer dimobil. Mulai dari lantai mobil, sela-sela jok
sampe kantung-kantung di belakang jok mobil aku geledah. Ya Ampuuun…. Tampaknya
ini bukan hari keberuntunganku, tak ada sepeserpun uang receh yang biasanya
banyak kusimpan di mobil untuk bayar parkir! Mungkin anak-anak sudah
mengambilnya untuk dimasukkan ke celengan mereka.
Aku menghela nafas dengan kesal, lalu celingukan kebingungan. Anak
laki-laki dekil itu berdiri menatapku dan berkata pelan,.
“Kenapa,Bu?” tanyanya.
“Adik, namamu siapa?” tanyaku.
“ Ajat, Bu” katanya.
“Begini, Ajat. Saya kehabisan uang. Saya harus ke ATM. ATM terdekat bukanya masih lama. ATM yang lain jauh. Saya benar-benar tidak punya uang lagi sekarang ini untuk membayar upahmu mengangkut belanjaan. Bahkan untuk bayar parkirpun tidak ada.” Sahutku.
Kuperhatikan anak itu dengan seksama. Rambutnya yang ikal lengket kemerahan sepertinya jarang di shampo, baju kaos dan celana pendek yang entah apa warnanya, tak jelas karena sudah pudar dan lusuh. Kulit kusam hitam terbakar matahari, tubuh kurus,sepasang kaki tanpa alas dengan kuku-kuku menghitam tercemar tanah becek pasar Bogor. Tapi dia punya mata bening yang bersinar damai.Ya Allah… tak tega hatiku mengecewakan anak ini.
“Kenapa,Bu?” tanyanya.
“Adik, namamu siapa?” tanyaku.
“ Ajat, Bu” katanya.
“Begini, Ajat. Saya kehabisan uang. Saya harus ke ATM. ATM terdekat bukanya masih lama. ATM yang lain jauh. Saya benar-benar tidak punya uang lagi sekarang ini untuk membayar upahmu mengangkut belanjaan. Bahkan untuk bayar parkirpun tidak ada.” Sahutku.
Kuperhatikan anak itu dengan seksama. Rambutnya yang ikal lengket kemerahan sepertinya jarang di shampo, baju kaos dan celana pendek yang entah apa warnanya, tak jelas karena sudah pudar dan lusuh. Kulit kusam hitam terbakar matahari, tubuh kurus,sepasang kaki tanpa alas dengan kuku-kuku menghitam tercemar tanah becek pasar Bogor. Tapi dia punya mata bening yang bersinar damai.Ya Allah… tak tega hatiku mengecewakan anak ini.
Aku berdiri menatapnya, menunggu reaksinya. Aku siap dan pasrah kalau
dia marah-marah memakiku. Sudah capek-capek mengangkut belanjaan, berlari
terseok-seok dari pasar ke parkiran yang jauh tapi ternyata tak sepeserpun uang
dia dapatkan dariku . Sangatlah wajar kalau dia marah dan kecewa.
Beberapa saat kami sama-sama terdiam. Lalu lengan kecilnya bergerak,
jemarinya merogoh-rogoh saku celana dekilnya . Kemudian dia mengulurkan
selembar uang dua ribuan kumal kepadaku.
“Ibu pakai saja uang ini untuk bayar parkir.” Katanya. Mata polosnya menatapku.
“ Lalu upahmu bagaimana?” tanyaku.
”Tidak usah, Bu. Tidak apa-apa. Saya ikhlas.” Sahutnya.
“Ibu pakai saja uang ini untuk bayar parkir.” Katanya. Mata polosnya menatapku.
“ Lalu upahmu bagaimana?” tanyaku.
”Tidak usah, Bu. Tidak apa-apa. Saya ikhlas.” Sahutnya.
Aku terperangah. Sulit mengungkapkan perasaanku saat itu. Bagaimana
selembar uang dua ribuan kumal telah membalikkan dunia. Dialah saat ini
orang kaya sesungguhnya yang tengah bersedekah, dan aku adalah si miskin.
Ajat, dengan hati mutiaranya…
“ Jangan, tidak bisa begitu, dik. Kalau saya pergi ke ATM sekarang dan
kemudian kembali ke sini untuk bayar upahmu,saya khawatir tidak bisa
menemukanmu lagi ditengah keramaian pasar begini. “ kataku
“Tidak apa-apa,Bu. Lain kali saja kalau kita ketemu lagi” Ucapnya.
“Tidak, jangan begitu. Lebih baik kamu ikut saya saja ya, dik. Kita ke ATM
sama-sama, lalu kamu saya antar lagi kesini. Ayolah” Kataku. Kubuka pintu mobil
dan kupersilahkan Ajat masuk.
Setelah membayar parkir dengan uang dua ribuan dari Ajat, aku segera menuju
ATM. Aku tarik sejumlah dana, dan kemudian kembali ke mobil. Secepatnya aku
memacu kendaraan untuk mengantar Ajat kembali ke pasar Bogor.
“ Ajat, terimakasih banyak untuk bantuannya ya. Ini upahmu, dan ini tanda
terimakasih saya buatmu, mudah-mudahan bermanfaat. “ Ujarku sambil menyerahkan
beberapa lembar uang limapuluh ribuan ke dalam genggamannya.
“ Saya rutin ke pasar setiap dua hari sekali dan juga setiap hari Kamis. Nanti tolong angkat belanjaan saya lagi ya” Kataku sambil tersenyum.
“ Saya rutin ke pasar setiap dua hari sekali dan juga setiap hari Kamis. Nanti tolong angkat belanjaan saya lagi ya” Kataku sambil tersenyum.
“ Alhamdulillah, Ibu. Terimakasih banyak ya, Bu. Nanti kalo pagi ibu
belanja saya akan tunggu disini ya” matanya berbinar cerah.
Dia membuka pintu mobil dan bergegas turun. Seulas senyum yang indah sekali menghias bibirnya. Setelah melambai. Ajat, si hati mutiara dari pasar Bogor berlari dan menghilang ditengah keramaian pasar.
Dia membuka pintu mobil dan bergegas turun. Seulas senyum yang indah sekali menghias bibirnya. Setelah melambai. Ajat, si hati mutiara dari pasar Bogor berlari dan menghilang ditengah keramaian pasar.
Air mataku berlinang. Hari itu, aku belajar sesuatu, tentang ketulusan,
keikhlasan dalam kesediaan bersedekah, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun,
dari seorang Ajat, kuli angkut pasar Bogor.
Semoga Allah memudahkan urusanmu, Ajat. Melindungi dan memberikan rezeki
yang banyak, serta tetap memelihara hatimu agar selalu bersih. Aamiin…
wah asyik ya kalau bisa tembus media. selamat ya mbak :D salam kenal
BalasHapus@Agustinadian Susanti :Salam kenal juga. Terimakasih sudah mampir di blog-ku
BalasHapusTerharu mbak bacanya......kalau ketemu si ajat, salamin ya..hehehe
BalasHapus@Eka Fikriyah. Oke...Terimakasih sudah baca dan mampir ke blog-ku
BalasHapusAh mataku berkaca-kaca mbak... Salam kenal mbak :)
BalasHapusSalam kenal juga... terimakasih sudah mampir ke sini.
HapusHik ! jadi pengen cari si Ajat...:(
BalasHapusAku sudah beberapa kali cari Ajat lagi. Waktu cerita ini dimuat di majalah aku juga berusaha cari Ajat untuk berbagi rezeki, tapi gak ketemu. Ada yg bilang dia sudah kerja di oabrik, tapi pabrik apa, rumahnya dimana orang- orang yg kutanya di pasar bogor pada gak tau...hiks...
HapusSalut dengan Ajat
BalasHapusSuatu saat Ajat akan dapat membaca tulisan ini dan mbak akan ketemu dia dan rencana Allah lebih dahsyat ingat itu...
BalasHapuswah, terharu ne bacanya... Mbak, wong palembang y???lam kenal mbak yach..
BalasHapusSUBHANNALLOH..
BalasHapusbanyak pelajaran yang bisa diambil dari sini, terima kasih sudah share cerita ini
gwe yang baca aja netesin air mata, gimana ngalamin sendiri. ya allah, mudahkan kehidupan anak itu. amin
BalasHapusSaya tidak bisa berkata-kata lagi, "TERHARU" hanya itu yang dapat saya katakan seorang anak yang berhati mulia, salut melihat anak yang masih berhati sangat baik seperti Ajat. Semoga dia dapat pekerjaan yang bagus nantinya.
BalasHapuscerita nya bagusss,,,,,
BalasHapustapi yang punya alamat ini, bukanya terlalu ribet,, pngen marah aja
Ya,,,pengalaman yg baik dan dapt menjadi motifasi setiap pembaca melakukañ kebaikan bagi org lain dlm kondisi seperti apa pun,,,
BalasHapustrim's atas kebaikan berbagi ceritanya..
Ajat,,,saluut buat kamu,Semoga selamanya jadi anak baik,,untux mbknya..kalau mau belanja yg perlu" aja yaaa biar gk khabisan uang giu..hehehe
BalasHapusDari cerita ini saya juga belajar dari seorang Ajat.
BalasHapusair mataku mengalir deras karena terharu akan kebaikan hatinya.
Tak dpt di sekolahan.
BalasHapusPelajaran yg membuat hati jadi jleb
crita yg mengharukan,, dri ank kcil yg baik hati@..jdi terharu bca cerita@ mbak :-)
BalasHapusNyesek bacanya mba :(
BalasHapusItu artinyaa kecil tapi berarti besar untuk orang lain. Semoga ajaa hidup kita juga berarti untuk orang lain dan kehidupan ini..
BalasHapussampe yak kuat bacanya sangat mengharukan....
BalasHapuspelajaran mulia untuk kita...
salut mbak...air mataku bercucuran baca kisahnya...Ya Allah swt..tolong berikan jalan yang terbaik bagi ajat..dan semoga ibu bapakanya bangga dg ajat.ilmu yang maha dari ajat...sungguh sangat berarti bagi kita semua agar bisa mengharagai org lain...amin
BalasHapussungguh terharu, kbtulan saya dpt artikel ini dari dream.co.id
BalasHapusajat..istimewa...
BalasHapusAllah Karim... Itulah ayat yg tersirat... Sebagai.. Uswatun hasanah.. Bukan hanya mauidhoh.....
BalasHapusSemoga Allah memuliakannya...
BalasHapusMasyaAllah sungguh mulai hatimu ajat semoga Allah memuliakanmu amiin...
BalasHapusikhlas...
BalasHapusbiarkan tetap ikhlas...
subhanallah. . .
BalasHapusBeneran nangis bacanya
semoga do'a mbak.nya dikabulkan Allah SWT
Amiinn...
terharu saya membacanya mbak..., terima kasih dah sharing ceritanya, salah satu pembelajaran buat saya.
BalasHapussalam kenal mbak
ternyata yang kaya itu letaknya dalam hati ya, mbak... trimakasih... saya juga belajar dari pengalaman mbak...
BalasHapussalut buat ajat....
BalasHapusOrang Jawa bilang ILMU KATON, ilmu yg bisa dilihat mata. Menilai kaya miskin seseorang tidak bisa diukur dgn banyak sdikit hartanya, tp hatinya, juga rasa syukur yg dia miliki. Itu menurut pendapat saya.
BalasHapusIkhlas dlm.membantu sesama uang bukanlah tujuan utama.
BalasHapusSungguh berhati mulia anak ini..memberi banyak pelajaran bagi kita semua
BalasHapusCalon pemimpin idaman negri ini..semoga ajat....insyaallah...aminnn
BalasHapusCalon pemimpin idaman negri ini..semoga ajat....insyaallah...aminnn
BalasHapusMULIA bgt hatimu dek ajat
BalasHapusSemoga allah selalu memudahkan ajat dalam mencari rezeki aaminnnn
BalasHapusBersedekah itu tidak harus kita lagi jaya atau sedang bnyak uang,dg kondisi sesulit apapun kita bisa bersedebersedekah dg ukuran kemampuan kita,contohnya ajat bisa melakukannya
BalasHapus