Laman

Minggu, 07 Agustus 2011

Mengukir Cerita di Trevi Fountain


Dari Colosseum perjalanan berlanjut, dengan bus kami melakukan city tour, melewati Roman Forum, sungai Tiber, dan Monumen Vittorio Emmanuelle. Kemudian bus berhenti dan kami pun turun didekat deretan pertokoan. Dengan berjalan kaki kami menyusuri jalan kecil yang banyak terdapat toko-toko, butik, restaurant dan salon menuju ke sebuah kolam dengan air mancur dan patung yang indah. Tempat itu namanya Trevi Fountain atau Fontana di Trevi.








Trevi Fountain adalah kolam terindah dan terkenal yang ada di kota Roma, letaknya di Palazzo Poli.Sudah menjadi tradisi atau kepercayaan disini bahwa siapapun yang melemparkan koin kedalam kolam cantik itu akan kembali lagi ke kota Roma suatu saat nanti. Melemparkan koin sambil “ make a wish” itu dengan cara membelakangi kolam. Aku sendiri sih tak percaya dengan “mitos” itu, tapi tetap saja aku lakukan melempar koin demi kepentingan…. di foto. He..he..he.. Narsis.com
Trevi Fountain ini dulunya dibangun pada zaman Paus Clement XII atas perintah Nikola Salvi (1697-1751) dan selesai pada tahun 1762. Merupakan hasil rancangan Bernini, kolam cantik ini bergaya Baroque. Sumber airnya berasal dari penampungan air Acqua Vergine yang artinya perawan yang menunjukkan mata air kepada prajurit Romawi yang sedang kehausan.
Sulit sekali mengambil foto yang baik karena kerumunan turis yang memadati areal Trevi Fountain. Aku dan Mariska berusaha “menembus” kerumunan turis bule yang banyak duduk-duduk, bersantai, bergerombol dan berfoto-ria di depan kolam.
Saat memandang ke dasar kolam, kami takjub melihat timbunan koin yang bersinar-sinar diterpa cahaya matahari. Wow… banyak sekali…! Kabarnya dalam sehari dari kolam ini bisa terkumpul koin sejumlah 3000 € lho…
Dipinggir kolam cantik itu Mariska merogoh2 kantungnya. Lalu dia mengeluarkan koin-koin yang banyak dan menyerahkan sebagian koin itu ke tanganku. “ Ayo kita mulai melempar, gantian ya. Potret aku dong!” Serunya. Aku melongo memandang koin-koin di tanganku. Ada gambar burung garuda dan angka 500, dan 1000. “Lho, ini kan gopek-an sama seceng-an?” Tanyaku. “ Iya. Kita kan orang Indonesia. Jadi koinnya ya koin Indonesia. “ Senyum nakal tergambar diwajah Mariska.”Coba lihat kesana, lihat koin-koin Euro itu, banyak sekali kan? Kalo kita melempar Euro juga, apa bedanya kita dengan turis lain?”Sergahnya semangat. Aku tertawa ngakak. “Betul…betul… dengan begini kita tampil beda ya? Ha..ha..ha..” #Sebenarnya kami ini pengen tampil beda atau sayang buang koin Euro sih?Qiqiqiqi…#
Selesai melempar koin dan berfoto kami menyusuri lorong-lorong yang banyak terdapat deretan toko. Berbagai souvenir dijual disana. Mariska mulai mencari2 kaos bertuliskan “Roma” untuk oleh-oleh dari satu toko ke toko yang lain. Banyak sekali yang menjual kaos-kaos itu, tapi mahaal… Akhirnya ada satu toko milik anak muda berwajah oriental yang menjual kaos itu dengan harga lebih masuk akal. Mariska membeli beberapa potong untuk suaminya.
Kemudian kamu kembali menyusuri lorong, tapi tiba-tiba kami tersadar saat melihat jam ditangan, aduh… ini sudah telat! Sudah lewat 10 menit dari waktu yang ditentukan untuk kumpul dengan peserta tour lainnya diujung jalan. Bagai dikejar setan kami lari terbirit-birit, beberapa turis bule melongo melihat kami lari pontang-panting membawa bungkusan kaos. Diujung jalan itu kami lihat sang tour leader dan beberapa peserta tour sudah menunggu, sambil bolak-balik memandang jam tangan. Aduh… jadi gak enak banget. Sambil ngos-ngos-an kami minta maaf. Lalu rombongan beranjak pergi, berjalan kaki lagi menyusuri jalan-jalan kecil penuh toko, salon, restaurant dan butik. Jalan makin menanjak dan menanjak, kasihan juga peserta tour yang berusia lanjut. Pasti mereka capek sekali, apalagi masih dalam keadaan jet lag setelah 16 jam perjalanan dari Indonesia. Tiba di depan hotel Eden, kami duduk-duduk dan beristirahat sambil menunggu bus menjemput kami.
PALACE INN
Akhirnya bus pun tiba, kami naik dengan tertib. Bus kembali menyusuri kota Roma lalu menuju ke arah Rome-Fianno. Akhirnya tibalah kami di hotel Palace Inn, tempat kami akan menginap malam itu.
Hotelnya cukup bagus, tapi sekali lagi kami dihadapkan dengan tugas “berat”. Turun dari bus, supir bus membantu kami menurunkan koper dan tas-tas kami, tapi selanjutnya kami sendirilah yang harus membawa tas-tas dan koper itu ke dalam kamar kami , karena tidak ada yang namanya porter di hotel itu. Beda sekali dengan hotel di Indonesia. Untuk hotel sekelas ini (berbintang 3), di Indonesia banyak sekali porter dan pelayan yang membantu tamu hotel dengan barang bawaan mereka.Wow…. Sekali lagi aku kasihan pada peserta tour yang berusia lanjut. Hiks…
PIZZA DAN AIR MINERAL
Setelah meletakkan barang-barang di kamar, dan beristirahat sebentar, perut mulai terasa lapar. Aku dan Mariska lalu turun ke Lobby. Dari petugas hotel kami dapat informasi bahwa ada mall kecil disebelah hotel dimana kami bisa membeli barang-barang kebutuhan kami. Dengan semangat kami berjalan ke mall disebelah hotel itu, ternyata ada pintu penghubung dari hotel ke areal mall, sehingga jaraknya jadi lebih dekat.
Mall itu lumayan besar ternyata. Ada toko-toko pakaian, tas, sepatu dan lain-lain. Ada supermarket dan restaurant. Karena perut yang lapar, kami berdua langsung mencari tempat makan. Setelah mengelilingi mall, akhirnya di lantai 2 kami memutuskan makan malam di “Kebab”. Begitulah yang tertulis di depan pintu masuk resto itu. Tapi bukannya menu Kebab yang kami temui, tapi Pizza dan hotdog. Kami memutuskan memilih paket menu klasik, yaitu Pizza. Inilah pengalaman pertama kami makan Pizza di negeri aslinya, Italy. Kami masing-masing membeli satu paket pizza yang terdiri dari sepotong besar Pizza, satu cup besar kentang goreng dan sebotol air mineral. Rasa Pizzanya enak, tapi ternyata kami tak sanggup menghabiskan semuanya, jadi kentang gorengnya kami bawa pulang ke hotel.
Selesai makan, kami masuk ke Supermarket. Senang sekali aku melihat air mineral yang dijual disana. Kenapa air mineral? Ya iyalah… Air mineral disini jauh lebih murah dibandingkan air mineral yang dijual di tempat-tempat wisata yang tadi kami kunjungi. Di tempat-tempat wisata itu sebotol kecil air mineral 500 cc dijual dengan harga 2 € (=Rp. 25.000,- bila kursnya Rp. 12.500,- per 1 Euro). Bayangkan berapa yang harus aku bayar buat kebutuhan minumku yang sehari mencapai 3 litter….hiks…Tapi untungnya di supermarket ini air mineral dijual dengan harga lebih murah, untuk botol besar isi 1,5 liter dijual dengan harga 0.19€ - 0.39€, harga bervariasi tergantung merknya. Maka kamipun memborong 6 botol besar air mineral untuk dibawa ke kamar hotel.
Dari supermarket kami menyusuri toko-toko di mall itu. Akhirnya Mariska menemukan sebuah toko sepatu, matanya tertumbuk pada sebuah flat shoes abu-abu yang tampaknya nyaman dikaki. Dia membeli sepatu itu. “Buat modal jalan-jalan nih…” katanya sambil nyengir.
Kemudian setelah berfoto-foto di depan mall itu, kami kembali ke hotel dan beristirahat untuk menyambut hari selanjutnya. Senangnya bisa tidur dengan nyaman…. Alhamdulillah…

Sabtu, 16 Juli 2011

Jalan-Jalan di Vatican dan Colosseum di Roma




Di Bandara Leonardo da Vinci atau Fiumicino, setelah mengurus bagasi barang-barang kami, ada satu hal yang sedikit “mengejutkan” terutama bagi peserta tour yang berusia lanjut yaitu : tidak ada porter. Memang benar, tidak ada satupun petugas atau anak-anak muda yang biasanya banyak terdapat dibandara di Indonesia yang membantu mengangkut barang. Jadi itu artinya kami harus membawa barang-barang kami sendiri. Memang disediakan trolley atau kereta dorong gratis, tapi mengangkat tas dan menurunkannya dari trolley harus kami lakukan sendiri. Bagi aku, Mariska dan peserta yang lain yang masih muda-muda sih tak masalah. Meskipun capek setelah 16 jam perjalanan, tapi menginjakkan kaki di benua Eropa terasa memberikan energi luar biasa bagi kami, bagaikan batere yang baru di-charge, rasanya tak sabar lagi kami ingin menjelajah Eropa. Tapi bagi yang berusia sudah lanjut, apalagi bila membawa tas yang berat dan besar, kasihan juga… karena meskipun sudah membawa trolley, di depan pintu masuk tetap saja barangnya harus diturunkan dari trolley dan dibawa sendiri sampai ke bus.
Setelah semua barang diangkut ke bus, aku dan Mariska cepat-cepat memilih kursi yang terdepan di dalam bus. Saat bus bergerak, mata kami dimanjakan dengan suasana kota Roma yang antik, penuh bangunan-bangunan bersejarah dengan arsitektur menawan. Jalan-jalan di kota Roma agak sempit dan banyak, kadangkala tampak serupa dan membingungkan. Kalau aku sendirian “dilepas” di kota ini, dijamin aku bakalan menjalani petualangan nyasar yang sukses!!Aku jadi ingat pepatah “ Banyak jalan menuju Roma” tapi begitu sampai di Roma sepertinya pepatah itu mesti diganti jadi “ Banyak jalan serupa di Roma” Halaaah…..

Bus menurunkan kami dipinggir jalan, lalu seorang wanita pirang dengan mantel berwarna abu-abu yang agak lusuh dan sepatu boot coklat membalut kakinya menyambut kami dengan ramah. Tangannya mengenggam sebuah payung merah jambu tua yang warnanya mencolok mata. Dialah pemandu wisata lokal yang akan menemani kami jalan-jalan ke Vatican. Tapi kami akan makan siang dulu di sebuah resto di dekat Vatican, setelah itu baru jalan-jalan akan dimulai. Dengan berjalan kaki kami menuju ke resto yang sudah dipesan oleh tour leader kami. Resto itu ternyata adalah Chinese Restaurant, yang menghidangkan nasi dan lauk pauknya.
Selesai makan, sang local guide membagikan semacam earphone kepada kami satu persatu. Dengan earphone itu kami bisa mendengar penjelasannya tentang sejarah Vatican dan hal-hal tentang tempat itu yang patut diketahui. Lalu rombonganpun bergerak, kami berjalan kaki lagi menyusuri jalan disisi tembok tinggi yang membatasi Vatican dengan Roma. Banyak sekali turis-turis asing lainnya dari berbagai etnis berkeliaran di sepanjang jalan.
VATICAN

Saat memasuki gerbang Vatican, kami langsung terpesona oleh bangunan-bangunan bergaya Renaissance abad 16 yang ada di dalamnya seperti Saint Pieter’s Basilica, Chapel Sistine, Vatican Museum dan lapangan St. Pieter Square. Vatican yang nama resminya State of Vatican City merupakan negara merdeka terkecil di dunia. Luas wilayahnya hanya 0,44 km2 saja dan berada di dalam wilayah kota Roma. Vatican merupakan tempat tinggal Paus, pemimpin umat Katolik. Warga Vatican hanya sekitar 890 orang yang terdiri dari rohaniawan/rohaniawati dan Swiss Guard atau sebuah unit tentara bayaran dari Swiss yang bertugas menjaga dan mengawal Paus.

Di Vatican terdapat bangunan gerbang pilar berbentuk setengah lingkaran dengan tiang-tiang yang berjumlah 284 kolom. Diseluruh bagian atasnya terdapat patung-patung orang suci (santa/ santo) yang berjumlah 140 patung dengan tinggi masing-masing 3,2 meter.

Ditengah-tengah lapangan yang disebut Saint Pieter Square atau Piazza St. Pietro ini terdapat tiang Obelisk yang tingginya 25,5 meter dengan salib dipuncaknya. Disebelah kiri dan kanan obelisk itu terdapat air mancur yang merupakan karya dari Maderno dan Carlo Fontana.
SAINT PIETER’S BASILICA: GEREJA TERBESAR UMAT KATOLIK


Aku melihat antrian panjang melingkar-lingkar menuju pintu masuk St. Pieter’s Basilica. Rombongan kamipun lalu ikut masuk juga dalam antrian panjang itu. Entah karena suasana atau memang antriannya yang tertib, aku tidak merasakan lamanya menanti giliran masuk ke dalam gereja tempat pemimpin tertinggi umat Katolik dunia itu. Di dekat pintu masuk, ada peraturan yang harus ditaati pengunjung, misalnya berpakaian sopan dan tertutup, tidak menggunakan lampu blitz saat memotret, lalu ada pemeriksaan barang-barang bawaan. Setelah melalui itu rombongan bergerak masuk ke dalam gereja.
Sesaat sebelum masuk pintu gereja, berdiri menjulang tinggi seorang Swiss Guard ganteng bukan kepalang di dekat pintu, wajah gantengnya sangat serius, tanpa senyum dan ekspresi. Dia tampak menonjol dengan seragam Swiss Guard berwarna mencolok mata ditengah kerumunan turis yang bagai merambat ingin masuk ke dalam Gereja. Sayang, saking terpesonanya aku malah tak sempat memotret si ganteng itu, padahal aku inget pesan salah seorang temanku yang minta aku memotret setiap orang ganteng yang kujumpai di Eropa untuk oleh-olehnya. Ha..ha...ha...I’m sorry friend..
Gereja St. Pieter’s Basilica adalah salah satu gereja Katolik terbesar di dunia yang dapat menampung 60.000 orang. Gereja dengan panjang 220 meter dan lebar 150 meter ini dibangun selama 120 tahun yaitu dari tahun 1506 sampai 1626 dengan Michaelangelo sebagai salah satu dari banyak arsiteknya. Dianggap sebagai salah satu situs Kristen paling suci yang memegang peranan terbesar dari seluruh gereja Katolik di dunia, gereja ini merupakan tempat pemakaman St. Petrus yang dimakamkan di bawah altar utama. Paus lainnya pun dimakamkankan di gereja ini.

Saat di dalam gereja, kami ternganga melihat keindahan interiornya, banyak patung-patung yang dibuat dengan sangat detail, salah satunya adalah “Pieta” karya Michaelangelo. Selain patung-patung, semua ornamen di dinding, jendela, dan langit-langit gereja ini sangat memukau indahnya. Sebenarnya ini pengalamanku pertama kali masuk gereja, karna aku seorang muslimah. Tapi pengamalan ini tentu sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuanku dan terutama untuk menyaksikan sendiri bagaiman arsitektur Renaissance dan Baroque yang membentuk Gereja ini sebagai bukti kemegahan peradaban manusia di abad 16.
Setelah puas melihat-lihat dan berfoto, aku dan Mariska keluar untuk menunggu peserta lain ditempat yang telah ditentukan oleh tour leader. Disisi luar gereja, kami melihat dua orang Swiss Guard berdiri dengan sikap sempurna, sementara beberapa turis berfoto diantara mereka. Kamipun cepat-cepat ikut antri menunggu giliran. Akhirnya bisa juga berfoto dengan Swiss Guard tinggi menjulang itu meskipun bukan Swiss Guard yang paling ganteng tadi.. he..he... sayang sekali para Swiss Guard itu sepertinya dilarang cengengesan atau senyum-senyum. Lihat saja tampang mereka yang jutek dan tanpa ekspresi itu...

Aku dan Mariska melangkah menuju tempat yang ditentukan untuk bertemu dengan peserta tour lainnya. Kami duduk-duduk di tangga didepan pilar-pilar dan diantara remaja-remaja bule yang banyak beristirahat disitu. Sebenarnya dibutuhkan waktu seharian untuk menjelajahi dan mengagumi bangunan-bangunan monumental di dalam wilayah Vatican ini, tapi sayangnya waktu kami tak banyak, jadwal tour yang sudah ditentukan membuat kami harus puas hanya menghabiskan waktu beberapa jam saja di Vatican ini.
COLOSSEUM
Rombongan kembali bergerak, dengan bus kami menjelajahi kota Roma menuju Colosseum. Colosseum adalah stadion atau gedung pertunjukan terbuka yang juga disebut Flavia Amphitheatre. Bangunan ini merupakan monumen yang terpenting peninggalan dari Roma kuno.

Kebanyakan arkeolog berpendapat bahwa bangunan ini didirikan antara tahun 70-82 M. Dibangun oleh kaisar Vespion yang berasal dari dinasti Flavia, dan diresmikan oleh putranya Titus. Nama Colosseum sendiri diambil dari nama patung besar Nero yaitu Colossus.
Banyak gladiator dan ribuan binatang buas telah diadu di stadion ini. Banyak darah dan kematian telah tertumpah dan disaksikan ribuan orang disini. Bahkan orang-orang Kristen pada masa perkembangan awal Roma diadu sampai mati disini. Hal ini terus terjadi sampai tahun 400M ketika kekaisaran menghapuskan kegiatan ini.
Bangunan ini sudah terlihat rusak dan hancur separuh, kebanyakan kerusakannya diakibatkan bencana gempa bumi pada pertengahan abad ke 5. Meskipun demikian, kami masih bisa menyaksikan sisa kemegahannya.

Rombongan tour hanya melakukan foto stop saja disini, karena waktu yang singkat. Kamipun tak bisa masuk ke bagian dalamnya karena antrian yang “mengular” sudah terlihat di depan pintu masuknya. Setelah mengambil foto, aku melihat-lihat sekitar bangunan kuno itu. Banyak penjual souvenir terdapat disana. Lalu ada kereta kuda yang bisa disewa untuk mengelilingi colosseum dari bagian luarnya. Satu lagi yang unik, banyak gladiator-gladiator gadungan dengan pakaian berwarna merahnya berkeliaran disana, mereka meminta bayaran 2-3 Euro bagi wisatawan yang mau berfoto bersama mereka.
Satu hal yang sangat sering diingatkan oleh tour leader kami adalah : Hati-hati copet!! Di Eropa terutama di Italy banyak copet apalagi ditempat-tempat wisatanya.

Senin, 27 Juni 2011

PERJALANAN MENUJU EROPA

Tibalah hari yang aku tunggu-tunggu. Hari Selasa 5 April 2011, aku diantar suami dan anak-anak ke bandara Soekarno-Hatta. Sepanjang perjalanan tak lepas dari bersyukur dan berdoa semoga semuanya lancar. Saat tiba di bandara, sebelum turun dari mobil, aku peluk dan cium anak-anak dan suami lalu turun dengan gembira.

Aku dan peserta tour lainnya berkumpul di terminal 2D/E di dekat resto Hoka-hoka Bento jam 16.30.Disana sang tour leader sudah menunggu. Dia memperkenalkan diri, lalu sibuk mengurus bagasi peserta tour, dan membagikan pasport dan visa serta tiket boarding pass pada seluruh peserta tour yang berjumlah 37 orang. Dia memberikan penjelasan singkat dan meminta kami untuk benar-benar menjaga dokumen penting seperti visa-passport dan tiket pesawat karena kalau sampai hilang berarti bencana besar buat yang bersangkutan.

Untuk memudahkan, aku memakai tas pinggang kecil yang bisa memuat uang (mata uang yang dibawa Euro, dan Swiss Franc), dokumen penting, kartu kredit dan camera pocket. Jadi dokumen yang selama perjalanan mesti diperiksa petugas bandara dan imigrasi bisa dengan mudah dikeluarkan dan disimpan kembali tanpa harus “hilang “ dari pengawasanku. Tas itu tidak aku lepaskan selama perjalanan, mengingat aku termasuk orang yang ceroboh dan pelupa.

Setelah semua beres, kami dipimpin sang tour leader menuju gerbang ke berangkatan. Sebelumnya kami melewati pemeriksaan imigrasi. Saat pemeriksaan, dilarang membawa minuman, jadi aku yang suka membawa air mineral harus meneguk habis air itu sebelum masuk pemeriksaan imigrasi.

Kami akan berangkat menuju Roma Italy, tapi akan transit sebanyak 2 kali yaitu di Singapore dan di Istanbul-Turki.Jam keberangkatan kami dengan pesawat Turkish Airlines dengan nomor keberangkatan TK 67 adalah pukul 19.15 WIB. Pesawat yang membawa kami berjenis Air Bus A330-200. Satu hal yang aku lupa adalah aku dan Mariska tak sempat makan malam. Makan siangpun aku tak sempat karena fikiran sudahtidak fokus lagi. Akibatnya kami kelaparan. Di ruang tunggu tidak ada makanan apalagi minuman. Yah, terpaksa deh kami menahan lapar.

Tepat pukul 19.15 WIB kami berangkat. Sejak berangkat, aku dan Mariska sudah menunggu-nunggu kapan para pramugari-pramugara akan membagikan makanan. Perut sudah keroncongan. Beberapa saat kemudian seorang pramugara mendorong kereta berisi minuman dan makanan. Hatiku bersorak. Tapi, yaaaah…. Ternyata kami cuma dapat sepotong roti imut-imut kecil mungil nan mini yang sekali lewat tenggorokan maka selesailah sudah. Hiks..hiks…agak mendingan aku bisa minum teh hangat untuk memenangkan perut yang keroncongan.

Tiba di Singapore jam 21 WIB. Kami transit selama satu jam, di Bandara Changi. Rasa lapar dan haus masih merongrong. Tapi aku duduk saja dengan pasrah selama lebih kurang satu jam. Ketika kembali harus berangkat, saat aku sudah berada di tengah-tengah antrian menuju pesawat, mataku menangkap sebuah tulisan di sudut ruangan. Tulisan itu berbunyi “ Free Drinking Water” lengkap dengan keran air minum dibawah tulisan itu. Hah?? Kenapa gak dari tadi kelihatan tulisan itu? Oalaaah… aku tadi duduk membelakangi keran air itu! Yaaah…. Tidak mungkin lagi berlari untuk minum karena petugas bandara sudah meminta dokumenku dan mempersilahkan masuk pesawat. Huaaaa…. Bukan rezeki namanya…

Saat berada di dalam pesawat yang membawa ke Istanbul-Turki, mataku sudah sulit terpejam. Lapar dan haus. Untuk mengisi waktu aku memilih menonton filmdari layar TV mungil yang ada didepanku. Ada banyak pilihan film, setelah memilih-milih aku putuskan menonton “ I Think I Love my Wife”. Bukan hanya film, dari layar kecil itu masing-masing penumpang bisa memilih apakah mau mendengar musik, main game, membaca berbagai info pariwisata di Turki, atau melihat pemandangan di depan pesawat yang sedang terbang. Rupanya di bagian depan pesawat dipasangi camera yang menangkap gambar sehingga setiap penumpang bisa melihat awan, dan pemandangan dari atas. Sayangnya saat itu langit gelap, jadi tak terlihat apa-apa.

Setelah bosan nonton, sementara perutku sudah perih menjerit-jerit, aku memperhatikan sekelilingku. Para penumpang banyak yang tertidur. Termasuk juga Mariska yang terlelap disampingku. Jam di pergelangan tangan Mariska menunjukan pukul 24 WIB, ketika akhirnya aku lihat para pramugara-pramugari mendorong kereta makanan menyusuri lorong-lorong antar penumpang. Aku bangunkan Mariska. “ Bangun..bangun.. Makan!” Bisikku. Mariska kontan bangun. Ha..ha…

Saat makanan dibagikan, rasanya lega sekali. Dengan penuh rasa ingin tau, kami perhatikan menu yang disediakan. Kelihatannya masakan Turki. Makanan ini disediakan oleh Turkish Do &Co Catering Service. Menunya roti dan cake kacang, pure kentang, ikan salmon steam, salad udang, acar timun, roti+keju putih lembut. Bagaikan musafir kelaparan dan kehausan ditengah padang pasir, meskipun rasa masakannya asing di mulut, kami lahap habis semua hidangan itu. Minumanpun beberapa kali kami minta ditambah.

Setelah makan, aku dan Mariska malah tidak bisa tidur. Kami lalu mengobrol ini itu, saat obrolan sudah habis, kami mulai memperhatikan pramugara ganteng yang wara-wiri terus. “ Hayo.. coba perhatikan, mirip siapa dia itu?” kataku. “ Kayaknya familiar ya wajahnya..dagunya yang belah itu …” Kata Mariska. Kami berpandang-pandangan lalu sama-sama berseru “ Jhon Travolta!!” ha..ha… Sejak itu kami memanggil sang pramugara dengan “si Jhon”.

Entah berapa jam lamanya kami bengong saja, sampai tiba waktunya si Jhon dan kawan-kawan datang lagi dengan kereta makanannya. Aku tidak tahu ini makan pagi, makan siang, makan sore atau makan malam, karena langit diluar gelap terus. Menunya kali ini Omelet tebal, kentang steam dengan minyak zaitun, daun… apa ya? Kami menyebutnya daun khas Turki (sok tahu..), buah zaitun, potongan buah, slice beef dengan keju tebal dan salted butter, roti, selai strawberry dan butter. Heran, rasanya kami baru makan, tapi kok lapar lagi.. saking semangatnya makan, Mariska sampai membuat minyak zaitun muncrat dan mengenai Bapak yang duduk didepannya. Segera saja dia minta maaf sama si Bapak, sambil nyengir-nyengir kuda. Qiqiqqiqiqi…

Masalah rasa, entahlah… kami tak yakin apakah rasa masakannya enak, tidak enak, aneh atau asing. Ada yang terasa hambar, asin, dan aneh. Aneh. misalnya saja, buah zaitun yang diberi entah bumbu apa sehingga rasanya asin-pahit-asam. Sulit menggambarkan rasanya, kira-kira begitu. Tapi kami berubah jadi makhluk pemangsa makanan, mungkin karena terbayang kelaparan yang baru saja kami alami, sehingga habislah semuanya… masuk ke perut dengan sukses. Pokoknya dari kelaparan kami berubah jadi kekenyangan.Ha..ha..

Saat langit terlihat terang, jam ditangan Mariska menunjukan pukul 10 WIB, kami tiba di bandara Attaturk di Istanbul-Turki. Rupanya saat itu pukul 6 pagi waktu setempat. Keluar dari pesawat kami terkaget-kaget karena disambut udara dingin menusuk tulang. Terasa sekali perbedaaan suhu yang drastis, dari dalam pesawat yang berpenghangat dan suhu di luar yang dingin menusuk.

Kami dengan tertib turun dan kembali naik bus yang mengantar kami ke ruangan bandara. Di pintu menuju ruang dalam bandara terpampang tulisan “ HAGEL DINIZ” yang artinya Selamat Datang.

Acara selanjutnya adalah, kami menghabiskan waktu selama 3 jam berkeliaran di bandara Attaturk. Selain jalan-jalan di shopping arcade-nya dengan stand-stand besar dan kecil serta toko yang besar seperti DUTY FREE dan lain-lain, berfoto-ria,melihat-lihat barang-barang yang dijual disana misalnya perfume dan makanan, kami juga wara-wiri ke toilet, lalu beli minuman, dan melihat-lihat orang-orang dari berbagai suku bangsa berkeliaran disana. Salah satu stand menarik minat Mariska, yaitu: Turkish Ice Cream.Seorang anak muda dengan pakaian khas Turki lengkap dengan topinya berdiri menunggu pembeli di stand itu. Mariska lalu memesan satu scoop ice cream.




Dengan senyum ramahnya sang anak muda memberikan sebuah cone pada Mariska. Lalu dengan gaya dia mengambil sebatang besi yang berfungsi sebagai sendok pengambil ice cream. Dia menyodorkan besi dengan ice cream diujungnya ke cone ditangan Mariska. Tapi tiba2 syuuut….syuuut…. dia memutar-mutar batang besi itu,tak jadi meletakkan ice cream di cone-nya. Mariska bengong. Si anak muda kembali menyodorkan ice cream, tapi sebelum menyentuh cone, lagi-lagi dia memutar-mutar batang besi itu dengan senyum iseng… halaaah… tinggallah Mariska nyengir-nyengir sebal dengan cone kosong ditangannya. Setelah “puas”, si anak muda akhirnya benar-benar meletakkan ice cream itu di cone, dan Mariska tersenyum lebar, melenggang pergi dengan ice cream hijau-coklat-putih ditangannya. Benar-benar iseng si penjual ice cream ini, soalnya lagi sepi pembeli..ha..ha…



Pukul 9 waktu setempat, kami berangkat lagi dengan pesawat Turkish Airlines berjenis Air Bus A 320 dengan nomor penerbangan TK 1861 tujuan Roma Italy.


Di penerbangan ini kami tak sempat merasa lapar. Berbagai acara makan tak pernah kami lewati. Jadi apa yang kami lakukan adalah makan, tidur, ke toilet, nonton, mendengarkan musik, menikmati pemandangan dari jendela pesawat, dan sesekali memindahkan posisi duduk karena bokong yang terasa pegal karena duduk terus.

Menu makanan di pesawat ini banyak macamnya. Penumpang bisa memilih mana yang diinginkan, misalnya saja untuk breakfast :
Yoghurt with muesli, white cheese (yang rasanya asin-pahit), kasar cheese(keju yang teksturnya kenyal),marrinated black and green olive ( buah zaitun yang rasanya asin-asam), scrambled eggs, cheese borek/sauteed mushroom, grilled tomato and green pepper, ovenfresh bread, butterand jam.

Lalu untuk minumannya ada teh dan kopi panas. Tapi bisa juga memilih minuman lain misalnya : whisky, gin, vodka, raki, Turkish and International wines, beers, tubong/Efes Pilsen (yang ini gak mungkin kami pilih, soalnya beralkohol). Lalu ada pilihan jus misalnya orange, sourcherry, tomato dan apple. Pilihan soft drink misalnya coca cola, sprite, maden suyu, ayran, ice tea, dan mineral water.

Perjalanan ini total sekitar 16 jam sejak dari Jakarta hingga Roma termasuk transitnya. Akhirnya setelah mati gaya mencapai puncaknya, kamipun tiba dengan selamat di bandara Leonardo da Vinci atau Fiumicino di kota Roma Italy. Alhamdulillah…

Sabtu, 28 Mei 2011

Menjemput Impian Jalan-Jalan ke Eropa (3)

PERSIAPAN PAKAIAN
Setelah visa positif dikabulkan kami makin semangat mengadakan persiapan. Kata Hasni, teman kami yang kuliah di Belanda, cuaca Eropa di bulan April itu sedang bagus-bangusnya, artinya dingin tapi tidak terlalu dingin, ada matahari tapi tidak terlalu panas. Sungguh ideal buat jalan-jalan. Mengingat kami akan jalan –jalan ke 9 negara yang berbeda-beda cuacanya, jadi dia menyarankan kami menyiapkan :
1. Sepatu yang tertutup
Sepatu harus tertutup untuk melindungi dari udara dingin. Untuk mengantisipasi cuaca dingin, terutama dingin yang dibawah 0 derajat Celcius seperti di Mount Titlis Swiss, dibutuhkan sepatu dengan alas yang tebal dan tidak licin. Perlu diperhatikan juga kenyamanan sepatu, karena acara tour ini banyak sekali jalan-jalannya, jadi kalau sepatu tidak nyaman? Wassalam…
2. Kaos kaki tebal, dan kaos kaki biasa
Kaos kaki tebal untuk dipakai di cuaca yang dingin sekali misalnya di tempat bersalju, sedangkan kaos kaki biasa bisa dipakai saat tidak terlalu dingin.
3. Long Djon ,
Long Djon yaitu sejenis baju dalam yang pas badan dan memiliki lapisan dalam dari bahan yang sifatnya hangat untuk menahan panas tubuh, terdiri dari atasan dan celana panjang Jadi saat bepergian, sebaiknya mengenakan long djon kemudian dilapis dengan baju biasa dan celana jeans. Bila cuaca masih terasa dingin bisa dilapis lagi dengan jaket.
4. Baju biasa misalnya atasan yang biasa dipakai di Indonesia
5. Sweater
6. Jaket tebal
Jaket tebal penting sekali untuk dipakai di tempat bersalju.
7. Jaket biasa
8. Celana jeans
9. Celana thermal
Celana thermal yaitu celana yang pas, dilengkapi dengan lapisan sejenis woll dibagian dalamnya untuk menahan panas tubuh.
10. Penutup kepala
Penutup kepala misalnya topi woll, atau dari bahan seperti bulu-bulu yang hangat diperlukan untuk melindungi kepala dari udara dingin terutama saat berada di tempat bersalju. Meskipun aku memakai jilbab, tapi tetap saja kalau ditempat bersalju harus juga memakai tambahan penutup kepala.
11. Sarung Tangan
Sarung tangan sebaiknya yang tebal. Bisa dari bahan woll atau dari bahan kulit yang didalamnya ada lapisan woll-nya.
12. Payung atau Jas hujan
Seringkali cuaca susah ditebak, tiba-tiba hujan, sehingga perlu juga menyiapkan jas hujan atau payung.
TAS


Selain perlengkapan pakaian, aku menyiapkan juga tas yang praktis yaitu tas pinggang untuk menyimpan camera, passport, visa, handphone,uang kecil, tiket dan barang-barang kecil lainnya.
Tas untuk menyimpan pakaian aku pilih yang besar dan beroda. Roda tas harus dalam kondisi bagus dan lancar, supaya tidak bikin repot. Pakaian dan perlengkapan lain disimpan di tas besar ini. Barang-barang seperti gunting, jarum, gunting kuku, baterai, perfume atau cairan yang lebih dari 100ml harus dimasukkan ke tas besar , karena bila kedapatan dibawa di handcarry, bisa disita oleh petugas bandara.Pada saat berangkat nanti tas besar akan dimasukkan ke bagasi pesawat. Lengkapi tas besar dengan label nama dan alamat dan juga kunci tas atau gembok kecil untuk keamanan.
Satu lagi tas yang juga penting untuk dibawa adalah tas handcarry untuk membawa perlengkapan yang bisa dibawa di kabin pesawat.Tas ini juga beroda dan berkualitas bagus. Sesuai dengan ketentuan penerbangan internasional, ukuran tas yang diperbolehkan dibawa di kabin pesawat adalah 55cmx40cmx 20cm, dan berat maksimum yang dizinkan adalah 7 kg. Didalam tas ini bisa diletakkan keperluan pribadi seperti cream-cream perawatan wajah, sikat gigi dan pasta gigi, sabun muka, tisu basah, dll tapi barang berupa cairan tidak boleh lebih dari 100 ml.
Penting juga untuk diketahui bagi orang-orang yang akan bepergian dengan penerbangan internasional mengenai peraturan membawa cairan ke dalam kabin sebagai berikut.
PERATURAN “LIQUIDS” CARRY ON LUGGAGE YANG BERLAKU DI SELURUH DUNIA
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku sejak tahun 2007, Bandara Soekarno Hatta Jakarta, seperti bandatra lainnya di seluruh dunia memberlakukan Peraturan Cairan kepada seluruh calon penumpang yaitu peraturan pembatasan bawaan berupa cairan ke dalam kabin pesawat.
PERATURAN UMUM
Calon penumpang hanya diperbolehkan membawa cairan (liquid0 atau gel maksimum 100ml per jenis. Kemudian harus dimasukkan ke dalam tas plastik transparan “RE-SEALABLE” 9dapat dibuka-tutup).
Apabila tidak memenuhi kondisi tersebut di atas, maka barang-barang milik calon penumpang akan disita saat melewati Security Check di badara tujuan.
Peraturan liquid ini meliputi semua benda berjenis cair dan gel, meliputi: air minum, aneka jenis minuman, gel pasta, lotion, kaleng mengandung aerosol. Contohnya: pasta gigi, shaving cream, gel rambut, lip gloss, lipstick, kosmetik, maskara, perfume, spray, shampo , deodorant,dll.

Perincian Peraturan Liquids di dalam tas tangan (handcarry) adalah sebagai berikut :
1. Ke dalam kabin, hanya diperbolehkan membawa cairan atau gel dalam wadah/ container yang masing-masing jenis maksimal 100 ml.
2. Masukan barang tersebut ke dalam tas plastik putih transparan.
3. Tiap orang hanya diizinkan membawa satu tas plastik tersebut.
4. Kapasitas tas plastik tersebut tidak boleh lebih dari 1 liter ( 1000ml)
5. Tas plastik transparan harus berjenis RE_SELABLE (dapat dibuka-tutup) dapat dibeli di toko buku.
6. Siapkan plastik tersebut sebelum berangkat.
7. Pisahkan tas tangan dan tas plastik pada saat Security Check di bandara tujuan.
8. Pengecualian : Makana bayi yang diperlukan selama penerbangan dan obat-obatan yang diperlukan selama penerbangan.

Kamis, 26 Mei 2011

Menjemput Impian Jalan-Jalan ke Eropa (2)

BERBURU TRAVEL AGENT
Setelah urusan passport beres, aku melangkah ke tahap selanjutnya, mencari biro perjalanan (travel agent). Aku mulai bertanya-tanya pada teman-teman dimana travel yang ada di Bogor, lalu aku datangi satu persatu. Mula-mula aku datang ke sebuah travel agent yang terletak diseberang sekolah anakku. Tak jauh dari sanapun ada 2 travel agent lagi, lalu ada satu lagi yang terletak di mall. Selain itu masih ada beberapa lagi yang aku datangi. Saat mendatangi travel-travel agent itu aku meminta brosur program tour mereka untuk dibawa pulang. Lalu aku juga browsing internet mencari travel yang lain , lengkap dengan brosurnya.
Setelah setumpuk brosur-brosur itu aku dapat, aku membandingkan program-program tour dari segi biaya, lama perjalanan, tujuan wisata dan tempat-tempat yang akan dikunjungi,sampai kredibilitas travel agent dari testimoni orang-orang yang aku kenal maupun dari internet.Lalu setelah berdiskusi dengan Mariska, kami sampai pada keputusan terakhir, yaitu memilih travel agent yang menurut kami yang terbaik, yang tidak lain adalah travel yang pertama kali aku datangi.
Setelah menjatuhkan pilihan, kami datangi travel agent itu untuk mendaftar, menentukan tanggal keberangkatan sesuai jadwal tour, dan bertanya-tanya lebih jauh. 
PROSES PENGURUSAN VISA

Langkah selanjutnya adalah mengajukan permohonan visa. Visa adalah adalah sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh sebuah negara untuk memberikan seseorang izin untuk masuk ke negara tersebut dalam suatu periode waktu dan tujuan tertentu.
Karena tujuan kami adalah tour ke Eropa, maka visa yang diurus adalah Visa Schengen. Visa Schengen adalah jenis Visa untuk kunjungan singkat ke negara-negara anggota Schengen yaitu :

1. Belgia
2. Perancis
3. Monako
4. Luksemburg
5. Belanda
6. Portugal
7. Spanyol
8. Italia
9. Austria
10. Yunani
11. Denmark
12. Finlandia
13. Islandia
14.Norwegia
15. Swedia
16. Polandia
17. Republik Ceko
18. Slowakia
19. Slovenia
20. Latvia
21. Lituania
22. Estonia
23. Hongaria
24. Malta
25. Swiss

Travel agent membantu peserta tour-nya mengurus permohonan visa ini. Sejak awal, petugas travel memberi tahu bahwa mengurus visa schengen prosesnya agak lebih rumit dibandingkan mengurus visa lain misalnya visa untuk negara-negara Asia.

“Lebih rumit” yang dimaksud adalah banyaknya persyaratan surat-surat yang diminta untuk melengkapi permohonan visa.

Karena dalam program tour yang akan dilaksanakan, peserta tour nantinya akan tinggal paling lama di negara Italia, maka permohonan visa schengen diajukan melalui kedutaan Italia.

Berikut ini adalah persyaratan dokumen pe ngurusan Visa Schengen melaui kedutaan Italia :

1. Paspor yang masa berlakunya lebih dari 6 bulan dari tanggal kedatangan dan paspor lama.
2. Pas foto berwarna terbaru ukuran 3,5 cm x 4,5 cm sebanyak 2 lembar dengan latar belakang putih dan hasil cetakan diatas kertas foto bermutu baik dan jelas, dengan penampilan muka di zoom 70%.
3. Surat sponsor berbahasa Inggris diatas kop surat perusahaan dimana yang bersangkutan bekerja.
 Jika ada orang lain/ anggota keluarga yang turut bepergian maka dicantumkan nama dan status orang tersebut.
- Jika jabatan yang bersangkutan General Manager, Direktur, Presiden Direktur atau Komisaris harus disertakan fotokopi NPWP dan SIUP
- JIka memiliki bisnis sendiri dan tidak ada kop surat perusahaan maka surat diketik diatas kertas putih polos dan di cap toko dan sertakan fotokopi NPWP dan SIUP.
- Jika disponsori oleh anak maka lampirkan fotokopi akte kelahiran anak yang dapat membuktikan hubungannya.
- Jika disponsori oleh menantu maka lampirkan fotokopi akte nikah anak dan akte kelahiran anak yang dapat membuktikan hubungannya.
- JIka status pensiun maka surat diketik diatas kertas putih polos dan ditanda tangani sendiri.
4. Bukti keuangan 3 bulan terakhir berupa fotokopi rekening koran atau buku tabungan(dari halaman depan yang mencantumkan nama dan nomor rekening sampai dengan halaman terakhir transaksi) minimal saldo Rp. 50 juta per orang.
5. Surat referensi asli dari bank. Jika bukti keuangan yang dilampirkan adalah dari BCA, maka surat referensinya harus dari BCA. Isi surat referensi bank harus dicantumkan nama, nomor rekening, jumlah saldo dan sejak kapan mulai transaksi (ditujukan untuk Schengen Countries).
6. Foto kopi kartu kredit
7. Foto kopi kartu keluarga
8. Fotokopi SIUP (mutlak harus ada). dan NPWP 
9. JIka nama yang tertera pada paspor berbeda maka harus dilampirkan fotokopi surat ganti nama.
10. Jika istri ikut bepergian maka lampirkan foto kopi akte nikah
11. Jika anak ikut bepergian dan masih sekolah, maka lampirkan:
 a. Foto kopi kartu pelajar
 b. Foto kopi akte kelahiran
 c. Surat keterangan sekolah asli
12. Print out reservasi tiket/tiket asli.
13. Konfirmasi hotel selama perjalanan di Eropa.
14. Asuransi perjalanan yang berlaku selama masa tinggal di Eropa dengan atau uang pertanggungan USD 50.000 atau Euro 30.000.
15. Jika ada anak yang tinggal di Italia maka lampirkan foto kopi paspor, visa, akte kelahiran dan undangan.
16. Formulir yang telah diisi lengkap dan ditanda tangai oleh pemohon. Untuk anak yang belum mempunyai KTP, formulir ditanda tangani oleh orangtuanya.
17. Yang bersangkutan harus membuat perjanjian dulu melauli website http://www.ambjakarta.esteri.it/Ambasciata_Jakarta untuk tanggal interview.
Catatan :
1. Lamanya proses visa dihitung setelah semua persyaratan dokumen diterima lengkap oleh kedutaan, bukan yang diterima travel agent.
2. Untuk visa bisnis harus ada undangan diatas kop surat perusahaan di Italia/ DIVIRSO CAMERA dan SIUP perusahaan di Italia.
3. Tidak ada pengembalian biaya visa apabila ada pembatalan dari pihak pemohon atau permohonan visa ditolak kedutaan
4. Keberhasilan mendapatkan visa adalah kewenangan dari pihak kedutaan sepenuhnya.
5. Biaya pengurusan visa dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan terlebih dulu sesuai dari kedutaan.
6. Jika anak ikut berusia dibawah 17 tahun tetapi salah satu orang tuanya tidak ikut, maka kedua orangtuanya harus datang ke kedutaan.
Saat mengurus dokumen untuk pengurusan visa ini, aku sempat dibikin pusing, karena statusku yang ibu rumah tangga. Tak cukup hanya surat sponsor yang ditanda tangani suamiku,Kedutaan meminta surat dari perusahaan dengan kop surat resmi, padahal aku kan pengangguran. Jadi aku harus bisa melampirkan surat resmi dari perusahaan tempat suamiku bekerja yang menerangkan bahwa benar aku adalah istri dari karyawan perusahaan itu (dalam hal ini suamiku) dan pejabat berwenang di perusahaan menjamin bahwa aku akan menaati semua peraturan yang berlaku dan akan pulang ke tanah air tepat waktu.
Intinya pihak kedutaan ingin jaminan karena mereka khawatir kelak sang pemohon visa akan bertindak melanggar hukum, misalnya menjadi imigran gelap atau menjadi pekerja illegal di Eropa. Kami sempat khawatir permohonan visa kami ditolak, tapi setelah semua persyaratan bisa dipenuhi kekhawatiran itu berkurang.
Setelah semua persyaratan terpenuhi, pemohon visa harus membuat perjanjian untuk interview ke kedutaan . Dalam hal ini pihak travel mebantu membuat perjanjian. Kami hanya diberi tahu untuk datang pada tangaal dan jam yang telah ditentukan ke kedutaan.
Aku ingat saat menjelang interview, aku dan Mariska sibuk berdiskusi mengenai pakaian apa yang sepantasnya kami pakai untuk keperluan itu. Aku bahkan sibuk bertanya-tanya pada teman-teman yang sudah pernah mengurus visa. Aku membayangkan kami akan dipanggil satu persatu untuk masuk ke ruangan, kemudian akan ditanya dengan berbagai pertanyaan dengan menggunakan bahasa Inggris. Kamipun sibuk menerka-nerka pertanyaan yang bakal diajukan dan jawaban apa yang akan kami kemukakan.Rasanya tegang juga…
Di hari yang ditentukan, aku dan Mariska janjian bertemu, untuk kemudian sama-sama berangkat ke Kedutaan Italia. Hari itu aku memutuskan memakai blazer warna hitam dan sepatu tertutup. Penampilanku formil banget, seperti wanita karier. Kan supaya yang meng-interview menilai aku serius dan pantas mendapatkan visa, begitu fikirku. Sedangkan Mariska memakai atasan warna putih dan celana jeans.
Saat tiba di kedutaan, aku sempat kaget melihat para pemohon visa lainnya ternyata berpenampilan santai sekali. Banyak yang pakai baju kaos, dan memakai sendal. Jadi berasa saltum deh..
Setelah duduk menunggu sebentar, nomor antrianku dipanggil.Aku harus berdiri di depan loket dimana ada petugas yang memeriksa kelengkapan dokumen. Dia berbahasa Indonesia, dan bertanya kenapa aku mau ke Eopa, bukan ke tempat lain. Aku jawab dengan santai sesantai sang petugas. Aku bilang bahwa sedari kecil memang ingin sekali melihat langsung negara-negara di Eropa yang indah dan menakjubkan. Lalu setelah membayar biaya pengurusan visa, selesailah sudah. Aku jadi bengong.Jadi cuma segitu saja interviewnya? Bukan dipanggil satu persatu diruangan tertutup? Tidak ditanya pakai bahas Inggris?Bukan ditanya oleh petugas bertampang sengit yang curiga kalo aku bakalan jadi imigran gelap?Ha…ha…jauh sekali dari apa yang aku bayangkan!
Selanjutnya aku dan Mariska pulang. Kami harus menunggu sekitar dua minggu untuk mengetahui apakah visa kami dikabulkan atau ditolak.
Sempat tegang juga, saat waktu yang ditentukan, kami belum mendapat kabar tentang nasib permohonan visa kami. Mariska bawaannya sudah sedih dan tegang saja, takut sekali dia kalau kami tak jadi melanglang buana ke Eropa. Aku juga tegang, tapi berusaha santai.
Lewat 2 hari dari tanggal yang ditentukan, HPku berdering. Pihak travel mengabarkan bahwa permohonan visa kami dikabulkan, Horeee!! Satu langkah lagi menuju Eropa…Senangnya!!