Dari Colosseum perjalanan berlanjut, dengan bus kami melakukan city tour, melewati Roman Forum, sungai Tiber, dan Monumen Vittorio Emmanuelle. Kemudian bus berhenti dan kami pun turun didekat deretan pertokoan. Dengan berjalan kaki kami menyusuri jalan kecil yang banyak terdapat toko-toko, butik, restaurant dan salon menuju ke sebuah kolam dengan air mancur dan patung yang indah. Tempat itu namanya Trevi Fountain atau Fontana di Trevi.
Trevi Fountain adalah kolam terindah dan terkenal yang ada di kota Roma, letaknya di Palazzo Poli.Sudah menjadi tradisi atau kepercayaan disini bahwa siapapun yang melemparkan koin kedalam kolam cantik itu akan kembali lagi ke kota Roma suatu saat nanti. Melemparkan koin sambil “ make a wish” itu dengan cara membelakangi kolam. Aku sendiri sih tak percaya dengan “mitos” itu, tapi tetap saja aku lakukan melempar koin demi kepentingan…. di foto. He..he..he.. Narsis.com
Trevi Fountain ini dulunya dibangun pada zaman Paus Clement XII atas perintah Nikola Salvi (1697-1751) dan selesai pada tahun 1762. Merupakan hasil rancangan Bernini, kolam cantik ini bergaya Baroque. Sumber airnya berasal dari penampungan air Acqua Vergine yang artinya perawan yang menunjukkan mata air kepada prajurit Romawi yang sedang kehausan.
Sulit sekali mengambil foto yang baik karena kerumunan turis yang memadati areal Trevi Fountain. Aku dan Mariska berusaha “menembus” kerumunan turis bule yang banyak duduk-duduk, bersantai, bergerombol dan berfoto-ria di depan kolam.
Saat memandang ke dasar kolam, kami takjub melihat timbunan koin yang bersinar-sinar diterpa cahaya matahari. Wow… banyak sekali…! Kabarnya dalam sehari dari kolam ini bisa terkumpul koin sejumlah 3000 € lho…
Dipinggir kolam cantik itu Mariska merogoh2 kantungnya. Lalu dia mengeluarkan koin-koin yang banyak dan menyerahkan sebagian koin itu ke tanganku. “ Ayo kita mulai melempar, gantian ya. Potret aku dong!” Serunya. Aku melongo memandang koin-koin di tanganku. Ada gambar burung garuda dan angka 500, dan 1000. “Lho, ini kan gopek-an sama seceng-an?” Tanyaku. “ Iya. Kita kan orang Indonesia. Jadi koinnya ya koin Indonesia. “ Senyum nakal tergambar diwajah Mariska.”Coba lihat kesana, lihat koin-koin Euro itu, banyak sekali kan? Kalo kita melempar Euro juga, apa bedanya kita dengan turis lain?”Sergahnya semangat. Aku tertawa ngakak. “Betul…betul… dengan begini kita tampil beda ya? Ha..ha..ha..” #Sebenarnya kami ini pengen tampil beda atau sayang buang koin Euro sih?Qiqiqiqi…#
Selesai melempar koin dan berfoto kami menyusuri lorong-lorong yang banyak terdapat deretan toko. Berbagai souvenir dijual disana. Mariska mulai mencari2 kaos bertuliskan “Roma” untuk oleh-oleh dari satu toko ke toko yang lain. Banyak sekali yang menjual kaos-kaos itu, tapi mahaal… Akhirnya ada satu toko milik anak muda berwajah oriental yang menjual kaos itu dengan harga lebih masuk akal. Mariska membeli beberapa potong untuk suaminya.
Kemudian kamu kembali menyusuri lorong, tapi tiba-tiba kami tersadar saat melihat jam ditangan, aduh… ini sudah telat! Sudah lewat 10 menit dari waktu yang ditentukan untuk kumpul dengan peserta tour lainnya diujung jalan. Bagai dikejar setan kami lari terbirit-birit, beberapa turis bule melongo melihat kami lari pontang-panting membawa bungkusan kaos. Diujung jalan itu kami lihat sang tour leader dan beberapa peserta tour sudah menunggu, sambil bolak-balik memandang jam tangan. Aduh… jadi gak enak banget. Sambil ngos-ngos-an kami minta maaf. Lalu rombongan beranjak pergi, berjalan kaki lagi menyusuri jalan-jalan kecil penuh toko, salon, restaurant dan butik. Jalan makin menanjak dan menanjak, kasihan juga peserta tour yang berusia lanjut. Pasti mereka capek sekali, apalagi masih dalam keadaan jet lag setelah 16 jam perjalanan dari Indonesia. Tiba di depan hotel Eden, kami duduk-duduk dan beristirahat sambil menunggu bus menjemput kami.
PALACE INN
Akhirnya bus pun tiba, kami naik dengan tertib. Bus kembali menyusuri kota Roma lalu menuju ke arah Rome-Fianno. Akhirnya tibalah kami di hotel Palace Inn, tempat kami akan menginap malam itu.
Hotelnya cukup bagus, tapi sekali lagi kami dihadapkan dengan tugas “berat”. Turun dari bus, supir bus membantu kami menurunkan koper dan tas-tas kami, tapi selanjutnya kami sendirilah yang harus membawa tas-tas dan koper itu ke dalam kamar kami , karena tidak ada yang namanya porter di hotel itu. Beda sekali dengan hotel di Indonesia. Untuk hotel sekelas ini (berbintang 3), di Indonesia banyak sekali porter dan pelayan yang membantu tamu hotel dengan barang bawaan mereka.Wow…. Sekali lagi aku kasihan pada peserta tour yang berusia lanjut. Hiks…
PIZZA DAN AIR MINERAL
Setelah meletakkan barang-barang di kamar, dan beristirahat sebentar, perut mulai terasa lapar. Aku dan Mariska lalu turun ke Lobby. Dari petugas hotel kami dapat informasi bahwa ada mall kecil disebelah hotel dimana kami bisa membeli barang-barang kebutuhan kami. Dengan semangat kami berjalan ke mall disebelah hotel itu, ternyata ada pintu penghubung dari hotel ke areal mall, sehingga jaraknya jadi lebih dekat.
Mall itu lumayan besar ternyata. Ada toko-toko pakaian, tas, sepatu dan lain-lain. Ada supermarket dan restaurant. Karena perut yang lapar, kami berdua langsung mencari tempat makan. Setelah mengelilingi mall, akhirnya di lantai 2 kami memutuskan makan malam di “Kebab”. Begitulah yang tertulis di depan pintu masuk resto itu. Tapi bukannya menu Kebab yang kami temui, tapi Pizza dan hotdog. Kami memutuskan memilih paket menu klasik, yaitu Pizza. Inilah pengalaman pertama kami makan Pizza di negeri aslinya, Italy. Kami masing-masing membeli satu paket pizza yang terdiri dari sepotong besar Pizza, satu cup besar kentang goreng dan sebotol air mineral. Rasa Pizzanya enak, tapi ternyata kami tak sanggup menghabiskan semuanya, jadi kentang gorengnya kami bawa pulang ke hotel.
Selesai makan, kami masuk ke Supermarket. Senang sekali aku melihat air mineral yang dijual disana. Kenapa air mineral? Ya iyalah… Air mineral disini jauh lebih murah dibandingkan air mineral yang dijual di tempat-tempat wisata yang tadi kami kunjungi. Di tempat-tempat wisata itu sebotol kecil air mineral 500 cc dijual dengan harga 2 € (=Rp. 25.000,- bila kursnya Rp. 12.500,- per 1 Euro). Bayangkan berapa yang harus aku bayar buat kebutuhan minumku yang sehari mencapai 3 litter….hiks…Tapi untungnya di supermarket ini air mineral dijual dengan harga lebih murah, untuk botol besar isi 1,5 liter dijual dengan harga 0.19€ - 0.39€, harga bervariasi tergantung merknya. Maka kamipun memborong 6 botol besar air mineral untuk dibawa ke kamar hotel.
Dari supermarket kami menyusuri toko-toko di mall itu. Akhirnya Mariska menemukan sebuah toko sepatu, matanya tertumbuk pada sebuah flat shoes abu-abu yang tampaknya nyaman dikaki. Dia membeli sepatu itu. “Buat modal jalan-jalan nih…” katanya sambil nyengir.
Kemudian setelah berfoto-foto di depan mall itu, kami kembali ke hotel dan beristirahat untuk menyambut hari selanjutnya. Senangnya bisa tidur dengan nyaman…. Alhamdulillah…