Laman

Minggu, 31 Mei 2009

Salah Satu Resep Memperolah Ketenangan Jiwa




Emosi dan perasaan manusia tiap kali berubah, seiring dengan permasalahan dan kejadian yang dihadapinya. Ada kalanya hati terasa gamang, gelisah dan membutuhkan ketenangan. Apa yang aku alami ini ingin aku ungkapkan, karena ternyata tidaklah sulit mengembalikan kondisi emosi yang demikian itu, hanya dengan tindakan sederhana, ketenangan jiwa bisa kembali di dapat.



Suatu hari ketika akan menjemput anakku pulang sekolah, aku merasa gelisah. Entah kenapa, rasanya sangat tak nyaman. Aku lihat jam di Hp-ku, masih menyisakan waktu sekitar 45 menit lagi sebelum sekolah anakku usai. Aku berfikir, mau kemana selama 45 menit ini. Beberapa ide muncul, misalnya makan di kantin, atau menelepon teman dan ngobrol sambil menunggu anakku, atau main ke rumah teman yang ada di dekat sekolah, atau... apa ya.. Sambil berfikir, aku memutar mobil dan memperlambat lajunya. Saat itu aku lewat di dekat masjid. Masjid itu namanya Al Aqobah I, terletak di kompleks Pusri dekat sekolah anakku. Maka terlintaslah keinginan untuk masuk ke dalamnya, dan merasakan ketenangan di dalamnya. Akupun memarkir mobil dan turun.



Ketika memasuki halaman masjid, aku mulai merasakan keteduhannya. Begitu masuk ke dalamnya, hawa sejuk dari AC di masjid itu makin menambah rasa nyaman. Maka aku langsung menuju ke tempat wudhu. Meskipun belum saatnya shalat zuhur, tapi masih ada waktu untuk melakukan shalat Duha.

Mungkin karena suasana masjid yang hening dan tenang, aku merasakan nikmat dan syahdunya melaksanakan shalat Duha. Selesai shalat, aku duduk dan diam merasakan ketenangan dan suasana tentram.Keadaan itu menuntunku untuk menundukkan kepala, dan berdoa. Berdoa, atau curhat pada Tuhan, entahlah apa namanya, yang jelas aku menyerahkan seluruh jiwa dan perasaanku pada Penciptaku. Aku menarik nafas dalam-dalam, seolah menghirup hawa ketenangan yang mengisi masjid cantik itu, segera saja rasa nyaman yang menentramkan jiwa merambati hatiku, mengusir gundahku.Sungguh nikmat...



Setelah puas mengeluarkan segala kegundahan, kekhawatiran dan resahku padaNya, aku bangkit untuk shalat lagi. Sungguh berbeda nikmatnya shalat di masjid dibandingkan di rumah. Karena di masjid yang hening ini, nuansa ketentraman lebih terasa. Kalau shalat di rumah seringkali banyak gangguan, terutama dari anak-anakku yang kadang suka berisik, menangis dan bercanda.


Sampai tiba saatnya shalat Dzuhur, akupun ikut shalat berjamaah. Tetapi setelah shalat Dzuhur, aku harus cepat-cepat ke sekolah anakku, supaya tidak telat menjemputnya. Ketika keluar dari masjid, terasa ada energi baru yang memberiku kekuatan. Oh, ternyata sederhana saja, kegundahan bisa hilang sirna hanya dengan dengan cara yang amat sederhana : berserah kepadaNYa dalam suasana yang tentram, hening dan syahdu di sebuah masjid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar