-->
Dalam beberapa kali kesempatan mengunjungi Bogor, yang tak pernah terlewatkan adalah mencicipi kuliner yang ada di sana. Salah satu sahabat, Pak Micky, yang tinggal di Bogor merekomendasikan sop buntut Maemun.
Hari itu, mendekati jam makan siang, kami meluncur menuju lokasi dimana sop itu dijual. Sebuah warung kecil di pinggir jalan yang tampaknya tidak telalu ramai. Sementara suami dan anak-anak menunggu di mobil, aku turun dan masuk ke warung itu. Dengan yakin, aku memesan 5 porsi sop buntut. Tapi apa yang terjadi?
“ Maaf, Neng. Sop-nya sudah habis.” Kata sang penjual. Aku memandang sekeliling. Tidak banyak orang disana, tapi sopnya kok sudah habis? Sang penjual tampaknya mengerti,” Sudah dipesan semua, Neng. Sebentar lagi ada orang yang akan datang mengambil pesanan sop buntutnya.” Begitu katanya.
Dengan kecewa, aku beranjak pergi. Tapi sang penjual berkata,” Coba cari di cabang kami. Mudah-mudahan disana masih ada.”
Setelah mengucapkan terimakasih, aku kembali ke mobil. Kamipun meluncur ke lokasi yang merupakan cabang sop buntut Maemun. Pak Micky yang menjadi guide kami hari itu menunjukkan lokasinya.Ketika tiba, aku menilai bahwa lokasi cabangnya ini malah lebih nyaman.
Syukurlah, ternyata sop buntutnya masih ada. Jadilah kami hari itu menikmati sop yang sedap sekali.
Pada saat aku memesan sop, aku bisa melihat bahwa sop buntut itu dimasak dengan cara yang unik. Buntut tersebut di bungkus dengan daun yang tampaknya seperti daun kelapa. Jadi kelihatan seperti bungkus ketupat. Ketika ada yang memesan, barulah daun itu di gunting, dan buntutnya di hidangkan di mangkuk dilengkapi dengan wortel, tomat dan kuahnya yang panas.
Daging yang melekat pada buntut terasa lembut, bumbunya pun pas sekali. Anak-anakku suka. Mereka makan dengan lahap.
Tapi ada satu tips buat menyantap sop ini. Makanlah pada saat masih panas, sebab kalau sudah dingin rasanya jadi kurang lezat.
1 komentar:
wah ... kl ke bgr hrs dicoba tuh .... di daerah mn wed..???
Posting Komentar